"Tch..,gampang sekali dibodohi!"🥀
Matahari tampak hampir tenggelam dibarat sana, masih sedikit menampakkan warna merah jingga yang terlihat sangat indah. Tapi berbanding terbalik dengan itu, saat ini wajah harris tampak mendung menatap tajam pemuda dihadapan nya yang tampak bergetar ketakutan sambil menunduk.
Pemuda itu terlihat lebam dibagian dahinya akibat tekena tekelan jiandra tadi. Matanya yang lebar terlihat menyipit karena tidak berani menatap tatapan dingin harris yang menusuk. Bahkan gin yang ada disamping harris pun ikut merasakan hawa menusuk milik harris.
"Kenapa kamu melakukan hal itu, kamu sudah siap dipenjara ya? Atau memang kamu pelaku dari pembunuhan berantai ini?" Harris bertanya dengan suara pelan tapi berhasil membuat pemuda tinggi dihadapan nya itu tersentak dengan wajah terkejut.
"Pembunuhan? Bu-kan saya pelakunya pak sumpah!" Pemuda itu dengan suara bergetar melakukan pembelaan pada dirinya. Harris tampak memajukan tubuhnya dan menyatukan kedua telapak tangan nya diatas meja, dengan pandangan menusuk harris pemuda itu kembali tertunduk.
"Lalu kenapa kamu mencuri barang bukti yang saya bawa kalau kamu benar benar bukan pelakunya?" Pemuda itu mengedipkan matanya cepat, terlihat bingung dengan pertanyaan yang harris lontarkan. Sedangkan gin yang ada disebelah harris tengah sibuk mencatat dan mengamati inti dari introgasi ini.
Tadi setelah pemuda ini pingsan, para anggota polisi langsung membawakan pihak medis untuk memberikan pertolongan pertama pada pemuda itu dan menyadarkan pemuda yang kurus kering itu dari pingsan nya.
Beruntung kata para medis luka memar didahinya tidak menimbulkan hal yang berbahaya atau mengancam nyawa, dia hanya pingsan karena memang lelah dan kelaparan saja. Jadi tekelan jiandra tadi itu pemanis saja.
"Saya benar benar tidak tau tentang barang bukti apalagi berhubungan dengan pelaku pembunuhan berantai itu pak!" Kali ini pemuda itu menjawab dengan lantang, terlihat tak ada kebohongan dimatanya yang sedikit belo itu.
Suasana senyap, sunyi dan hanya tersisa suara goresan tinta dari gin yang tengah menulis sesuatu entah apa itu. Pemuda dengan tampang yang sedikit kucel itu menggenggam erat pegangan kursi yang terbuat dari besi itu.
"Nama kamu siapa?" Gin mengambil atensi pemuda yang tengah merunduk itu, harris terlalu terburu buru tadi sampai lupa menanyakan nama dari pemuda yang tengah keringat dingin itu.
"Na-nama saya ave pak." Matanya bergerak kekanan kiri dengan perasaan yang luar biasa panik, pemuda bernama ave itu sangat takut dipenjara karena melakukan hal yang ternyata fatal untuk dirinya sendiri.
Harris tampak membuang nafas berat sambil mengendalikan rasa kesal nya yang sudah diubun ubun itu. Sepertinya ia terlalu terbawa emosi karena barang bukti penting nya itu sudah lenyap begitu saja. Mencarinya ketengah danau itu juga hal yang sia sia sepertinya. Barang itu sudah hancur dan sidik jari pun mungkin sudah hilang.
"Bisa tolong ceritakan bagaimana kamu bisa mengambil barang bukti itu dari saya?" Harris menurunkan emosinya dan terlihat sedikit lebih santai meskipun masih terlihat menyeramkan dimata ave.
Ave menggigit bibir bawahnya sambil menggerakkan kakinya yang gemetar menandakan bahwa dirinya tengah gugup dan takut kalau kalau nanti ia salah bicara.
"Saya cuma pemulung yang gak tau harus gimana pak, saya tadi disuruh sama orang buat ambil jam tangan itu dari bapak. Nanti kalo saya mau saya dikasih uang sama dia. Karena saya udah kelaparan belum makan dari kemaren, yaudah saya terima." Ave berhasil menjelaskan dengan satu kali tarikan nafas meskipun dengan sedikit tertatih.
"Siapa yang nyuruh kamu,kamu tau ciri cirinya?" Harris excited langsung memajukan tubuhnya lebih dekat lagi pada ave. Mata harris sudah berharap harap semoga pemuda di depan itu dapat mengenali pelaku itu.
