16. Sebuah Ungkapan Rasa

30 8 0
                                    

(Ren Melviano)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ren Melviano)

"Itu apa?" Aretha tertarik untuk membahas segelas cairan bening yang Ren teguk.

"Vodka." Ren menjeda. Lantas menuangkan sebotol anggur pada gelas milik gadis di sampingnya. "Buat lo wine lebih aman."

"Ada berapa banyak, sih, jenis alkohol di sini?" Aretha bergumam dengan manik kelam yang menyapu sekumpulan gelas kaca yang berisi cairan dengan warna berbeda di tiap meja.

"Lo tau, ini lebih keliatan kayak klub malam dibanding acara kampus," lanjutnya kemudian. Ia abai bahwa lawan bicaranya kini adalah putra pemilik Aratula, toh yang dikatakannya juga bukan tuduhan semata.

Kedua sudut bibir Ren tertarik ke atas menanggapinya. "Kein sama sekali gak pernah mau dateng ke sini, ini pertama kalinya. It seems because of you." Lelaki itu memilih pembahasan lain.

Aretha setuju, dirinyalah yang memohon pada Arkein untuk menghadiri Diamond Party malam ini. "Lo ke sini sendiri?" tanyanya.

Lelaki berambut kelam dengan helaian poni tipis menyentuh dahi itu mengangguk. "Biasanya sama Luca, ceweknya lagi sakit jadi dia absen."

"Lo pasti gak pernah absen." Aretha melanjutkan bicara. Mengingat lelaki ini adalah salah satu anggota keluarga besar petinggi Aratula, tidak mungkin Ren melewatkan malam ini yang justru sangat menguntungkan.

Ren terkekeh singkat, ia tahu arah pembicaraan gadis di hadapannya. "Arkein bilang apa soal Diamond Party ?"

"Permainan kasta berkedok acara kampus. Bener 'kan? Nyatanya cuma kalangan konglomerat yang berhasil masuk ke acara ini," jujur Aretha.

"Bener, alasan gue ke sini juga karena Papa."

"Memangnya Diamond Party gak pernah ditentang publik? Gak mungkin gak menimbulkan kontroversi."

"Pernah. Dulu namanya Aratula's Secret Party, dan yang memulai Kakaknya Grazela. Papa gue setuju karena seperti yang lo tau sponsor acara ini bakal sangat menguntungkan." Ren menjeda sembari kembali menegak cairan vodka di gelasnya.

"Dulu pernah ada demo besar. Setelah diskusi panjang, akhirnya Papa dan para petinggi lain ngumumin ke publik, kalau hasil sponsor dari acara ini juga digunakan untuk membantu mahasiswa dari kalangan ekonomi rendah biar bisa masuk dan lulus dari Aratula tanpa sepeser biaya."

"Temen lo, Jemar, salah satu penerimanya?" tanya Aretha.

"Bukan, dia tergolong mahasiswa penerima beasiswa prestasi."

Aretha tertegun. Pantas saja Diamond Party bisa bebas berjalan hingga kini, para petinggi berhasil menarik simpati masyarakat kalangan menengah ke bawah dengan iming-iming beasiswa. Padahal tetap saja mereka yang menerima keuntungan paling besar. Uang memang bukan segalanya namun dapat mengendalikan seisi dunia di bawah kaki sang pemilik tahta.

ARCANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang