~ LUNA POV ~
Aku berjalan perlahan dan tiba-tiba menabrak sesuatu. Kulirik samping kanan dan kiriku yang tidak ada orang sama sekali. "Yak Bilbo!" seruku hampir berbisik. Aku meraba-raba udara, mencoba menemukan tubuh hobbit itu. Aku berhenti ketika menyentuh sesuatu yang lembut dan basah. "Oh ini hidung mu?" seruku, "Jangan lepas cincinnya!" ucapku kemudian.
Kini aku berjongkok, mencoba menyamakan tinggiku dengan Bilbo. "Bilbo dengarkan aku baik-baik..kamu cari kunci penjara yang dibawa Elf penjaga. Tapi jika kamu sudah mendapatkannya, jangan langsung bebaskan para dwarf. Bebaskan mereka saat menjelang pagi, hutan tidak aman malam ini karena para orc masih di luar sana. Jika kau paham anggukan kepalamu!" perintah ku pada Bilbo, namun sejenak aku menepuk jidatku karena hobbit itu masih dalam keadaan tidak terlihat.
"Pokoknya Bilbo lakukan apa yang aku katakan.. Aku masih ada urusan, tapi secepatnya aku menyusul.. berhati-hati lah jangan sampai menabrak elf!" ingatku. Aku tidak tahu apakah Bilbo masih didepanku. Ngomong-ngomong soal info yang baru saja ku bicarakan itu semua aku dapat dari Vey tadi, jika tidak, mungkin aku pasti langsung meminta Bilbo melepaskan para dwarf dan kami sekali lagi harus berhadapan atau melarikan diri dari orc di tengah malam.
"Kau sedang berbicara dengan siapa Nona?" Tubuhku menegang, perlahan kuputar kepalaku, "Sial!" seruku tidak sengaja karena saat ini Ellon berambut pirang keemasan yang tadi siang membantu sekaligus menjebloskan ku ke penjara berada di hadapanku.
Melihat dia berkeliaran disini bukan malah berjaga, sudah kupastikan jabatannya pasti tinggi. Aku masih setengah berjongkok menatapnya dengan tubuhku menatap dinding. Ellon ini pasti akan menganggapku gila.
"Apa kau baru saja mengumpat padaku?" tanya Ellon itu terdengar tidak senang. Aku memutar mataku, mencari alasan.
"Ah, tidak..sepatuku..talinya lepas.." ucapku, tanganku dengan gesit menarik ikat sepatuku menjadi terlepas. Ya, aku menggunakan high heels yang cukup rumit karena ada talinya.
Ellon itu ikut melihat kearah high heelsku. Sepertinya dia tertarik karena bentuknya yang aneh. Dengan buru-buru aku mengikat simpul tali high heelsku.
"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya...Mereth En-Gilith pertamamu?" tanya Ellon itu penuh selidik. Aku segera menangguk cepat. Sepertinya dia tidak sadar siapa aku.
Ellon itu lalu memandangiku dari atas kebawah, "Sepatu yang aneh dan gaun yang cukup berani.. impressive." serunya dengan suara rendah terdengar kesal. Entahlah kenapa.
Aku menelan ludah ku dengan susah payah. "Haha.. Ya begitulah.." aku segera pergi, namun ternyata Ellon itu terus mengekoriku.
Kini aku sudah berada di tengah aula dengan banyak Ellon dan Elleth yang hadir. Dan aku mendapati Elven King yang dari tadi melihat kearahku.. Tidak! Mata elangnya terus mengekori tusuk rambutku.
Hah, jadi ini maksud Vey. Aku baru ingat Elven King itu suka sekali dengan benda-benda berkilau. Oh, jangan lupa dengan sifat arogannya. Tetapi, Elven King itu juga beralih melihat kearah Ellon disebelahku. Kuhentikan langkahku, berbalik kepadanya. Entah kenapa aku kesal dengan tingkahnya, dia akan menganggu rencanaku. "Kenapa kau mengikutiku?"
Ellon itu terdiam sejenak saat aku menatapnya dengan galak, "Well.. Hanya kau yang mengabaikan aku."
Aku membulatkan mataku, terkejut akan jawabannya, "Hah, alasan konyol apa itu? Kulihat tadi banyak elleth yang menatapmu kan?"
Ellon itu tiba-tiba tersenyum, membuatku merasa tambah kesal. "Ya..tapi sikap acuhmu membuatku tertarik..sejujurnya, aku tidak nyaman dengan elleth-elleth itu..em..bisa kau bantu aku." tunggu, apa dia baru saja meminta bantuan kepadaku? Huh, yang benar saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Enchantress, Guardian of The Nature [Legolas Fanfic]
أدب الهواةThe Enchantress, begitulah gadis itu dipanggil. Mata hijaunya yang cantik seperti zamrud berkilau, rambut panjang bergelombang sehitam malam, serta bibir mungil semerah darah. Siapapun yang menatapnya pasti akan jatuh pada pesona gadis itu. Kaki je...