14. Undangan dan Permintaan Tak Terduga

33 6 0
                                    

Hari ini sudah menyentuh minggu keempat Aretha menghabiskan seperempat harinya di Aratula. Semuanya tak selalu berlalu baik, tugas-tugas kuliah sudah mulai menghantui seisi kepala. Meski ia punya Arkein yang selalu leluasa menawarkan bantuan, kadang kala Aretha juga tak enak hati karena lelaki itu sudah pasti jauh lebih sibuk menjalani masa semester limanya.

Perihal hubungan, mereka sudah terbiasa saling membutuhkan. Singkatnya, Arkein tak akan melepas genggaman Aretha— Aretha menepati janjinya untuk tidak ke mana-mana.

Sungguhpun Joan dan Leonora sempat menaruh curiga pada apa yang terjadi di antara mereka, namun seiring bejalannya masa pertanyaan itu tidak pernah muncul lagi.

"Lo dapet undangan ini, gak?" Ifani berbisik pada Aretha di sebelahnya, gadis itu yang tengah fokus pada buku bacaannya menyempatkan diri untuk menoleh.

"Gue belum liat ponsel, memangnya undangan apa?" tanya Aretha sembari bergeser lebih dekat agar suaranya yang mengecil dapat terdengar. Keduanya sedang berada di perpustakaan kampus, mereka tengah menghabiskan waktu untuk menunggu kelas selanjutnya.

Ifani membuka tautan pada sebuah pesan seperti pesan otomatis itu. Setelah berhasil terbuka sepenuhnya, mereka mendapati undangan daring dengan judul besar "Diamond Party" di sana. Hanya tertera alamat gedung untuk pelaksaaan acara itu dan informasi soal kode pakaian yang akan dikenakan para undangan. Tidak diberi konteks apapun perihal isi acara ini.

"Diamond party ?" gumam Aretha penuh tanya.

"Gue sempet denger soal ini. Katanya ini acara kampus, gak tau spesifiknya apa, yang jelas gak semua bisa dateng, cuma orang-orang tertentu yang dapet undangan," perjelas Ifani yang tampaknya tahu lebih banyak.

"Acara kampus?" Aretha yang selalu penasaran itu segera membuka ponselnya untuk melihat apakah dirinya menjadi bagian dari orang-orang terpilih itu.

"Eh, gue juga dapet!" serunya setelah mendapati sebuah pesan yang sama.

"Lo bakal dateng?" tanya Aretha kembali.

"Dateng dong! Memangnya lo gak kepo sebenarnya diamond party ini apa? Gue yakin ini gak cuma sekedar acara kampus biasa, gak ada keterangan apa-apa di undangannya."

Perkataan Ifani berhasil membangkitkan jiwa penuh rasa ingin tahu Aretha. Kenapa hanya orang tertentu yang diminta menjadi bagian dari diamond party itu?

———

"Kein—eh?" Aretha menarik langkahnya kembali dari pintu kamar Arkein yang setengah terbuka itu ketika melihat ada tiga lelaki lain di sana, entah sejak kapan teman-teman Arkein berkunjung.

Seluruh pasang mata di ruangan itu terarah padanya, semburat merah di kedua pipi Aretha tidak bisa disembunyikan.

"Hai, Aretha? Mau pizza?" tawar Luca sembari menunjuk sekotak pizza di hadapannya. Aretha sudah saling mengenal dengan teman-teman Arkein beberapa minggu silam.

"Eh, iya, makasih."

"Sini! gabung aja." Setelah melontarkan kalimat itu Ren langsung menerima pukulan pelan dari Arkein.

"Mau ngapain lo?" protes Arkein, ketus.

"Yaelah, posesif amat sama adiknya."

"Adik? Adik kakak mana yang ekhem...ekhem..."

"Gak usah berasumsi macem-macem, sialan!" Arkein segera beranjak dari duduknya lalu melangkah keluar dari kamar sembari menutup rapat pintunya, ia masih dapat mendengar gelak tawa ketiga temannya di sana.

ARCANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang