"Shit...!"🥀
Haikal melepas bandana yang mengikat dahinya itu dan menaruhnya di meja. Setelah jiandra bilang sudah berhasil mendapatkan sesuatu disana harris memerintahkan untuk segera berkumpul lagi namun berkumpulnya dirumah milik harris.
Ave terlihat canggung sambil membawa buket bunga yang tadi dipesannya bersama haikal, mereka berhasil keluar dari sana meskipun terlihat amara sedikit curiga dengan haikal karena menggunakan masker.
Namun ave berhasil memberikan alibi yang kuat kalau jamal alias haikal memiliki alergi terhadap bunga. Bersyukurlah karena saat ini haikal benar benar sedang pilek, sehingga semakin menguatkan alibinya.
"Duduk sini aja santai." Ucap haikal menarik lengan ave agar duduk di sebelahnya. Dengan tetap menggenggam buket bunga itu, ave tersenyum canggung menatap jiandra dan harris yang duduk di depannya.
Sekarang mereka sudah berada di kediaman harris, menunggu jiandra yang tampak mengeluarkan sesuatu dari ranselnya. Jiandra dengan wajah sumringah meletakkan benda berharga itu diatas meja, membuat yang lain terkejut dengan apa yang ditemukan oleh jiandra.
"What the..." haikal terkejut dengan benda dalam plastik itu. Sebuah pisau berukuran sedang yang ujungnya terdapat noda kering. Jadi amara benar benar pelakunya? Akal sehat haikal tidak bisa menerima itu karena amara sama sekali tak terlihat seperti orang yang pernah membunuh seseorang.
"Belum, kita harus mengeceknya terlebih dahulu untuk memastikannya!" Harris menjawab sambil mengamati lekat pisau yang memeliki bercak darah itu. Apakah akhirnya kasus ini akan segera terpecahkan?
"Bagaimana dengan penyamaran mu tadi kal?" Jiandra bertanya sesaat setelah ia memasukkan kembali belati itu pada ranselnya, ia harus mengamankan barang bukti itu kali ini. Agar kejadian tempo lalu tidak terjadi lagi.
"Ah..entahlah aku tak yakin, tapi sesaat setelah dia melihat wajah ave dia tampak sangat terkejut. Terlihat dari bola matanya yang membulat." Jawab haikal mengingat ingat apa yang tadi ia perhatikan saat menyamar.
Ave hanya bisa mendengarkan sambil menyesap teh yang dibuat oleh harris. Ini adalah moment langka karena ave bisa menikmati teh manis sambil duduk di sofa ala orang kaya. Andai ibu dan adiknya bisa merasakan hal yang sama juga.
"Aku juga melihat ada bunga mawar hitam yang tumbuh subur disana. Bukankah dulu saat gin mengintrogasinya ia bilang tidak memiliki tanaman itu?" Jiandra bertanya menatap harris yang juga pernah datang kebelakang toko bunga milik amara. Dan jiandra pun sebenarnya dulu juga sempat menanyakan hal itu pada amara, dan jawabanya pun juga sama tidak punya tanaman itu di kebunnya.
"Hmm betul, apakah di ruangan kecil itu kau tidak menemukan siapa pun? Aku yakin seratus persen bahwa saat itu aku mendengar ada rintihan minta tolong." Harris menatap jiandra meminta jawaban, namun jiandra menggelengkan kepalanya. Jiandra sudah mengamati tempat itu dan benar benar tak menemukan seseorang disana.
"Yang aku lihat hanya tumpukan pupuk dan juga peralatan berkebun." Jawab jiandra membuat harris kembali berfikir. Apakah saat itu harris benar benar hanya halusinasi saja?
"Ave! Saat kau kesana, apakah kau tak asing dengan wajah gadis itu?" Harris melontarkan pertanyaan pada ave yang sedang melamun, sehingga saat harris menyebut namanya dengan tegas ia sedikit terlonjak kaget.
"Ah..emm, menurut saya suaranya berbeda dengan gadis yang saya temui dulu, namun sorot matanya yang tajam sedikit membuat saya dejavu." Jawab ave dengan sedikit terbata, rasanya bagaikan bebek di lingkungan para angsa jika begini. Ave merasa melihat kesenjangan yang sangat jauh saat melihat para bapak bapak polisi dihadapan nya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/358426986-288-k841210.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
killer rose 🥀
Mystery / Thriller21+ Mungkin akan banyak adegan sensitif seperti pembunuhan,penyiksaan,atau hal hal sensitif lain nya yang akan membuat sedikit tidak nyaman.BIJAKLAH DALAM MEMBACA!!!! Hilang nya beberapa pemuda di kota sanjana membuat polisi dan para detektif kuw...