Chapter 8 _ Hunted

53 7 8
                                    

~ LUNA POV ~

Ditengah perasaan haru yang meliputi anggota quest, samar di kejauhan aku mendengar suara hewan, apakah itu serigala, batinku. Namun, tak lama kemudian para dwarf melompat setelah mendengar suara itu. Kulihat Thorin menatap Gandalf dengan mata terbelalak. "Keluar dari penggorengan-"

"Masuk ke dalam api. Run! Run!" seru Gandalf kemudian. Aku yang masih tidak paham akan situasi saat ini hanya mampu mengikuti rombongan dwarf yang berlari menuruni gunung.

"Bilbo, what's happen?" tanyaku ketika kulihat Bilbo berlari disebelahku.

"Orc, Lady.. dan howls mereka!" aku mengerutkan dahiku, well aku tahu yang sebelumnya, tapi howls? Apa itu. Pantas saja Thorin dan Gandalf berkata seperti itu tadi. Habis Goblin terbitlah Orc. Oh sungguh!

Kami pun tiba di ujung tebing. Aku melihat ke arah belakang, ada segerombolan bintang mirip serigala namun lebih tidak bersahabat dan ukurannya jauh lebih besar mengejar kami. "Apakah itu howl?" tanya ku, Bilbo mengangguk. Oh shit, itu jauh lebih buruk.

Howls itu datang menerjang, aku menghindar dan melesatkan beberapa anak panah. Oh, sial aku butuh pedang sekarang. "Semuanya, naiklah keatas pohon!" perintah Gandalf. Aku melirik ke belakang, melihat Bilbo yang tengah berkutat melepas pedangnya yang menancap pada seekor howl. "Bilbo!" panggilku.

Para dwarf sudah memanjat pohon dan berlindung di atas sana. Kulihat orc-orc itu mulai mendekat, kuraih Bilbo dan dengan sekali hentakan aku sudah berada di atas pohon. Bilbo masih terkejut akan gerakan yang tiba-tiba itu. "Lady?" ucapnya. Aku memelototinya. Hobbit itu harus tahu bahwa apa yang dilakukannya barusan sangat berbahaya.

Kami terjebak di antara pepohonan ini, dengan sekawanan howls yang menunggu dibawah siap menerkam. Orc-orc itu melihat ke atas kami dan mengejek.

"Siapa makhluk jelek nan udik itu?" tanyaku berbisik kepada Bilbo. Dari yang kulihat, Orc itu mengincar Thorin. Bilbo menggeleng.

"Azog!" seru Thorin. Kulihat Bilbo terkejut mendengar nama itu. "Who?" tanyaku lagi.

Aku tidak paham dengan bahasa mereka, tapi aku yakin dengan nada congak yang dilontarkan salah satu makhluk berwarna putih yang kuyakini sebagai pimpinan mereka itu pasti bukanlah sapaan atau pujian.

Tak selang beberapa lama, sekawanan howls itu tiba-tiba mulai meloncat ke atas pohon, mencoba menerkam kami. Mereka menggoyak beberapa ranting pohon. Aku mencoba melakukan kontak mata dengan mereka, berharap bisa menjinakan mereka seperti saat werewolves mengamuk. Namun sayang, mereka jauh terkutuk daripada werewolves.

Masih tidak menyerah, mereka malah mendorong pohon-pohon kami hingga akarnya tercabut, satu per satu pohon itu tumbang, membuat kami harus meloncat dari pohon satu ke pohon lainnya hingga tersisa satu pohon di ujung tebing.

"Lady Enchantress!" panggil Gandalf, aku menoleh, "Buatlah api." pintanya.

Aku menaikkan sebelah alisku dan memberi kode seperti "Untuk apa?" lalu paham dengan maksud Gandalf, aku menggeleng dengan keras.

"Tidak.. Kau akan membakar pohon-pohon disini! Mereka sudah sekarat Gandalf!" seruku tidak terima.

"Maaf Lady, tapi nyawa kita sedang terancam." seru Gandalf, dia mengambil buah pinus dan mengetuk tongkatnya. Nampak bara api mulai muncul dari dalam buah pinus. Pria tua itu segera melemparkannya ke arah sekawanan howls itu.

Aku berfikir sejenak, lalu mendesah pasrah. "Maafkan aku wahai pohon-pohon!" seruku, lalu ikut membantu Gandalf membuat api. Kuarahkan tanganku ke arah hewan-hewan itu dan api pun mengikuti pergerakan tanganku.

Harus kuakui bahwa cara Gandalf benar-benar berjalan dengan baik. Howls-howls itu sudah menjauh kabur dan dapat kulihat raut kesal di wajah Orc albino itu.

The Enchantress, Guardian of The Nature [Legolas Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang