BAGIAN DELAPAN BELAS 🥀

9 2 0
                                    




"......."🥀




Sudah tiga hari jika dihitung dari kejadian yang ada di danau kemarin, tampaknya anggota kepolisian terlebih lagi mahen tampak semakin kuwalahan akan kasus rumit yang terjadi ini. Bahkan terlihat mahen sampai memiliki mata panda karena jarang tidur.

Beberapa kali juga anggota keluarga dari korban yang terbunuh datang ke kanpol untuk meminta pertanggung jawaban. Mereka terus terusan mendesak kepolisian agar segera menemukan pelaku, dan menghukumnya dengan hukuman seberat beratnya.

Entah harus menggunakan bahasa apalagi mahen menjelaskan pada mereka,bahwa pihak kepolisian juga tengah gencar gencarnya merusaha semaksimal mungkin untuk segera menemukan pelaku dari tindakan tidak bermoral ini.

Mahen sangat paham kalau mereka tidak terima jika anggota keluarganya terbunuh dengan sia sia ditangan orang yang bahkan tidak diketahui siapa itu. Tapi disisi lain mahen dan tim juga sampai sekarang masih mencari cari titik terang dari kasus yang sangat meresahkan ini.

"Mau kopi?" Suara khas dari seorang gin menyapa mahen sampil menyodorkan sekaleng kopi instan yang terasa dingin. Mahen menerima kopi itu setelah meletakkan beberapa berkas yang tadi dia amati.

"Thanks!" Mahen berterima kasih setelah menerima kopi itu dan menyeruputnya ketika ia berhasil membuka kaleng itu dengan jarinya. Gin tampak mengangguk kemudian ikut duduk disebelah mahen yang terlihat kacau.

Mereka terlihat sama sama diam sambil sesekali meneguk kopi yang terasa dingin diperut yang sama sekali belum terisi makanan dari semalam. Mahen maupun gin belum pulang sejak semalam akibat satu dan lain hal.

BRAK....!
Suara gebrakan pintu dari luar membuat gin juga mahen sama sama terkejut, apalagi jam masih menunjukkan pukul lima pagi.

Mahen dan gin saling memandang satu sama lain sebelum memutuskan untuk memeriksa, siapa manusia gabut yang menggebrak pintu kanpol berkali kali di pagi buta begini. Mahen melangkah perlahan diikuti dengan gin yang berjalan dibelakang nya.

Terlihat dua orang wanita dengan rambut kusut tengah mengetuk pintu kanpol dengan panik. Kedua wanita itu tampak sama sama menangis dengan wajah yang ketakutan, membuat mahen yang ada di paling depan buru buru membuka kan pintu untuk kedua wanita yang sepertinya mahen tak asing dengan wajahnya.

"Eh ini kalian kenapa? Ayo masuk terus jelasin pelan pelan." Ucap mahen setelah membuka pintu dan kedua wanita itu tampak menangis lebih histeris, terlihat ketakutan seperti usai melihat hantu.

🥀

Gin tampak meletakkan dua botol air mineral dihadapan dua gadis muda yang tengah menetralkan nafas dan air matanya itu. Seperti yang mahen duga, ternyata kedua gadis itu adalah pemilik dari toko bunga yang letak nya tak jauh dari kanpol.

Mahen menatap amara dan soraya bergantian, memperhatikan kedua gadis yang tampak masih terisak. Apalagi amara yang tangannya sampai gemetar saat berusaha membuka tutup botol air yang di sediakan gin tadi.

"Sebenarnya ada apa?" Mahen mulai membuka pembicaraan ketika isakan kedua gadis itu sedikit mereda. Soraya tampak menenggak air di dalam botol sebelum ia membuka mulut untuk menjelaskan apa yang telah terjadi.

....

Soraya memarkirkan motornya pada halaman toko bunga milik amara. Ia tampak melepas helm nya sebelum sedikit merapikan rambutnya yang kusut akibat perjalanan dari rumah nya yang cukup jauh.

Suasana masih terlalu sepi saat itu karena jam masih menunjukkan pukul lima kurang tiga puluh menit. Ia datang lebih awal karena kemarin amara menghubunginya bahwa akan ada beberapa pesanan bucket bunga yang cukup besar hari ini. Sehingga mereka harus lebih awal menyiapkan nya agar tepat waktu dalam pengiriman nya.

