"Adrian.."
"Ayra.." Kedua orang tersebut memperkenalkan diri sambil bersalaman. Senyum manis tersungging di wajah mereka ketika saling menatap.
Sebuah perkenalan singkat ketika keduanya baru masuk ke perusahaan dan divisi yang sama di salah satu perusahaan retail besar di Indonesia beberapa tahun lalu.
Mereka termasuk karyawan teladan yang memiliki banyak prestasi. Tak luput juga perusahaan memberikan mereka apresiasi berupa bonus ataupun kenaikan jabatan.
Seiring berjalannya waktu, tumbuh benih cinta antara keduanya.
Jumat sore ini, seperti biasa, mereka selalu pergi makan malam bersama ke tempat baru hanya sekedar menghibur diri setelah berkutat dengan pekerjaan selama lima hari penuh.
Tidak seperti biasa yang diselingi canda tawa, kali ini terlihat wajah tegang diantara keduanya.
Selama lima belas menit makan tanpa bicara hingga akhirnya mereka minum minuman hangat sebagai penutup.
"Kenapa kamu ambil keputusan itu sendiri? Kamu gak mikirin gimana perasaan aku?" Tanya Ayra.
Dengan perasaan kesal, Ayra sama sekali belum menyentuh minuman dan cemilan yang sejak tadi sudah tersedia di meja.
Adrian masih mencoba menikmati hot cappuccino yang dipesannya sebelum memulai pembicaraan. Dia tahu kalau pembicaraan ini akan memakan waktu panjang dan bahkan tidak selancar perkiraannya, terutama jika yang diajak bicara adalah Ayra, kekasihnya.
"Adrian." Panggil Ayra karena sejak tadi pasangannya sama sekali tidak bersuara.
Adrian meletakkan cangkir kopinya yang sudah tersisa sepertiganya. Dia rasa sudah cukup puas dengan minumannya jika pun nanti tidak sempat untuk menghabiskannya kembali.
Adrian menatap Ayra sambil tersenyum. Dia berusaha tersenyum semanis mungkin untuk meredakan amarah Ayra yang tanpa bicara pun sangat jelas terlihat.
"Ay.." Panggilnya sambil berusaha menggenggam tangan Ayra yang berada di atas meja.
Tapi yang dia tidak sangka adalah Ayra menepis tangannya dan menyembunyikan sambil menyilangkan kedua tangannya didada.
Adrian menghela nafas. Memejamkan mata sesaat untuk bisa melanjutkan percakapan yang bahkan belum dimulai sejak tadi.
"Aku ngerasa ini kesempatan yang bagus untuk karir aku, Ay." Ayra masih diam, dia memalingkan wajahnya agar tidak melihat wajah Adrian yang sedang berharap maaf darinya.
"Kamu sendiri tahu, gak boleh ada dua manajer Pemasaran di kantor Pusat. Jadi saat Kantor nawarin aku jabatan yang sama di luar kota, aku langsung terima." Ayra menghembuskan nafas dengan kasar, menatap Adrian tidak suka.
"Adrian.. ini bukan cuma luar kota.. tapi luar pulau. Kamu baca suratnya nggak sih?" Ucap Ayra dengan kesal.
Adrian tersenyum kembali. Tentu saja dia tahu kalau dia ditugaskan di luar pulau, hanya saja dia tidak ingin terlalu membesarkan masalah tersebut agar Ayra tidak bertambah marah.
"Baca, sayang... kan tadi kamu juga udah aku kasih lihat suratnya." Jawab Adrian masih mencoba berkata dengan lembut kepada kekasihnya.
"Ya berarti kamu tau kan kalau itu tuh jauh banget." Adrian masih tersenyum.
"Naik pesawat cuma butuh waktu kurang dari dua jam." Ayra diam tidak menjawab.
Dia meminum minuman hangat yang sudah mulai dingin. Meminumnya hingga habis tak tersisa.
Adrian yang melihatnya pun seolah tidak percaya ketika Ayra mampu menghabiskan Lemon Tea hangat dalam sekali teguk.
Ayra menaruh gelas kosongnya kembali di atas meja. Setelah itu mengusap kasar mulutnya membersihkan sisa air yang mungkin ada di sekitar bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Expired
RomanceLDR.. yakin baik-baik aja? Bisa sama-sama setia? Ayra meragukan hal itu, tapi Adrian terpaksa melakukannya. Hingga suatu hari Ayra melihat seorang gadis yang begitu akrab dengan Adrian bermalam di rumahnya. Satu kata yang langsung terlintas pada s...