Semua dwarf tertidur, beristirahat di atas tumpukan bawaan mereka. Di sudut gua, Bilbo membuka matanya. Melihat tidak ada seorang pun yang bangun, dia diam-diam menggulung selimutnya dan mengemasi
barang-barangnya.Luna yang berbaring tidak jauh dari hobbit itu, merasakan suatu pergerakan. Memang benar, terbiasa tidur di alam liar membuat indra pendengarannya menjadi tajam. Gadis itu terbangun dan mendapati Bilbo yang hendak pergi diam-diam.
"Bilbo." panggil Luna setengah berbisik agar para dwarf tidak terbangun.
"La.. Lady Enchantress." ucap Bilbo tergagap.
"Mau kemana kamu?" tanya Luna, mengerutkan dahinya melihat Bilbo membawa seluruh barangnya.
"Kembali..ke Rivendell."
Wah, saat ini Luna hendak tertawa, tetapi dia mengurungkan niatnya. Bagaimana hobbit itu bisa kembali? Melalui jalan yang mereka lalui tadi? Padahal jalan itu sudah hancur karena ulah para raksasa batu.
"Kau tidak bisa kembali sekarang Bilbo, ingat.. Kamu bagian dari rombongan ini." Luna mencoba mengingatkan hobbit itu.
"Tidak..aku tidak, kan? Thorin sendiri yang bilang aku seharusnya tidak datang, dan dia benar. Aku bukan seorang Took, aku seorang Baggins, aku tidak tahu apa yang ku pikirkan. Seharusnya aku tidak pernah keluar dari pintuku." Bilbo menatap lantai gua itu dengan perasaan sedih.
"Bilbo dengar..." belum sempat Luna berbicara, Fili yang berjaga di luar gua masuk menghampiri mereka. Disisi lain, Thorin, terjaga, menatap dinding sambil berpikir dan mendengarkan pembicaraan mereka.
"Kamu rindu kampung halamanmu; aku mengerti." seru Fili.
"Tidak, tidak! Kamu tidak mengerti, tidak ada satupun dari kamu yang mengerti - kamu adalah seorang dwarf! Kamu sudah terbiasa
dengan kehidupan ini, hidup di jalanan, tidak pernah menetap di satu tempat, tidak menjadi milik di mana pun." seru Bilbo, tentu saja dirinya tidak bermaksud berkata demikian.Fili terlihat sedikit tersinggung. Namun, entah kenapa, Luna ikut merasa sakit mendengar perkataannya. Well, sepertinya selama ini dia hidup seperti para dwarf itu, tidak memiliki tempat yang disebut rumah. Bilbo memberikan tatapan minta maaf.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud -"
Fili menggelengkan kepalanya, menatap teman-temannya yang sedang tidur. "Tidak, kamu benar. Kita tidak pantas berada di mana pun." kemudian ia menatap Bilbo.
"Ku harap kamu semua beruntung di dunia. Aku benar-benar..." ucap Bilbo, Fili meletakkan tangannya di bahu Bilbo. Bilbo dan Fili bertukar pandang untuk terakhir kalinya, sebelum Bilbo berbalik keluar. Luna sendiri masih enggan melepas kepergian Bilbo, "Kau bisa pergi saat hari sudah terang Bilbo." seru Luna, masih mencoba menahan hobbit itu.
Gadis itu menatap Bilbo dengan penuh harapan, namun sesuatu membuat bola matanya hampir keluar. "Apa itu?" seru Fili ketika ikut memperhatikan arah pandangan Lady Enchantress itu. Ia menunjuk ke ikat pinggang hobbit tersebut. Bilbo melihat ke bawah. Dia menarik pedang miliknya sebagian keluar dari sarungnya. Itu menyala biru.
Tiba-tiba, kebisingan aneh datang dari tanah. Thorin mengangkat kepalanya, melihat tanah berpasir retak bergeser. "Bangun! Bangun!" seru Thorin.
"GOBLIN!" teriak Luna. Namun, sebelum ada yang bisa bereaksi, lantai gua jatuh kebawah.
Seluruh rombongan jatuh dalam sebuah saluran, meluncur melalui terowongan dan lorong. Para dwarf berteriak dan terlempar kebawah. Luna dengan sepontan menarik benda kecil seperti pistol dari saku kanan pahanya, lalu tepat menembakkan pistol itu saat tanah terbuka, sehingga mengeluarkan tali hitam yang langsung tertancap ke dinding gua.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Enchantress, Guardian of The Nature [Legolas Fanfic]
FanfictionThe Enchantress, begitulah gadis itu dipanggil. Mata hijaunya yang cantik seperti zamrud berkilau, rambut panjang bergelombang sehitam malam, serta bibir mungil semerah darah. Siapapun yang menatapnya pasti akan jatuh pada pesona gadis itu. Kaki je...