Soraya tampak celingak celinguk mengintip kedalam toko bunga yang masih terlihat gelap karena lampu yang dimatikan. Soraya sama sekali tak mendapati amara didalam sana, sehingga ia harus memutar agar bisa masuk kedalam toko melewati pintu belakang yang hanya di kuncil slot saja.

Soraya berfikiran bahwa amara masih belum datang karena ia benar benar tidak menemukan tanda keberadaan amara disana. Tanpa berfikir panjang pun amara menyalakan lampu pada toko dan membuka pintu sekedar agar udara yang terperangkap disitu keluar dan digantikan oleh udara yang baru.

Dan setelah hampir lima menit amara tak menampakkaan batang hidungnya, soraya pun berinisiatif menelpon amara untuk bertanya kemana temannya itu yang kebetulan sedikit mengaret.

Namun, yang soraya dapatkan setelah amara mengangkat telponnya adalah isak tangis yang terdengar ketakutan. Soraya tampak panik kala mendengar suara bergetar milik amara. Karena itulah tanpa pikir panjang soraya mendatangi dimana lokasi amara dan menemukan ia tengah berdiri dekat tong sampah besar yang tak jauh dari toko bunga milik mereka.

Amara tengah meringkuk ketakutan. Saat soraya mencoba mendekatinya ia melihat luka sayatan kecil di betis bagian kiri amara. Dan yang lebih mencengangkan adalah sosok mayat laki laki yang  tergeletak tak jauh dari amara meringkuk.

......

"Jadi mengapa mbak amara bisa berada di dekat mayat itu?" Mahen yang tadi tampak menyimak cerita dari soraya langsung bertanya penasaran dengan alasan amara ada disana.

"Amara sudah datang lebih awal dari pada saya, dan dia pergi keluar sebentar untuk membuang sampah bekas kami kemarin membuat bucket. Tapi dengan kebetulan amara tak sengaja melihat orang dengan hoodie hitam tak jauh dari lorong  sana tengah melakukan tindak kekerasan oleh seseorang..."

"Tunggu! Mbak amara melihat sosok pelakunya?" Mahen tampak terkejut mendengar penjelasan soraya. Dan dengan tergopoh berdiri dari duduknya dan mengambil ponsel dari sakunya menelpon seseorang.

Tampaknya mahen dengan segera memanggil harris dan yang lain, sebelum ia pergi memerintahkan seluruh polisi yang mendapat shift malam untuk berpencar mencari pelaku. Sedangkan mayat yang tadi ditemukan soraya dan amara sudah diambil oleh pihak medis.

"Lalu bagaimana kamu bisa selamat dari penjahat itu? Apa kamu melihat wajahnya?" Kini gin yang beralih memberi pertanyaan mengintrogasi amara maupun soraya. Tapi gelengan kepala yang diberikan oleh amara membuat gin kecewa karena amara tidak dapat melihat wajah dari pelaku.

"Sa-ya tidak sengaja membuat suara dan dari kejauhan pelaku itu menatap saya...dan..menghampiri saya. Saya benar benar tidak bisa melihat wajahnya karena keadaan yang remang remang di daerah situ. Tapi saat saya berusaha kabur saya terjatuh dan pelaku berhasil menyayat kaki saya." Jelas amara sambil terbata kemudian menunjukkan luka sayatan yang melintang pada betisnya. Beruntung tidak terlalu dalam, jadi soraya masih bisa menghentikan pendarahan nya dan memberikan pertolongan pertama untuk amara.

"Pel-aku itu langsung kabur saat mendengar soraya yang berteriak memanggil nama saya, dan sebelum itu dia menyeret korban dan didekatkan pada saya! Mungkin agar sa-ya terlihat sebagai pelakunya." Diujung kalimatnya amara menangis lagi sambil sesenggukan. Soraya sampai memeluknya agar bisa menangkan amara yang tampak histeris.

Gin hanya mampu mencerna dan mencatat beberapa point penting yang diucapkan oleh amara tadi. Yahh setidaknya kali ini gin bisa mengantongi sedikit informasi tentang pembunuh berantai yang masih saja mencari korban.

killer rose 🥀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang