Chapter 12 _ The Bitter Truth

54 11 11
                                    

~ LUNA POV ~

Aku berhasil keluar dari Elvenking's halls dengan lancar. Segera melesat dan berlari mengikuti aliran sungai besar. Dengan hati-hati aku berusaha menghindari para elf guard yang berlarian disekitarku. Aku tiba disisi sungai, melihat rombongan dwarf dan Bilbo sedang terombang-ambing oleh derasnya air sungai.

Tak lama kudengar seruan Legolas. Ellon itu memerintahkan elf guard untuk menutup gerbang. Kulihat elf disampingnya mengeluarkan terompet dan hendak meniupnya. Namun dengan segera, kulemparkan anak panahku, membuat terompet itu terpental dan jatuh.

Legolas menoleh kearah panah yang melesat itu, deg-- mata kami bertemu. Dapat kulihat keterkejutan dari balik iris birunya, tidak ingin berlama-lama, kuputuskan kontak mata itu dan berbalik menyusul para dwarf.

"Lady Enchantress!" teriak Bilbo dikejauhan saat melihatku. Aku melempar senyum kepadanya. Kulihat para dwarf ikut menyadari keberadaanku setelah teriakan Bilbo. Tentu saja, pasti mereka tidak bisa mengenaliku sebelumnya karena tubuhku yang masih terbalut dengan gaun. Jujur aku hanya mengambil senjataku tadi tanpa berniat untuk ganti baju dulu. Dan aku menyesal sekarang karena akses gerakku menjadi terbatas.

Tanpa aku sadari suara terompet elf sekali lagi dibunyikan dan itu membuat elf guard segera menutup gerbang. "Ah sial!" erangku. Kulihat para dwarf terjebak dipintu gerbang. Aku hendak mencoba menggunakan kekuatanku untuk membuka gerbang namun tiba-tiba saat salah satu elf guard roboh dan tak lama puluhan orc muncul dibelakang mereka. Mereka mengepung pintu gerbang, membunuh semua elf disekitar gerbang.

Tak pikir lama, aku segera memanah orc-orc yang berada didekatku. Mataku tidak lepas dari para dwarf, kulihat Kili sedang berusaha membuka pintu gerbang dengan menarik tuas. Namun belum sempat menariknya, dwarf itu terjatuh. Panah orc berhasil menancap di pahanya.

"KILI!" teriakku panik bercampur marah, kulemparkan anak panahku pada semua orc yang ada didekatnya. Tidak, bahkan anak panah tidak cukup. Aku merapalkan segala jenis mantra kepada mereka. Tau apa yang terjadi? Ujung rambut hitamku mulai berubah menjadi hijau bercahaya. Sial sekali timingnya, batinku. Setiap menggunakan kekuatan, rambutku perlahan akan berubah warna menjadi hijau dengan penuh sinar yang sangat menyebalkan.

Sempat tertegun, aku tidak menyadari orc lain yang muncul didekat Kili, belum sempat aku mengeluarkan anak panahku, sebuah panah melesat dibelakangku. Itu Tauriel, panahnya menyelamatkan Kili. Elleth itu kemudian membunuh orc-orc lainnya. Dia menatapku dengan keterkejutan ketika aku menarik dan melempar orc yang melompat kearahnya dengan sihirku.

"Hai!" sapaku dengan canggung, kuputuskan untuk melanjutkan aktivitas memanah para orc. Legolas datang tak lama kemudian, membunuh kawanan orc dengan panah serta belati miliknya. Kupikir dia hendak melemparkan anak panahnya untukku, namun rupanya dia mencoba membunuh orc yang berada di belakangku. Sejak itu aku melakukan hal yang sama kepadanya. Panah kami saling melesat dan melindungi satu sama lain. Mata birunya tidak lepas menatapku, memberikan tatapan terkejut, kecewa dan penuh tanda tanya. Tentu saja hal ini membuatku merasa tidak nyaman, terbesit rasa sakit di dalam hatiku.

Aku mencoba kembali fokus dan bergerak menuju pintu gerbang, merapalkan mantra pelempar, membuat para orc terlempar jauh. Salah satu orc yang kuyakini adalah pemimpin kawanan itu menatapku kesal dan marah, tangannya menunjuk kearahku. Aku tidak tahu apa yang dia katakan, namun aku paham bahwa aku telah menjadi target yang harus mereka singkirkan. Kuraih Kili dengan cepat, aku menatapnya cemas karena wajahnya yang menahan sakit, segera memberikannya pada para dwarf lalu menarik tuas pengunci gerbang tersebut.

Sebuah panah sempat menghentikan ku, aku tahu siapa pelakunya. Aku menoleh dan menatap Legolas tidak suka, bergumam lirih membuat tanah disekitarnya bergetar mencuat keatas dan membentu sebuah dinding pembatas. Legolas terperangah, tak mau membuang kesempatan dengan segera ku tarik tuas itu, para dwarf segera meluncur dan berhasil lolos.

The Enchantress, Guardian of The Nature [Legolas Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang