Dua Puluh Tujuh

19 3 0
                                    

"Buruan, Mbak."

Hana sudah menunggu di depan kamar Asyifa yang pintunya masih tertutup. Ia sudah siap sedari setengah jam yang lalu. Sementara itu, kakak kosnya malah baru selesai mengenakan baju.

"Bentar, sabar!" seru Asyifa dari dalam kamar. Ia tengah memakai kerudung.

"Nggak usah dandan, Mbak Syif. Nanti juga kena matahari. Luntur itu make up."

Asyifa terkikik sendiri. Hana seoalah tahu pikirannya. Ia memang akan memoles wajahnya dengan lipcream dan liptint yang baru dibelinya. Biasanya ia hanya memakai liptint warna nude yang hampir menyerupai warna bibir. Kali ini dirinya ingin terlihat lebih fresh.

"Lama banget, deh, Mbak. Keburu main mereka."

"Belum. Aku yang nyiapin konsumsi, kok."

"Hubungannya apa?" Hana mengernyit heran.

"Ya, kalau main sekarang cepat lapernya mereka."

Asyifa tertawa. Ia segera menyelesaikan memoles penampilan. Celana denim berwarna terang, kaos yang diasukkan dipadu cardigan abu-abu tanpa kancing. Tidak lupa pashmina berwarna abu-abu tua dililitkan di leher.

Asyifa membuka pintu kamar. "Yuk, berangkat."

Hana menoleh. Ia mengerjap mendapati penampilan Asyifa kali ini.

"Wih, pakai pashmina. Tumben-tumbenan, Guys."

"Biar fresh."

"Ini juga." Hana memegang bibir Asyifa yang langsung kena tampol. "Pakai lipstick?"

Asyifa menyeringai sembari tersipu. "Udah, ah, ayo berangkat."

Hana tidak berhenti berdecak sembari menuruni anak tangga indekos. ."Nggak yakin aku kalau udah move on dari Ridhanu."

Asyifa menghentikan langkah. Ia menoleh ke belakang. "Ngapain bahas dia?"

"Oh, dandan bukan untuk Ridhanu?"

"Enak aja. Ya nggaklah."

Asyifa berusaha mengelak. Senyuman tipis tersungging di wajahnya. Di dasar hati terdalam, ia mengakui pertanyaan Hana. Namun, cukup disimpannya sendiri.

"Oke, oke. Enggak ternyata." Hana terkikik di belakang.

Tidak lama kemudian, mereka sampai di kampus. Lebih tepatnya di lapangan bola. Di sana, anak-anak BEM sudah berkumpul. Tempat yang terletak di bagian ujung timur kampus ini sering digunakan untuk pertandingan bola oleh civitas akademika maupun pihak luar. Bukan hanya permainan kulit bundar itu saja, tetapi saat akhir pekan tempat itu sering digunakan untuk jogging dan juga latihan Tapak Suci.

Di sana, Ridhanu terlihat sedang melakukan pemanasan. Degup jantung Asyifa mulai bekerja ekstra. Baru kali ini dirinya melihat Ridhanu mengenakan kostum bola. Laki-laki itu begitu memesona di mata Asyifa saat ini. Gadis itu pun tersipu sendiri.

"Mas Ridhanu!" teriak Hana yang berdiri di sebalah Asyifa. Gadis itu melambaikan tangan ke kakak tingkatnya.

Asyifa mengerjap kaget mendengar pekikan Hana. "Bikin kaget, deh."

"Yang semangat mainnya, Mas! Aku punya hadiah calon istri buat kamu kalau menang!"

Teriakan Hana dengan kalimatnya itu membuat orang-orang di sana menoleh ke asal suara. Hana pun hanya tertawa saja. Sebaliknya, Asyifa terkejut bukan kepalang mendengarnya.

"Jangan aneh-aneh, Han."

"Apanya, Mbak?"

"Itu tadi apa. Calon istri, calon istri."

ROMANSA PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang