Area parkir bawah tanah gedung aula itu sudah dipenuhi dengan beragam merek mobil ternama. Benar yang Arkein katakan selumbari, Diamond Party hanya menerima tamu dari kalangan kelas atas. Para mahasiswa pemilik nama yang tercantum marga generasi sendok emas-lah yang memiliki hak penuh untuk menghadiri acara milik Aratula malam ini.
Lelaki dengan setelan hitam itu memberikan lengannya untuk disambut oleh gadis cantik yang mengenakan gaun bernuansa buah persik di sebelahnya. Keduanya tampak serasi ketika beiringan memasuki pintu utama dengan gandengan yang tertaut apik.
Meski puluhan mata di sana sudah mengetahui keduanya memiliki marga yang sama, namun tak sedikit yang menaruh curiga bahwa hubungan mereka lebih dari sekadar saudara adopsi.
"Selamat datang! Sebagai ketentuan untuk menjadi bagian dari Diamond Party malam ini, mohon untuk memperlihatkan undangan anda!" Wanita berpakaian hitam putih itu menyambut antrian di meja resepsionis area utama gedung.
Setelah usai mengantre, kini giliran Aretha dan Arkein untuk menunjukkan layar monitor gawai mereka sebagai tanda telah mendapatkan undangan khusus acara Aratula malam ini. Usai diterima, keduanya segera memasuki kawasan inti tempat di mana pesta ria bermula.
Aretha melepaskan gandengannya dari lengan Arkein untuk meletakkan ponselnya kembali pada tas lengan kecil miliknya. Lantas kepalanya terangkat untuk mengitari setiap inci ruangan inti gedung ini. Sorotan lampu memancarkan cahaya putih, biru dan ungu bersamaan. Beberapa meja beralaskan kain putih satin dipenuhi dengan susunan gelas kaca berisi minuman alkohol. Banyak sponsor yang tertera di tiap sudut ruangan. Alunan musik belum bertendum terlalu keras, sehingga suara-suara para hadirin di sana lebih menguasai ruangan.
"Hai, Aretha! Lo cantik malam ini!" Lelaki tinggi dengan mata kecil itu, Aretha mengenalnya, mereka berada di kelas yang sama. Namanya Keano.
Aretha hanya tersenyum canggung tak tahu harus bereaksi bagaimana.
"Lo sendiri-"
Pupil mata sang jelita melebar ketika merasakan sentuhan lembut dari lengan seseorang melingkar di pinggangnya. Aretha belum mendongak ke samping, namun mengenal aromanya saja ia sudah bisa memastikan Arkein yang menggapai tubuhnya dari belakang. Tadinya ia tak sengaja menjauhi lelaki itu karena fokusnya terjaga pada tas kecilnya.
"Oh, sama Kakak lo. Gue duluan, ya." Keano terkekeh canggung, lalu segera melangkah pergi menghampiri temannya yang lain.
"Jangan jauh-jauh dari gue." Bisikan Arkein di telinganya membuat gadis itu mendongakkan kepalanya hingga manik kelam keduanya bertemu.
"Iya, posesif banget," Gadis itu mencibir.
Aretha tak risih sama sekali dengan lengan Arkein yang masih setia melingkar di pinggangnya ketika keduanya semakin melangkah masuk menyusuri inti gedung. Malah ini pertama kalinya rasa khawatir tak menguasai dirinya ketika berada di keramaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE
Fiksi RemajaAretha Eugenia, masa remaja yang ia pikir akan dihabiskan dengan hal-hal monoton, berhasil terpatahkan ketika Leonora--nyonya besar keluarga terpandang Rysh sekaligus sahabat mendiang Ibunya memutuskan untuk mengambil sepenuhnya tanggung jawab atas...