𝘼𝙠𝙪 𝙧𝙚𝙡𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙪𝙣𝙜𝙜𝙪 𝙨𝙚𝙗𝙚𝙧𝙖𝙥𝙖 𝙡𝙖𝙢𝙖 𝙥𝙪𝙣 𝙬𝙖𝙠𝙩𝙪𝙣𝙮𝙖, 𝙙𝙚𝙢𝙞 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙡𝙖𝙧𝙖𝙨𝙠𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙝 𝙠𝙖𝙠𝙞 𝙠𝙞𝙩𝙖 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙩𝙧𝙤𝙩𝙤𝙖𝙧-Naya
Kalau di pikir-pikir lagi, banyak kenangan yang tidak tahu harus di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ini aku kebagian yang piket. ini hari kamis. Piket sejujurnya adalah hal yang paling aku tidak suka. Mungkin untuk semua murid juga si.. tapi demi tidak mendengar omelan seksi kebersihan, sebaiknya aku piket saja.
"Nay ayo!"
aku menoleh pada sumber suara. "aku piket." Ucapku.
"oh kamu piket sekarang Nay?" aku mengangguk. Dia ber ohh dan duduk di bangku guru.
"Kamu kalau mau duluan mah sok aja." ucapku, soalnya ga enak juga, ini pasti akan lama.
"gapapa sok aja piket dulu."
"takut kelamaan."
"gapapa gue tungguin." aku terdiam sejenak mencerna ucapannya. ohh? beneran mau nunggu? hmmm lumayan baik hati.
Dan aku tiba tiba menjadi semangat untuk menyapu. Hari itu kelas benar benar bersih se bersih bersihnya.
Beres piket aku lagsung mengajak dia pulang. "ayo"
Dia beranjak dari kursi dan mengikuti langkah kaki ku.
"Keren, bersih banget piket kalian." Ucapnya. Aku hanya tersenyum, tersipu malu. Entah karena teman piketku yang rajin entah aku juga yang semangat. Mungkin keduanya.
Menikmati surai angin sore itu. Pedagang di pasar indah masih sangat ramai. Apalagi jalanan yang begitu macet membuat pasar baru saat itu benar benar padat.
"Sepertinya kalau tadi kita naik angkot, pasti akan gerah sekali." ucap Adrian.
Aku menatap jalan raya yang padat oleh kendaraan. Banyak angkot yang mengipas ngipaskan diri dengan topinya ada juga yang memakai handuk, dan ada juga angkot yang ga sabaran terus memencet klakson mobil, yang membuat bising jalan raya. Tapi karena ramai, menurutku itu tidak berpengaruh.
"Ya makanya, aku memang suka jalan dari awal MPLS." jelasku. dia menatapku penuh heran.
"oh iya? Ternyata kamu lebih senang untuk jalan kaki ya?"
"Sebetulnya tidak, namun karena terbiasa, jadi aku lebih memutuskan untuk jalan kaki." Dia mengangguk mengerti. Sampai di persimpangan seperti biasa kita harus menyebrang. namun penyebrangan di pasar indah sangat aman. Ada timernya. kita menunggu sampai timernya hijau.
"ada yang kena tilang." dia menunjuk pada salah satu orang yang sedang di wawancarai polisi. Anak itu masih remaja SMA. pantas saja polisi memberhentikannya.
"disini harus hati hati kalau pakai motor. Kalau pakai seragam paling harus cari aman. Misal pakai helm dan sebagainya, tapi memang rawan apalagi kalau belum memiliki SIM sih sebaiknya tidak usah pakai motor. Kecuali kalau motong jalan."
"tapi kalau motong jalan kan sama saja tidak boleh bukan? kan belum punya SIM."
"iya si.. cuman ya gapapa yang penting gada polisi ya kita masih bisa aman." Dia nyengir tanpa salah.