Rintikan air mulai turun membasahi jalanan setapak diantara kebun yang gelap itu. Suasana terasa mencengkam karena suara suara hewan malam terasa memekik telinga.
Mahen memimpin jalannya pencarian menyusuri kebun jati yang tampak rimbun itu. Mahen memegang senternya sambil terus menggerakkan nya mencari sosok tadi, bajunya yang hitam membuat orang itu menyatu dengan kegelapan malam dan semakin membuat mahen dan yang lainnya kebingungan karena kehilangan jejak.
Suara ranting kering yang terinjak membuat mahen dan yang lainnya menoleh ke sumber suara dan berhasil melihat sosok berbaju hitam yang mereka cari. Sosok itu langsung berlari kencang saat tertangkap sinar senter.
"HEI BERHENTI!" Teriak mahen kemudian dengan segera mengejar sosok itu diikuti yang lainnya. Mereka tampak sedikit kesusahan sebenarnya dengan medan yang dipenuhi pohon jati dan semak belukar yang terkadang berduri.
Hujan semakin lebat menguyur pinggiran kota itu, medan yang dilalui pun semakin sulit karena licin dan banyaknya genangan air yang cukup menggangu. Mereka tetap mengejar sosok itu yang masih terus berlari menuju ke jalan raya.
"BERHENTI ATAU KAMU SAYA TEMBAK!" Mahen berteriak kembali sambil menembakkan tembakan peringatan pada sosok itu yang sudah berlari kearah jalan raya yang cukup sepi karena sudah hampir tengah malam.
DOR..DOR..DOR...
Suara tembakan dari pistol mahen bergema membuat sosok itu terjatuh duduk. Satu dari tiga tembakan mahen berhasil mengenai kaki kiri sosok itu, membuat sosok itu kesusahan berdiri lagi karena rasa ngilu yang ada di kakinya itu.Mahen semakin mempercepat larinya, mencoba menangkap sosok yang tengah berjalan terseok seok dengan darah yang mengalir aspal yang ia lewati. Meskipun dengan kaki yang berlubang karena timah panas, sosok itu masih bisa berjalan mengerahkan seluruh sisa tenaganya yang ada.
Jarak mereka semakin dekat dan mahen semakin mengencangkan larinya sekuat mungkin. Dan tanpa ia sadari dari arah belakang ada motor scoopy hijau yang melaju kencang kemudian menendang mahen dengan kakinya sampai mahen terpental karena tak siap akan tendangan itu.
Datang entah dari mana lagi sosok dengan hoodie putih memakai masker langsung menyuruh sosok berbaju hitam itu naik dan melaju dengan kecepatan diatas rata rata. Mahen yang kaget pun sedikit cengo sambil memandangi motor yang sudah melesat menjauhinya.
"Dia punya komplotan?" Gumam mahen yang mencoba mendirikan tubuhnya yang masih terduduk diantara kubangan air itu membuat baju mahen penuh dengan lumpur dan basah.
****
Suara isakan memenuhi telinga haikal yang tengah duduk di ruang tunggu pasien itu. Disampingnya ada harris yang tengah memberikan ibu dan adik ave yang tengah menangis terisak itu. Tampaknya mereka begitu syok dengan apa yang telah terjadi pada ave.
Dokter masih menangani ave yang saat dibawa didalam ambulan tadi sudah tidak sadarkan diri. Itu semakin membuat panik haikal dan membuat ia semakin khawatir dengan keadaan ave sekarang.
Sudah tigapuluh menit lamanya dan dokter masih belum keluar juga, haikal takut terjadi sesuatu hal yang fatal karena mereka telat menyadari bahwa mereka harusnya lebih dulu melindungi ave yang telah membantu mereka.
"Kakak ave bu....." gadis dengan kaos bergambar panda usang itu tampak menangis sesenggukan sambil memeluk ibunya yang juga sama menangisnya.
Tadi saat mendengar suara tembakan mereka langsung terbangun dan melihat kondisi diluar rumahnya sudah penuh motor milik polisi dan ave yang sudah tergeletak lemas bersama dua polisi.
Sungguh betapa khawatirnya ibu ave melihat anaknya yang sudah pucat itu tengah mendapat pertolongan pertama dari harris yang memperban leher ave dengan kasa yang untungnya ia bawa.
"Kami akan berusaha membantu menyelamatkan ave." Ucap harris sambil menepuk bahu ibu ave yang bergetar karena tangisnya yang tak kunjung reda.
Haikal yang melihat itu tampak ikutan sedih dengan air mata yang sudah diujung pelupuk matanya itu. Melihat ave yang baru saja tadi sore tampak bergembira senang mendapatkan uang dan bisa memberikan kepada ibu dan adiknya. Tapi saat ini yang ia lihat malah tangisan kesedihan karena ave yang tengah diruang ICU itu.
Suasana senyap, isakan dari keluarga ave reflek berhenti ketika dokter keluar dari balik pintu ruang ICU. Semua mata tertuju pada dokter muda itu yang tengah membuang nafas berat sambil tersenyum. Percayalah itu semakin membuat jantung haikal berdetak dengan kencang karena perasaan penasaran tapi juga takut.
"Bagaimana dok keadaan anak saya dok?" Ibu ave langsung berlari begitu saja memegang tangan dokter muda itu sambil memasang wajah khawatirnya. Genggamannya begitu erat menyatakan bahwa ia benar benar berharab bahwa ave akan baik baik saja.
"Ibu tenang dulu jangan panik oke, mari duduk. Saudara Ave gapapa kok bu dia baik baik saja untungnya." Dokter itu berucap setelah mendudukkan ibu ave kembali ketempatnya.
Seperti hujan yang datang dikala kemarau melanda, rasanya kabar itu membuat haikal dan juga harris bernafas lega. Rasa sesak yang tadi sempat bertengger dihati mereka kini sedikit mereda. Andai ave kenapa napa harris tidak bisa memaafkan dirinya sendiri sepertinya. Karena sejak awal ini adalah idenya.
"Tadi pasien membutuhkan donor darah karena pendarahan yang terjadi pada luka pasien. Syukurlah kami masih mempunyai stok darah yang dibutuhkan, dan terimakasih pada pak harris karena sudah dengan tepat memberikan pertolongan pertama pada pasien. Sehingga pasien tidak sampai kehabisan darah." Jelas dokter muda bernama afip itu membuat semua bisa sedikit lebih tenang dari pada tadi.
"Tapi gaada hal fatal yang terjadi pada ave kan dok?" Tanya haikal sambil memandang dokter afip penasaran. Entah kenapa tapi haikal sudah merasa ave itu seperti sahabatnya sendiri.
"Ah mungkin pasien akan mengalami trauma akan hal yang sudah terjadi, jadi dimohon saat sadar nanti jangan terlalu banyak memberi banyak pertanyaan yang berhubungan dengan itu. Tolong biarkan pasien sesikit pulih dahulu." Jawab dokter afib, kemudian ia pergi setelah berpamitan dan dijawab anggukan oleh semuanya.
"Terimakasih ya kamu udah nyelametin anak saya!" Ibu ave berucap menatap harris dan menggenggam dengan tangan yang masih bergetar itu.
" Saya tidak melakukan apa apa bu, ini semua karena ave adalah orang yang kuat!" Ucap harris dan membuat ibu ave mengangguk lemah.
Haikal yang memandangi itu cukup tersentuh melihatnya. Kasih sayang dari ibunya ave membuat nya sedikit iri, ah.. bisakah ibu ave menjadi ibunya juga?
"Kamu mau es krim?" Tawar haikal setelah menghampiri adik ave yang masih terisak itu. Gadis belia itu pasti merasa trauma melihat apa yang terjadi oleh kakak nya tadi.
" Gapapa, aku teman nya kak ave!" Ucap haikal membujuk gadis berusia tujuh tahun itu. Dan dengan takut takut gadis itu menatap ibunya terlebih dahulu meminta pendapat.
"Gapapa nak, kakak itu baik udah nolongin kak ave!" Ucap ibu ave kemudian membuat gadis mungil itu mengangguk dan menerima uluran tangan haikal.
Mereka tampak berjalan bergandengan meninggalkan rumah sakit dan menuju ke kedai eskrim terdekat. Haikal jadi sedikit merasa dejavu karena ini, ia merindukan keluarga kecilnya yang dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
killer rose 🥀
Misterio / Suspenso21+ Mungkin akan banyak adegan sensitif seperti pembunuhan,penyiksaan,atau hal hal sensitif lain nya yang akan membuat sedikit tidak nyaman.BIJAKLAH DALAM MEMBACA!!!! Hilang nya beberapa pemuda di kota sanjana membuat polisi dan para detektif kuw...