Bab 24

1.3K 180 4
                                    

mohon bantuannya ya guys jangan dibawa kereal live ini hanya cerita fantasi.

.

.

"Mas, mau kemana?"

Radar Devan tentang keberadaan Vano tuh cukup kuat.

Saat ini jam sebelas dan seharusnya belum waktunya jam makan siang tapi Vano sudah kelayapan hingga tiba ke kompleknya.

"Gue lihat-lihat lo sering dateng ke sini akhir-akhir ini ya, Van," komentar Devan.

Grisea menghela napas. Lagi-lagi Devan.

"Bukannya ini masih jam kerja, mau gue laporin ke orang atas apa gimana?"

"Sejak kapan lo suka cepu ke bokap lo sendiri, Van?" Vano terlihat menantang. "Lagian gue nggak kelayapan kok, barusan abis ketemu client di cafe deket sini terus mampir sebentar ke rumah Gri."

"Katanya kerjaan lo banyak, masih sempet mampir-mampir ya ketimbang langsung balik ke kantor?"

Vano terkekeh kecil. " Kerjaan gue banyak gara-gara siapa? Gue cuma mampir sebentar ke sini. Bukannya mangkir dari jabatan selama berbulan-bulan." Asistennya itu menyindir dirinya.

Merasa keadaan semakin memanas, Grisea pun membuka suara. Dia tidak tahu ada persaingan sengit seperti apa antara keduanya tapi aura mereka menunjukkan kesan saling membenci meski ditutupi dengan senyum manis.

"Vano makasih buat roll cake-nya, sorry juga nih lo jadi dimarahin atasan lo karena masih jam kerja malah kelayapan ke sini."

Cowok itu habis memberikan roll cake yang dibelinya tanpa Grisea minta.

"Bukan salah lo kok. Tenang aja. Tapi emang dasarnya bos gue agak nyebelin sih. Nggak sadar diri sama tingkahnya juga."

Haruskah Devan melambaikan tangan kepada keduanya karena orang yang sedang mereka bicarakan itu berdiri tepat di dekat mereka dengan mata melotot. Haruskah Devan bilang, “halo, gue bosnya loh. Dan kalian ngomongin gue tepat di depan wajah gue sendiri?!"

Tapi sepertinya tidak perlu karena setelahnya Grisea masuk ke dalam rumah dan Vano pun akan masuk ke dalam mobil. Mereka memperlakukan Devan seperti manusia tidak kasat mata.

Devan pun menahan pintu mobil Vano yang hendak tertutup.

"Lo....."

"Apa? kesel??" tuding Vano cepat.

"..."

"Kalau nggak mau gue bikin kesel ya lo balik gawe lagi."

"Oh jadi lo sengaja ke sini buat bikin gue kesel?"

"Iya," jujur Vano. Posisinya dia sudah duduk di kursi kemudi dan Devan berdiri di sebelahnya dengan pintu mobil yang terbuka lebar. "Lo keselnya karena gue kelayapan atau karena gue nemuin Gri?"

Devan membuang muka sembari menghela napas lalu menatapnya kembali.

"Maksud chat lo kemarin apa? Kalau lo punya dendam pribadi sama gue nggak perlu bawa-bawa Gri. Dia nggak tahu apa-apa. Dan kalau lo mikir buat deketin dia karena gue suka sama dia, lo salah besar. Gue ngotot nyuruh lo berhenti karena lo bakal nyakitin orang yang salah, yang nggak tahu apa-apa soal kita."

"Emangnya kita kenapa?"

Demi Neptunus! Devan sebal kalau Vano sudah berbicara dengan nada remeh begitu. Seakan cowok itu merasa betulan sudah menang darinya.

"Lo deketin Gri bukan karena Leya kan, No?"

"Nggak ada kaitannya sama mantan istri lo, Van," ujar Vano dengan nada dingin yang jauh berbeda dengan suaranya yang tadi. Dia kemudian menatap Devan lamat-lamat.

"Gue beneran tertarik sama Grii dan nggak ada niatan buat nyakitin dia," lanjutnya.

Di sampingnya Devan masih menunggu kalimat susulan yang akan Vano ucapkan.

"Pernyataan itu cukup buat bikin lo percaya dan berhenti gangguin kita nggak? Lama-lama lo beneran nyebelin.Jangan-jangan lo juga sebenernya suka sama Lei," tuduh Vano

"Teori dari mana coba! Oke kalau gitu, gue percaya."

Akhirnya Devan menjauh pun menutupkan pintu mobil Vano. Sepupunya itu memang suka main perempuan tapi barusan Vano mengatakannya dengan begitu serius tanpa senyum jahil yang biasa ditunjukkannya.

Entah kenapa ucapan Vano masih terus terngiang di kepalanya dan membuat perasaan janggal di hati Devan. Saat sudah kembali ke rumah, dia kemudian membuka sebuah surat dengan kertas yang menguning juga tulisan yang mulai luntur namun masih bisa dibaca dengan jelas.

Sebuah surat yang didapatkannya saat masih kuliah dulu, tepatnya saat ia sedang stress menyusun skripsi ditambah kecelakaan mobil yg membuat patah tulang di bagian kaki.

Isi suratnya tidaklah puitis. Malah terkesan lawak.

Dear Devandra,

Lee Min Ho makan emi, wil yu meri mi?

Saat membaca tulisan itu dia langsung tertawa dan melupakan dua cobaan yang sedang dihadapinya. Surat tersebut diberikan Leya tatkala sang pacar datang ke rumahnya.

Devan membukanya dan berkata, "mau."

Kala itu Leya memasang wajah heran karena perkataannya hingga laki-laki itu kembali melanjutkan ucapannya. "Aku mau nikah sama kamu."

.

.

Flasback 5 tahun yang lalu.

"Suratnya udah ditulis belum,Grii?"

"Udah."

"Buruan dikasih."

"Nggak mau ah, ditaruh di gerbangnya aja ya."

Grisea dan tiga teman cowoknya bermain game truth or dare dan akhirnya dia mendapatkan dare dengan disuruh menulis surat untuk Devan yang habis diopname di rumah sakit karena mengalami kecelakaan. Sialnya bukan surat biasa namun Grisea disuruh menulis surat cinta.

Tentu saja dia tidak bisa. Hingga dengan sok kerennya Fariz yang menuliskan surat untuknya.

"Lee Min Ho makan emi. Wil yu meri mi." Tian membaca ulang surat tersebut. Bahasa inggrisnya salah nih. Benerin dulu."

Umur mereka 16 tahun dan masih duduk di bangku kelas 10. Dan Tian menjadi si paling jenius di antara ketiga temannya yang lain.

"Nggak ada waktu. Udah buruan, Gri. Keburu pacarnya dateng."

Seperti kesepakatan yang sudah dilakukan, Grisea meletakkan surat yang dibungkus amplop warna putih itu ke sela besi gerbang dan pergi dari sana setelah memencet bel. Karena habis hujan, jalanan jadi becek dan Grisea yang takut ketahuan pun lari kencang untuk segera bergabung dengan teman-temannya yang sedang bersembunyi. Bukannya cepat sampai tujuan, dia malah terpeleset dan terjatuh. Hingga Akas segera mendekat dan membantunya berdiri.

"Hati-hati makanya, Gri."

Tidak lama setelahnya si pacar yang Fariz maksud datang dan mengambil surat tersebut.
______________________________________

See yuu guys
vote and komen dong sepi amay

Sebenernya gue ga lupa buat up bab selanjutnya kemarin, cuman nunggu yg vote aga banyak dulu. Paling ngga ya 90 vote gitu baru up bab selanjutnya guys🙏😁

 Paling ngga ya 90 vote gitu baru up bab selanjutnya guys🙏😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Surat cinta untuk Mas Devan uhuyy

Mas Duda (DelGre)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang