Recomend song:
Selamat (selamat tinggal) - Virgoun"Aku hanya ingin sembuh."
~💡~
Perasaan yang berkecamuk dengan amarah dan juga kecewa. Ingin menyesal namun rasanya percuma. Dada yang terasa sakit bahkan berkali-kali lipat teramat sakit. Sudah berapa kali ia mengelap wajahnya yang terus basah akan air mata. Persetan laki-laki tidak boleh menangis. Ia harus menangis sekarang. Ia butuh menangis. Tidak, ia butuh dirinya sekarang.
Ia memeluk buku diary berwarna jingga itu. Berharap bisa bertemu pada pencipta buku diary ini ada. Berharap keajaiban datang pada saat-saat seperti ini. Namun, orang yang sudah di peluk tuhan, kita bisa apa.
Ia mengingat perlakuannya yang mungkun berakibat fatal hingga saat ini. Kata-kata yang keluar dari mulutnya sangat sampah untuk di lontarkan pada perempuan seperti Naya.
Adrian bisa melihat jalan Naya yang tergesa-gesa mendekatinya. Ia mendecih, sebab paham apa yang akan Naya minta.
"Adrian, lo bisa bantu gue?"
Adrian mencoba menghiraukan permintaan dari Naya sambil menyalakan motornya.
"Please, gue butuh lo." Bahkan sampai Naya terus mengemis pun membuat Adrian semakin senang. Ia merasa bahwa dirinya menang.
"Kita udah ga ada hubungan lagi Nay,"
"Sejak awal kita memang ga ada hubungan kan?" Ucapan Naya yang membuat Adrian meremat stang motor.
"Awas, gue mau pulang."
"Yan, please gue nebeng ya?"
"Jangan mentang-mentang Mega ga masuk, lo se enaknya minta nebeng ke gue."
"Tapi ini bukan perihal meminta. Gue butuh lo."
"Setelah lo bilang, lo udah ga peduli lagi sama gue. Dan sekarang lo ngemis minta di anterin? Lo ga malu apa?" Adrian tersenyum meremehkan.
"Lebaran kemarin, gue bukannya udah minta maaf yah?"
"Terus? Setelah minta maaf, gue jadi mau anter jemput lo lagi gitu? Miskin banget." Naya diam menatap Adrian datar. Adrian membelokkan stirnya untuk siap-siap pergi dari tempat.
"Segitunya lo benci gue, Yan." Namun ia mengurungkan niat untuk pergi.
"Gue ga pernah minta feedback dari lo bahkan gue ga pernah nuntut lo buat suka gue. Bahkan gue ga marah saat gue tau lo pacaran sama Mega. Gue ga pernah sedikit pun ingin nyakitin lo yan, tapi kenapa lo se-enak itu nyakitin gue? Salah yah gue suka sama lo? Salah yah gue sayang sama lo? Oke, baik Yan. Kita cukup sampai sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Sini [End]
Teen Fiction𝘼𝙠𝙪 𝙧𝙚𝙡𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙪𝙣𝙜𝙜𝙪 𝙨𝙚𝙗𝙚𝙧𝙖𝙥𝙖 𝙡𝙖𝙢𝙖 𝙥𝙪𝙣 𝙬𝙖𝙠𝙩𝙪𝙣𝙮𝙖, 𝙙𝙚𝙢𝙞 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙡𝙖𝙧𝙖𝙨𝙠𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙝 𝙠𝙖𝙠𝙞 𝙠𝙞𝙩𝙖 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙩𝙧𝙤𝙩𝙤𝙖𝙧-Naya Kalau di pikir-pikir lagi, banyak kenangan yang tidak tahu harus di...