Ave hanya menggelengkan kepalanya takut takut, wajahnya merasa bersalah karena melihat mimik harris yang terlihat kecewa dan mundur kembali ketempat nya.
"Bisa tolong sebutin bagaimana ciri ciri dari orang yang nyuruh kamu?" Harris kembali berucap setelah beberapa detik terdiam membuang nafas berat. Tangannya tengah memijat pelipisnya yang terasa pusing akibat kejadian tadi.
Ave diam sambil mencoba mengingat ingat bentukan dari sosok yang dengan tiba tiba datang kepadanya saat ave tengah mengumpulkan botol plastik bekas, sudah menjadi kegiatannya sehari hari memulung demi sesuap nasi yang berharga.
Ave terlahir tidak beruntung pada keluarga yang miskin, kedua orang tuanya tak mampu menyekolahkan dirinya dan kedua adiknya yang masih kecil. Akibatnya ave hanya bisa bekerja serabutan sebagai buruh panggul dipasar dan juga terkadang memungut botol plastik. Hanya demi agar perutnya dan keluarganya bisa merasakan kenyang.
Siang itu saat ave sedang asik mencari botol bekas, bagaikan seolah malaikat kegelapan datang seorang gadis berhoodie hitam dengan masker hitam dan sarung tangan hitam disiang bolong. Gadis itu menghampiri ave yang tampak kebingungan melihat manusia aneh yang siang dengan terik yang panas ini malah berpakaian setertutup itu.
Ave tampak takut takut setelah melihat gadis itu berhenti tepat dihadapan ave dan berbicara dengan nada rendah menawarkan sesuatu yang membuat ave benar benar tertarik.
"Aku akan beri kamu uang saat ini juga kalau kamu mau mengambil sesuatu yang ada ditangan orang itu. Hancurkan lalu buang lah kedalam danau yang tenang disana!" Tangan gadis itu menunjuk letak danau yang tak jauh dari lokasi itu. Gadis itu juga segera menggenggamkan amplop tebal berwarna coklat pada genggaman ave.
"Apa. Siapa dia yang harus aku hadapi? Aku takut kalau itu akan membahayakan diriku sendiri!" Walau sangat tergiur, logika ave masih sanggup berfikir untuk tidak melakukan nya.
"Dia hanyalah orang biasa yang tidak akan membahayakan mu, ambilah dan lakukan itu secepatnya. Aku tau kau sangat membutuhkan uang ini bukan?" Gadis itu berhasil memanfaatkan ave yang memang dalam keadaan yang sulit.
Ave tak tau bahwa kesialan tengah menimpanya saat ia dengan ragu menerima uang itu dan mengangguk mau melakukan apa yang diperintahkan oleh wanita aneh dihadapan nya itu. Ave benar benar tidak tau bahwa yang tengah ia hadapi adalah detektif yang tengah mencari barang bukti penting dari kasus yang beberapa kali lewat terdengar ditelinga ave.
Ave tidak melihat bahwa disebrang sana ada beberapa anggota polisi dan medis yang tengah duduk sambil membicarakan masalah serius. Lokasi itu tertutupi oleh pohon rindang yang ada dibahu jalan, menutupi sekumpulan orang orang yang tengah berseragam rapi.
Ave hanya bisa melihat harris yang tengah berjongkok mengambil sesuatu disana, ave tidak terlalu melihatnya karena jarak yang cukup jauh. Ave tidak tau menau tentang harris yang terlihat hanya seperti warga lokal biasa karena pakaian nya yang terkesan casual dan hanya menggunakan kemeja coklat dengan celana bahan rapi. Terkesan seperti laki laki pekerja kantoran yang tengah gabut memungut benda.
Bahkan ave tidak menyadari bahwa disana ada garis polisi yang melintang cukup lebar, ia terlalu fokus untuk segera melakukan aksinya lalu pulang untuk memberi tahukan pada ibunya ia dapat uang banyak.
Namun seperti yang bisa dilihat ekspetasi ave hanya berakhir dalam angan karena bukannya bisa makan enak setelah sekian lama bersama keluarga, ia malah harus menghadapi polisi dan terpaksa mengikuti introgasi yang terasa sangat mencekam menurut dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
killer rose 🥀
Misterio / Suspenso21+ Mungkin akan banyak adegan sensitif seperti pembunuhan,penyiksaan,atau hal hal sensitif lain nya yang akan membuat sedikit tidak nyaman.BIJAKLAH DALAM MEMBACA!!!! Hilang nya beberapa pemuda di kota sanjana membuat polisi dan para detektif kuw...