"Bercanda."
Untuk alasan yang tidak jelas, entah kenapa Aretha merasa jengkel dengan perkataan Arkein sebelumnya.
"Gue kenapa, ya?" Aretha duduk di tepian ranjang dengan melihat pantulan dirinya sendiri pada cermin antik di kamar vila.
Mungkin karena sebelumnya ia tak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun, hanya menjadikan buku fiksi sebagai dasar yang belum tentu dapat dipercaya. Jujur saja Aretha tak bisa benar-benar memahami perasaan macam apa selalu bergemuruh di dadanya sebagai respon dari perlakuan Arkein.
Lagi pula rasanya tidak masuk akal untuk menganggap serius kalimat Arkein siang itu, mereka saja baru saling mengenal beberapa hari belakang. Kalau dipikir-pikir lagi, Aretha bahkan tidak pernah berekspektasi ia dan putra bungsu Rysh itu akan menjalin interaksi sejauh ini.
"Aretha? Lo udah kelar?" Ifani muncul dari balik pintu kamar. Pertanyaannya tertuju pada tas ransel milik Aretha yang sudah terkemas rapi di sisi lain ranjang.
"Gue udah, berangkat sekarang, ya?"
"Iya, semua udah pada di bawah."
Perbincangan singkat itu usai, Aretha dan Ifani segera turun ke bawah menyusul para anggota keluarga lain yang tengah menyiapkan kendaraan untuk pulang.
"Yahhh....liburan udah selesai, besok masuk kuliah," keluh Ifani saat ia pertama kali menghampiri Kaylee yang tengah memastikan keadaan ban mobil.
"Harus semangat, dong! Kan besok pertama kali jadi mahasiswa." Kaylee mengusak pucuk kepala gadisnya itu.
Ada Aretha di sana, tanpa sadar ia mengukir senyuman tipis melihat interaksi pasangan di sebelahnya itu.
Arkein baru saja keluar dari mobilnya usai memanasi mesin kendaraan itu. Pandangannya pertama kali tertuju pada gadis cantik dengan kaos oversize abu gelap dan jeans sepaha. Ketika pandangan keduanya tak sengaja bertemu, Arkein memberi kode dengan tangannya untuk meminta Aretha berada di dekatnya.
Aretha sempat menautkan alis melihat tingkah lelaki itu sebelum mendekatinya.
"Gue bareng lo?" tanya Aretha memastikan.
"Kenapa? Lo gak mau?" tanya Arkein iseng.
Aretha menggeleng cepat untuk itu. "Apa sih? Gue cuma mastiin."
"Berarti lo mau sama gue?"
Gadis itu berdecak kesal mendengar pertanyaan Arkein yang tak jelas. Sebelumnya ia sempat jengkel dengan lelaki itu, kini entah disengaja atau tidak Arkein malah mengulangi kalimat yang sama, membuat Aretha kembali mengingatnya.
"Aretha—"
"Aretha sama Kein, Ma," potong Arkein tak sengaja sebelum sang Ibu menyelesaikan kalimatnya. Leonora hanya memberikan anggukkan setuju sebagai responnya.
"Ya sudah, ayo berangkat!" titah Joan yang tengah memulai menghidupkan mesin mobil ketika sudah memastikan istrinya, Kaylee dan Ifani sudah berada di dalam kendaraan yang sama.
Belum sempat jemari Aretha meraih pegangan pintu mobil, Arkein terlebih dahulu membukakan pintu mobil itu untuknya. Sepersekian detik Aretha sempat mematung, selanjutnya ia segera melangkah masuk. Arkein meletakkan telapak tangannya di pucuk kepala Aretha untuk menghindari terbenturnya kepala gadis itu dengan bagian atap mobil.
"Bisa biasa aja gak, sih!" gumam Aretha sangat pelan sembari menghela nafas untuk mengontrol dirinya. Arkein sudah menutup sempurna pintu mobil di sisi Aretha, lalu beralih hendak memasuki bagian pengendara.
Kendaraan roda empat hasil produksi Jerman itu segera melaju meninggalkan halaman vila, melewati jalanan menggunung yang cukup sempit dan sepi karena waktu sudah nyaris menyentuh malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE
Teen FictionAretha Eugenia, masa remaja yang ia pikir akan dihabiskan dengan hal-hal monoton, berhasil terpatahkan ketika Leonora--nyonya besar keluarga terpandang Rysh sekaligus sahabat mendiang Ibunya memutuskan untuk mengambil sepenuhnya tanggung jawab atas...