Chapter 15 _ Crash and Crazy

35 10 8
                                    

Olaa mellon-nin! 🌟

Maaf banget ya tiba-tiba min-llon menghilang tanpa kabar! 😭💔 Sebelumnya janji mau update di minggu-minggu kemarin, eh malah ngilang gitu.

Jadi, yang sebenarnya terjadi adalah handphone min-llon jatuh, dan sayangnya LCD-nya jadi rusak di bagian keyboard, jadi nggak bisa ketik-mengetik sama sekali. Selain itu, laptop min-llon juga lagi diservis, jadi min-llon harus hiatus dari dunia maya tanpa pengumuman. Hikss! 😭

Once again.. Thank you so much for checking in on me. I'm really sorry for dropping off the radar for the past few weeks. I appreciate your concern💗💗

Jadi tanpa basa basi lagi, cuzzz langsung aja happy reading all🥰

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

~ LUNA POV ~

Ternyata butuh waktu yang cukup lama untuk tiba di Erebor. Selama hampir satu hari satu malam kami berperahu dari Lake Town hingga terus melewati Sungai Deras. Untungnya dengan sihirku, kami cukup cepat melewati sungai tersebut dan menghemat waktu. Saat fajar mulai menyingsing, perahu kami menepi ke tepian di Lembah Erebor dan turun, sayangnya ternyata kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

Setelah berjalan cukup lama, Erebor makin lama terlihat makin dekat dan menjulang tinggi di depan. Kini kami melintasi hamparan tanah tandus. Kata Oin, daerah itu dulu hijau dan subur. Itu yang dia katakan saat mendengar cerita dari saudaranya, Gloin ketika masih muda. Daerah itu masih tertutup oleh sedikit rumput, tapi tak lama kemudian tidak ada apa-apa lagi setelahnya. Hanya tersisa tanggul kayu yang sudah hangus di sepanjang jalan. Kami semakin mendekati daerah tandus.

Kami terus berjalan melewati deretan bukit yang tak lain adalah kaki Lonely Mountain dan bergerak ke sisi selatan dimana gerbang utama berada. Kami menuruni tebing dan mulai mengikuti arah anak sungai yang menikung ke sebuah lembah, mengalir dengan deras.

Akhirnya kami tiba di gerbang utama Erebor. Aku menatap gerbang besar dari batu itu dengan seksama. Sisa-sisa keruntuhan kerajaan dwarf terlukis disana. Para dwarf bekerja keras mendorong gerbang tersebut, namun sayang gerbang itu tidak bergerak sedikit pun.

"Ini benar-benar sangat sulit!" Pekik Oin.

"Bahkan tidak bergeser sedikit pun!" timpal Bofur. Aku yang dari tadi menatap mereka sambil menyenderkan diri di puingan reruntuhan segera bergerak mendekat.

"Let me help you, guys." Seruku meletakkan kedua tanganku di gerbang besi itu, dengan gemuruh berat, gerbang utama Erebor akhirnya terbuka sedikit, untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun. Para dwarf bersorak senang, kami segera masuk kedalam. Udara dingin dan gelap menyambut kami saat memasuki koridor megah yang dulunya penuh kemewahan.

Begitu berada di dalam, kami merasakan suasana sunyi yang menakutkan. Cahaya obor memantul di dinding-dinding batu, menerangi jejak masa lalu yang terlupakan.

"Ada suara... mungkin langkah kaki? Kita tidak sendirian di sini." Seru Oin mendengar sesuatu dari kejauhan. Aku mengangguk setuju, suara samar gemercik senjata yang sedang diasah. Kami memutuskan untuk bergerak lebih dalam ke dalam balai besar Erebor. Kili dan Fili segera menyiapkan senjata mereka, sementara Bofur mencoba menjaga keberanian dengan menggumamkan lagu kuno para kurcaci.

The Enchantress, Guardian of The Nature [Legolas Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang