BAGIAN DUAPULUH EMPAT 🥀

4 1 0
                                    

Gin menatap mahen yang tampak frustasi memijat keningnya yang terasa nyeri. Setelah kejadian itu polisi yang ada disekitar dikerahkan untuk mengejar dua tersangka yang sudah kabur entah kemana.

"Butuh panadol gue!" Ucap mahen sambil mengetuk ngetuk pelan kepalanya pada meja kerjanya, dan itu membuat gin hanya bisa menghela nafas lelah menatap ketuanya itu.

"Istirahat dulu aja bang, kasihan tuh otak dibuat mikir mulu. Kita juga tunggu kabar dari ave aja gimana keadaan nya sekarang." Ucap gin memberi saran, biasanya manusia jika sudah frustasi akan sulit yang namanya berfikir dengan tenang. Makanya dibutuhkan manusia seperti gin yang selalu bisa berfikir jernih meski dalam keadaan yang pelik sekalipun.

"Dapet kabar dari haikal, syukurlah katanya ave keadaan nya udah stabil dan mungkin nanti akan dicoba buat tanya kronologinya gimana." Jiandra melapor kepada mahen yang tampak meletakkan kepalanya pada meja itu, mahen jadi sedikit lega mendengar keadaan ave yang bisa dibilang cukup baik baik saja.

"Ahhh syukurlah dia baik baik aja!" Gumam mahen sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya, ia menutup matanya namun dengan otak yang terus bekerja memikirkan tindakan apa selanjutnya.

"Besok kita temui soraya terus introgasi dia, sekalian tanya dimana alamat rumah amara!" Ucap mahen setelah membuka matanya dan mendapat anggukan dari gin serta jiandra berbarengan.

******

Aroma tanah yang khas setelah hujan menguak ke indra penciuman harris yang tampak masih berkutat pada komputernya itu. Semalam setelah pulang dari rumah sakit ia langsung ke kantor mencari data data yang diperlukan dan mempelajari lebih lanjut tentang data diri amara.

Saat ave angkat bicara dan bilang bahwa pelaku pembunuh berantai itu adalah benar benar amara membuat harris tampak terkejut. Bagaimana bisa ia sebodoh itu kecolongan, pelaku sudah didepan mata ia malah bingung dengan pikirannya sendiri. Bahkan ia juga sempat dipermainkan oleh pelaku, harris benar benar merasa gagal menjadi detektif.

"Kamu gak tidur ris?" Tanya mahen saat menatap harris yang tetap sama pada posisinya sejak tadi malam. Terlihat kantung mata harris yang semakin menggelap karena jam tidur yang semakin berantakan, percayalah kasus ini membuat semuanya menjadi berantakan.

"Gabisa. Pikiranku terlalu kalut karena pelaku utama yang kita cari malah kabur sekarang entah kemana." Jawab harris sambil terus berfokus pada komputernya itu.

"Maaf karena aku pelaku jadi kabur, aku memang bukan pemimpin yang baik ya?" Mahen menundukkan kepalanya merasa gagal menjadi ketua, itu membuat harris langsung mengalihkan pandanganya pada mahen dan menggeleng tak setuju.

"Kenapa nyalahin diri sendiri? Bukan salah kapten! Gak ada yang nyangka juga kalau dia ternyata punya komplotan kan, jadi ini emang diluar dugaan kita semua. Kapten udah jadi pemimpin paling hebat buat devisi kita, jadi gaperlu nyalain diri sendiri kek gitu!" Ucap harris panjang lebar membuat mahen yang tadinya murung jadi sedikit menyunggingkan senyum.

Tampaknya harris rela ngomong panjang lebar begitu demi menghiburnya, ia harus menghargai itu kan?

"Bener itu! Gaperlu merasa gitulah bang!" Haikal menyaut, entah datang dari mana anak itu tiba tiba ikut menimbrung percakapan antara mahen dan harris.

"Datang dari mana bocah ini satu?" Gumam mahen menatap haikal yang tengah merangkul pundak nya sok akrab sambil menampakkan muka tengil nya. Yah tapi mahen tak masalah dengan hal itu, bukan hal yang besar.

killer rose 🥀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang