Rencana kegiatan yang akan diadakan oleh BEM Universitas dalam waktu dekat adalah silaturahim nasional atau biasa disebut silatnas. Malam hari ini, bertempat di Café Naoki dekat kampus, Ridhanu dan teman-temannya akan mengadakan rapat perdana persiapan Silatnas. Organisasi intrakampus tertinggi itu berencana mengundang perwakilan BEM Universitas di seluruh Indonesia.
Pukul delapan malam, semua anggota sudah berkumpul tanpa ada satu pun yang absen. Sebuah momen yang luar biasa dalam organisasi. Biasanya aka nada satu, dua atau tiga orang berhalangan hadir.
Kepanitiaan sudah terbentuk. Ketua pelaksana dipegang oleh Faris.
"Baaiklah, untuk sekretaris saya menunjuk Nida."
Faris mulai menyusun nama-nama yang akan diberi tanggung jawab dalam menyukseskan acara. Bendahara, acara, hingga humas sudah ditentukan.
"Syif, konsumsi, ya."
Asyifa yang sedang menyilangkan kedua tangan di atas meja seraya sedikit melamu tersentak. Ia pun menegakkan punggung.
"Aku konsumsi lagi?" Telunjuk Asyifa menunjuk dirinya sendiri.
"Iya. Oke, Asyifa coordinator konsumsi."
Asyifa mendesah pelan. Ia lalu berujar, "Aku pingin di perlengkapan aslinya."
"Ini acara besar, cewek bagian kalem saja." Faris langsung memutuskan.
Asyifa pun mengangguk pasrah. Dirinya ingin berada dalam bidang yang tidak sama dengan kepanitiaan-kepanitiaan sebelumnya. Asyifa memang kerap diletakkan di urusan perut atau kalau tidak bendahara. Urusan perempuan banget.
"Oke, sekarang kita list poin-poin yang harus diselesaikan segera. Sekretaris, proposal harus jadi dalam seminggu ini."
Nida mengangguk seraya mengacungkan ibu jari. Pembahasan selanjutnya mengerucut pada prosedur pengiriman pemberitahuan untuk calon peserta melalui electronic mail. Sekretaris juga bertugas untuk mendata email BEM Universitas yang tergabung dalam aliansi BEM nasional, kemudian membuat surat permohonan delegasi.
"Saya harap semua panitia kompak. Kita harus menyukseskan program pertama ini. Selanjutnya, kesuksesan program-program lain akan mengikuti. Kalau ada masalah langsung floor-kan saja dengan semua panitia. Saya tidak mau ada yang disembunyi-sembunyikan," tegas Ridhanu seraya mengedarkan pandangan ke seluruh anggota rapat. Ia adalah penanggung jawab acara ini.
Asyifa tersenyum samar. Berada dalam satu organisasi ternyata dapat membuatnya memahami akan watak seorang Ridhanu. Selama ini, dirinya hanya mengetahui penampilan luar dan dari cerita Hana saja. Ekspektasi Asyifa sebelumnya tentang sosok Ridhanu sangatlah sempurna untuk dijadikan sebagai calon suami impian.
"Terima kasih atas kehadirannya, Teman-teman. Ini sudah malam juga. Selanjutnya kita akan rapat kembali tiga hari lagi. Harap diperhatikan job desc masing-masing. Progress-nyabisa dilaporkan di rapat selanjutnya."
Rapat segera diakhiri setelah tiga jam saling berbagi ide dan pikiran. Satu persatu peserta rapat pun undur diri.
"Mas! Mau ke mana?" Nida memanggil Ridhanu yang berjalan cepat ke ruang belakang café.
"Kebelet."
Ridhanu bergegas menuju toilet karena sedari tadi menahan keinginan untuk buang air kecil. Ia tidak ingin melewatkan satu detik pun pembahasan dari teman-temannya.
"Syif, mau bareng aku?" tawar Nida saat melihat Asyifa sedang bersiap memakai sepatu.
"Jadi nyamuk, dong."
"Ya enggaklah, jadi setan, sih." Nida dan Asyifa terbahak.
"Aku udah dijemput juga kok, Nida."
"Oh, oke."
Semua anggota BEM satu per satu keluar dari café. Ridhanu yang baru kembali dari toilet, mengedarkan pandang saat kembali ke meja. Ia pun bertanya kepada Fadil, sebagai satu-satunya orang yang masih berada di tempat mereka tadi.
"Loh, yang lainnya kemana, Pak?"
"Sudah pulang semua."
"Semua?"
"Iya, semua, Pak. Tinggal kita saja."
"Oke."
Ridhanu dengan cepat keluar. Ia melihat ke tempat parkir. Hanya tersisa motornya saja. Teman-temannya pun sudah tidak terlihat di sana.
