18. Memeluk diri

57 2 0
                                        

Hai haiii! Hehe udah mau ending bentar lagi hehehe, abis ini aku mau coba riset + editing, ya tau lah masih banyak typo mwehehe, intinya semoga suka aja aihh hehehe




~💡~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~💡~

Setelah libur yang panjang, kini kembali masuk sekolah. Kali ini benar-benar malas rasanya. Bahkan pagi ini, langit menampakkan kesedihannya. Payung menjadi andalan bagi setiap manusia yang tak ingin baju yang di kenakan basah. Jalan dengan pikiran yang berisik. Dan terkadang aku tersenyum lalu kembali menampar diri agar lebih sadar dengan kenyataan.

Tuhan, sungguh cinta itu teramat menyenangkan, namun mengikis hati secara perlahan.

Sampai sekolah, aku bertatap mata dengannya, yang awalnya suka ngangkat alis seraya menyapa, kini tidak. Bahkan dia benar-benar tidak mau melihatku lagi. Aku tidak mengerti, apa salahku kali ini.

Sudah jam 9 pagi, tak kunjung ada guru yang datang.

Keadaan kelas sungguh berisik. Bagiku yang sendirian. Bagi mereka, guru tidak masuk kelas adalah kebahagiaan. Aku mencoba memakai headsetku yang hanya bersuara sebelah itu.

Menutup mata untuk berusaha damai dengan hati dan pikiran. Menahan diri yang sejak tadi sudah mulai gemetar. Dengan tiba-tiba headsetku tidak lagi bersuara, dengan panik aku mencopotnya dati telinga dan terus berusaha agar kembali bersuara, namun nihil, tidak bisa.

"Jangan sekarang..." monologku yang sudah berkaca-kaca.

"HAHAHAHA! LO BEGO SIH!" suara itu terdengar jelas. Aku menoleh ke arah belakang. Perkumpulan anak laki-laki yang sedang bermain kartu UNO. "AH ANJING! KALAH MULU!" aku mengediokan mata beberapa kali. Sentakan itu membuatku berdebar.

"YAKAN AKU JUGA SEBENARNYA TAU KALAU SI ERWI SELINGKUH!" Dan ini dari arah kanan depanku. Putri, Ela, Adel dan Novi. Terkadang aku melihat mereka dengan iri sekaligus kecewa pada seseorang yang telah memberikanku sebuah harapan.

"Di kelas ini emang ada yang ga punya temen? Kek semuanya juga punya ga sih?"

"Aku," jawabku membuat putri dan adel heran.

"Nay? Kok kamu gitu sih? Kamu ga anggap kita gitu? Kita kan temen kamu. We are besti!!"

"Emang kalian pernah nganggap aku?"

"Dih! Kita selalu anggap kamu nay. Aku, kamu, Adel, Ela, dan Novi. Kita itu ber 5 sahabatan. Kok kamu gitu?"

"Maaf, aku kira kalian ga anggap aku sebagai teman kalian."

"Tentu engga gitu dong Nay, tentu kita anggap kamu sebagai teman!"

"Betewe, tugas mtk kamu udah belom Nay?" Tanya Adel tiba-tiba. Aku mengangguk dan mengundang senyuman untuknya.

"Mau liat, boleh ga?" Aku mengangguk. Dan mereka berseru kegirangan.

Ternyata aku di bodohi

Melihat mereka asik tanpa aku. Sepertinya aku memang bukan orang yang pantas untuk di temani.

Sampai Sini [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang