Chapter 1 _ Lady Enchantress

113 11 5
                                    

Cahaya mentari menerobos masuk kedalam kamar bernuansa putih cream itu, seorang gadis membuka matanya setelah bersenandung lirih, menatap pemandangan indah namun juga asing didepannya. Sudah dua minggu dia berada di tempat itu.

"Kau sudah bangun, sarapan sudah disajikan." sebuah suara lembut menenangkan membuatnya tersenyum. Gadis itu masih tidak terbiasa dengan tempat itu, dan juga gadis cantik dengan telinga sedikit runcing di depannya. Dia gadis tercantik yang pernah dia temui. Ralat, lebih tepatnya Elleth tercantik.

"The Enchantress?" panggil Elleth itu.

"Ya?" suara gadis itu sebenarnya tidak berbeda jauh dengan Elleth didepannya, lembut menenangkan namun ada ketegasan dibaliknya.

"Ah..baik Arwen." balas gadis itu.."Dan kau tidak perlu memanggilku dengan sebutan Enchantress, panggil saja Luna. Kita berteman bukan?" tambah gadis itu tersenyum, kini berjalan mendekati Elleth itu.

"Oh maaf, aku masih belum terbiasa. Tapi akan ku usahakan, tentu saja." seru Arwen. Elleth dan gadis manusia itu kemudian berjalan keluar dari kamar. Langkah kecil mereka tidak membuat bunyi yang berisik di pagi itu. Kadang, tawa mereka yang justru mengema mengisi lorong kastil.

Siapapun yang melihatnya pasti tidak akan percaya bahwa dia adalah seorang manusia. Karena jika dibandingkan dengan manusia di sana dia lebih mirip menjadi seorang Elleth. Hanya saja yang membedakannya adalah tinggi badannya yang dibawah rata-rata tinggi Elleth, telinganya yang tidak runcing dan mata hijau zamrud yang sangat langka di tempat itu. Namun, mata hijau itu juga yang mampu membuat orang-orang di sekitarnya terpesona karena menenangkan.

Flashback On

Luna Annarie Weiss, seorang gadis berusia 22 tahun dengan kemampuan sihir yang luar biasa. Bakat sihir itu diperolehnya melalui neneknya, si Penyihir Agung, The Ancient One. Tidak ada satu orang pun yang tahu bahwa dia adalah cucu dari wanita tua itu. Bahkan tidak dengan murid-muridnya.

Luna sendiri, gadis itu juga tidak suka membahas silsilah keluarganya karena itu cukup rumit dan jujur dia tidak begitu tahu mengenai kedua orang tuanya. Dia dibesarkan oleh neneknya karena kedua orang tuanya sudah meninggal dan informasi yang dia tahu adalah ibunya juga sama seperti sang nenek, seorang sorcercer sedangkan sang ayah yang diketahuinya merupakan manusia biasa.

Namun, satu hal yang membuatnya sering bertanya-tanya adalah sihir yang dikuasai neneknya itu bukanlah sihir warisan, setiap sorcercer mendapatkan sihirnya dengan cara belajar. Namun sejak kecil Luna bisa menguasainya. "Itu karena kamu cepat belajarnya, bahkan sudah paham sendari kecil." itulah yang selalu dikatakan oleh neneknya.

Terlebih lagi, kemampuannya dalam memperoleh energi sihir dari alam yang sangat jelas tidak dimiliki oleh neneknya. Demi mengembangkan bakatnya itu dia rela masuk ke akademi sihir, tahun demi tahun dilewatinya hingga dia bergabung dengan Kementerian Sihir untuk menjadi Auror. Tentu saja yang kali ini mendapatkan pertentangan dari sang nenek.

Tapi, tidak menyerah, Luna tetap berusaha. Namun yang didapatinya bukanlah jabatan Auror melainkan tugas lain. Dia masih ingat pembicaraannya dengan Pimpinan Auror itu.

"Tidak Luna. Ada tugas yang jauh lebih besar menunggumu daripada menjadi seorang Auror." ucap Harry memandang gadis didepannya itu.

"Huh..dan seperti apa itu? Harry aku benar-benar bekerja keras untuk ini, bahkan aku bertengkar dengan nenekku. Aku tidak bisa kembali seperti ini, nenekku akan mengejekku." seru Luna dengan wajah memelas pada pria dihadapannya itu.

Harry menghela nafasnya, kemudian memijat keningnya yang sebenarnya tidak pusing. "Ada satu ini, the one and only..is suit for you."

Dan setelah pembicaraan itu Luna memutuskan mencobanya. Sudah hampir dua tahun dia melaksanakan tugasnya menjadi Guardian of The Nature yang membuatnya menyandang julukan The Enchantress. Satu-satunya dan hanya miliknya.

The Enchantress, Guardian of The Nature [Legolas Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang