mohon bantuannya ya guys jangan dibawa ke real life ini hanya cerita fantasi.
.
.
Devan tahu kalau ucapannya tuh agak keterlaluan karena membuat Grisea malu. Tapi mau bagaimana lagi, itu satu-satunya cara yang bisa dilakukannya agar mendapatkan atensi gadis itu tatkala mereka sedang bersama Vano.
Katakanlah jika ia sedang sangat putus asa dengan Grisea yang kentara sekali masih menaruh hati pada Vano meski sudah tahu bagaimana kelakuan cowok itu. Dan Vano yang dengan sok tahunya menuduh hal tidak berdasar kepada Devan.
Dia baru masuk ke dalam toilet dan membasuh kedua tangannya lalu Vano ikut masuk dan berdiri di sebelahnya. Memandangi wajahnya sendiri di pantulan kaca lalu ikut mencuci tangan.
"Kenapa selalu lo ya, Van?"
"Apanya?"
"Yang dipilih."
Mulut Devan menganga. Seandainya Vano melihat betapa jeleknya Grisea menangis di pundaknya sebab menangisinya, pasti dia akan menarik kembali kata-katanya.
"Nyoblos kali, segala dipilih."
"Serius gue."
"Lo buta ya? Jelas-jelas Gri suka sama lo. Malah ditontonin adegan dewasa di depan mata sama lo. Siapa tuh ceweknya?"
"Lo nggak perlu tahu. Yang pasti gue sengaja."
Tangan Devan dikibaskan ke wastafel lalu berdiri di belakang Vano untuk mengeringkan tangannya ke bawah hand dryer. Giginya sudah bergemeletuk.
Vano menunduk. Devan tidak pernah paham dengan cara pikirnya. Dia takut jika Grisea mengetahui kebenaran mengenai dirinya. Masa lalunya dan segala perempuan yang sudah ia permainkan hatinya. Vano tahu jika Grisea menyukainya dan dia tahu jika kali ini dia lebih unggul dari Devan tapi entah kenapa hatinya justru gelisah. Seakan sejak awal dia tidak seharusnya mendekati Grisea.
Vano mendekatinya karena ingin merasa menang dari Devan. Sayangnya dia justru betulan menyukai Grisea, oleh sebab itu dia pernah berkata jika dirinya tidak berniat menyakiti Grisea sama sekali apalagi mempermainkannya.
Sialnya Vano terlalu takut. Dalam darahnya sudah mengalir jiwa seorang bajingan. Dia takut jika suatu saat akan mempermainkan Grisea. Dia takut jika suatu saat Grisea akan meninggalkannya jika mengetahui segala keburukan Vano. Dia takut jika suatu saat rasa sukanya akan memudar dan berakhir dengan dirinya yang menyakiti gadis itu.
And then Vano choose to be a midnight rain.
"Sengaja gimana?"
"Nunjukin betapa bajingannya gue."
"Ketimbang suatu saat gue nyakitin dia dan gue ditinggalin. Mending gue duluan yang ninggalin dia, Van."
"Jadi sebenernya lo sayang apa enggak sama dia?"
"Sayang!" serunya bertepatan dengan seseorang yang hendak masuk ke dalam toilet tapi urung karena mendengar keduanya sedang cek-cok mesra. Mungkin dikira Vano sedang memanggil Devan dengan sebutan 'sayang'.
"Dan sebelum rasa sayang gue makin dalam, gue milih buat nunjukin gimana gue yang sebenernya. Gue sayang sama dia dan gue tahu dia deserve cowok yang lebih baik dari gue."
Devan bedecih. "Kalau sayang mah lo yang jadi 'cowok lebih baik' itu. Bukannya nyuruh dia nyari."
"Lo nggak paham, Van."
"Bagian mananya yang gue nggak paham? Lo nyakitin dia. Titik. Itu intinya."
"Iya, gue tahu. Gue salah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda (DelGre)
FantasyDevan yg terpaksa diurus babysitter suruhan mamanya. "Jadi anak mas Devan umur barapa, tan?" "Devan ngga punya anak Gri, yg butuh babysitter itu Devan sendiri." "What? saya ngasuh mas Devan gitu?"