"Aku pulang dulu, Pak," ucap Fadil yang sudah berdiri di belakang Ridhanu. Ia lalu menjabat tangan Ridhanu.
"Oke. Oh iya, Nida tadi pulang sama siapa?"
"Sama pacarnya."
Ridhanu mengangguk sambil mengacungkan ibu jarinya ke arah Fadil yang sudah menjauh. Ia sebenarnya ingin bertanya tentang Asyifa. Namun, lidahnya terlalu kelu untuk menyebut nama gadis itu di depan Fadil.
Sang presiden mahasiswa itu pun menyalakan mesin motornya. Ia melajukan kendaraan roda dua tersebut dengan kecepatan sedang, berharap menemukan sosok yang tiba-tiba saja dikhawatirkannya itu. Hampir tengah malam, sangat riskan seorang gadis berjalan sendirian.
Sesampainya di jalan tepat depan gapura komplek indekos Asyifa, Ridhanu menepikan motornya. Ada sosok yang dikenalnya tengah duduk di atas motor.
"Bim, ngapain di sini?" tanya Ridhanu yang kehadirannya membuat Bima terkejut.
"Eh, kamu, Ridh. Lagi pesen makan," jawab Bima sambil menunjuk sosok gadis yang sedang berdiri di depan kedai Ayam Tulang Lunak.
Ridhanu menoleh sebentar. Ia sudah tahu sosok yang ditunggu Bima
"Aku duluan, Bim."
"Siap, Pres!"
Ridhanu kembali melajukan motornya. Kelegaan menyelimuti perasaan calon sarjana teknik tersebut. Sekretarisnya tidak pulang sendirian walaupun ada sedikit kekecewaan karena rencananya mengantar gadis itu gagal.
Asyifa berjalan santai menuju Bima.
"Ngobrol sama siapa tadi, Kang?" tanya Asyifa sambil membawa satu bungkus nasi dengan lauk ayam tulang lunak yang baru dipesannya.
"Sama ketuamu."
"Ridhanu?" Tebak Asyifa tidak yakin.
"Siapa lagi? Aku?"
"Yaa ... siapa gitu, kek." Asyifa berusaha menyembunyikan keterkejutannya mendengar satu nama tersebut.
"Cuma beli satu?" tanya Bima saat menerima kantong plastik yang diulurkan Asyifa.
"Aku masih kenyang."
"Oh iya, habis ngafe kalian. Ya udah ayo pulang."
Bima pun segera menyelakan motor, menuju indekos Asyifa untuk mengantarkan sang sahabat pulang.
***
Persiapan untuk Silatnas yang dilakukan hampir dua bulan sudah mendekati final. Tidak hanya anggota BEM universitas yang menjadi panitia. Faris pun mengajak perwakilan dari seluruh BEM Fakultas yang ada di kampus untuk bergabung. Dua hari lagi perhelatan nasional itu akan dilaksanakan. Rapat bahkan telah diadakan per bidang, tidak lagi secara menyeluruh. Demikian pula dengan masalah konsumsi, Asyifa sudah menghubungi ibunya untuk masalah makanan yang akan dipesan.
Malam ini adalah rapat koordinasi terakhir secara umum. Semua persiapan tiap bidang sudah dilaporkan semua. Ridhanu sebagai penanggung jawab utama merasa puas dengan kinerja teman-temannya untuk sementara ini, terutama Faris sebagai ketua pelaksana. Event ini baginya sangat prestisius. Jika acara sukses, bisa jadi ia akan dicalonkan untuk menjadi salah satu calon ketua organisasi ekstrakampus cabang Malang yang diikutinya. Puncak karir seorang aktivis mahasiswa di luar kampus.
"Asyifa, jangan pulang dulu, ya. Aku mau bahas konsumsi biar fix semua," pinta Ridhanu saat melihat Asyifa yang mau beranjak meninggalkan meja. "Aku ke kasir dulu."
Asyifa mengiyakan permintaan Ridhanu walaupun heran karena Faris saja tidak membahasnya. Apalagi Ridhanu adalah penanggungjawab kegiatan. Apa hubungannya dengan konsumsi?
Asyifa segera mengirim pesan WA ke Bima untuk minta jemput. Namun, masih centang satu.
Tangannya mulai sibuk dengan telepon genggam. Ia pun mencoba menelepon laki-laki yang sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri itu.
"Angkat dong, Kang. Aduh, masa pulang sendirian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANSA PERTAMA
RomanceHanya orang beruntung yang bisa saling mencintai lalu menikah. Asyifa merasa bahwa Ridhanu adalah jodohnya. Ia terlalu brutal jatuh cinta kepada aktivis kampus tersebut. Hanya dengan pandangan pertama, jatuh hatinya terlampau dalam pada sosok yang d...