Bab 5

3.2K 117 2
                                    

"Besok kamu ada waktu? Aku mau ajak kamu jalan-jalan." Ajak Adrian setelah mereka selesai makan.

"Lain kali ajah. Besok aku mau istirahat." Tolak Ayra.

"Apa aku boleh nemenin kamu istirahat?" Pinta Adrian.

Ayra diam sambil menatap Adrian yang juga menatapnya dengan penuh harap. Dengan sangat terpaksa Ayra menyetujui. Membuat Adrian tersenyum sumringah.

"Jam berapa aku boleh kesini?"

"Jam berapa ajah boleh. Kamu kan masih simpan kartu akses dan kunci apartemenku." Adrian mengangguk.

"Tadi kenapa nggak langsung masuk aja ke unit? Padahal kartu dan kunci aku kamu pegang." Adrian menggeleng.

"Ini kan apartemen kamu, rasanya kurang sopan kalau aku masuk tanpa ijin setelah sekian lama." Ayra mengangguk sambil memalingkan wajahnya.

"Aku ngantuk." Ucap Ayra kembali menatap Adrian.

Sebuah pengusiran tak langsung yang cukup kasar. Membuat Adrian mau tidak mau HARUS pergi dari sana. Dia memaksa menerbitkan senyumnya sambil menatap Ayra. Memajukan wajahnya bermaksud untuk mencium kekasihnya yang ternyata langsung memalingkan kembali wajahnya.

Adrian mengepalkan tangannya. Dia kesal.. sangat kesal dengan perubahan sikap Ayra tapi bertanya pun percuma karena Ayra tidak menjawabnya. Bersikap baik juga tidak membuahkan hasil, hanya sikap acuh yang didapat dari kekasihnya.

Adrian mengacak rambut Ayra, memaksakan diri kembali untuk tersenyum. Beranjak pergi dari sofa yang didudukinya.

"Aku pulang. Kamu istirahat ya. Besok aku kesini lagi." Ayra mengangguk tanpa melihatnya.

Adrian hanya bisa menghela nafas melihat sikap acuh kekasihnya. Hingga dia bahkan tidak sempat mencurahkan rasa rindu padanya.

Tak bisa berbuat apapun, Adrian keluar dari unit Ayra dengan perasaan kesal dan rindu yang jadi satu. Padahal setidaknya ketika dia pulang, akan mendapatkan sedikit rasa dari Ayra. Rasa bahwa Ayra juga sama rindu dengannya.

Ayra langsung merebahkan diri diatas kasurnya. Dia membuka kembali pesan whatsapp dari salah satu rekan kantornya yang sedang berkunjung ke kantor cabang tempat Adrian untuk urusan pekerjaan.

Pesan yang didapatnya tiga bulan lalu dengan kata singkat dan sebuah foto yang menampakkan Adrian dengan seorang karyawati muda sedang berada di sebuah ruang meeting.

Tertawa bersama dengan tangan Adrian yang berada di atas kepala karyawati tersebut.

'Kelakuan cowok lo' pesan singkat yang ditulis rekan kerjanya tersebut.

Ayra melempar ponselnya ke kasur. Dia memejamkan mata sambil menghela nafas yang lumayan panjang.

Ayra tahu, seharusnya dia bertanya kepada Adrian, tapi dia takut. Takut apa yang dipikirkannya benar. Takut kalau ternyata Adrian selingkuh darinya.

Itulah kenapa tiga bulan terakhir dia marah tidak jelas kepada Adrian, tanpa minta penjelasan apapun padanya.

Membuatnya mengabaikan semua pesan, telepon, bahkan Video call dari kekasihnya yang sebenarnya sangat rajin menghubunginya sejak awal kepindahannya.

Ayra juga mulai jarang menghubungi Ibu Adrian, padahal sebelumnya setiap minggu sering menelpon atau sekedar berkirim pesan, belum lagi saat ulang tahun Ibu kekasihnya tersebut dengan sengaja Ayra datang kerumah orang tua Adrian sekedar merayakan bersama secara singkat bersama Sukma, adik Adrian.

Lalu apa yang sebenarnya diinginkan Ayra saat ini? Dia tidak menumpahkan kekesalannya, tidak juga meminta penjelasan. Ayra hanya diam dan berpikir kalau dia selama tiga bulan ini merasa sendiri dan terkhianati.

Flashback On

"Ay.. ini bukan gombal, aku serius." Ucap Adrian setelah mereka berdua tertawa karena gombalan Adrian.

"Aku mungkin jauh, tapi aku selalu berharap, hati aku akan selalu nemenin kamu disini. Hingga tiba saatnya aku dan kamu bersama." Ayra hanya menatapnya.

Terlihat wajah tidak percaya dari Ayra atas kata-kata Adrian yang baru saja diucapkannya.

"Aku ingin kamu jadi istri aku, Ay. Itu impian aku. Semoga itu juga impian kamu." Wajah Ayra memerah ketika mendengar kata yang sudah lama dia tunggu.

Flashback Off

Ayra tertawa mengingat kata-kata gombal Adrian sehari sebelum keberangkatannya.

"Istri? Kalo sekarang, apa kamu masih mikirin itu? Sementara disana kamu punya cewek lain yang lebih muda dari aku. Lebih cantik. Lebih... " Ayra tidak meneruskan gumamnya.

Dia sudah keburu menangis. Sama seperti tiga bulan lalu, bergumam dengan kata-kata sama dan menangis karena alasan yang sama.

"Seharusnya kamu nggak usah kembali. Aku udah mulai belajar lupain kamu." Isaknya.

***

Pagi-pagi sekali, Adrian sudah berada di apartemen Ayra dengan membawa dua bungkus bubur ayam agar bisa sarapan bersama.

Sesuai ijin Ayra sebelumnya, Adrian langsung masuk ke dalam unit dan menyiapkan sarapannya dengan memindahkan ke mangkuk, dia juga menyiapkan minum dan menyusunnya dengan sangat rapi di meja makan.

Bahkan dengan sengaja membawa setangkai bunga mawar dari teras rumahnya yang diam-diam dia petik karena takut dimarahi ibunya yang khusus dibawa untuk Ayra.

Suasana apartemen masih sepi. Sepertinya Ayra masih belum bangun dari tidurnya dan Adrian tidak ingin mengganggu.

Mungkin memang benar semalam Ayra begitu lelah hingga pagi ini belum bangun. Adrian menutupi semua makanannya dengan tudung saji.

Sambil menunggu, dia bahkan membersihkan apartemen Ayra yang sebenarnya lumayan rapi hanya terdapat sedikit debu di beberapa bagian yang sepertinya luput dari mata Ayra saat dia membersihkan sebelumnya.

Hingga selesai membersihkan apartemen tersebut, Ayra sama sekali belum nampak keluar kamar. Adrian melihat ke arah ponselnya yang sudah menunjukkan jam sembilan pagi. itu berarti sudah satu jam lebih dia berada di apartemen ini.

"Ay.." Panggilnya sambil mengetuk pelan kamar tidur Ayra.

Sudah tiga kali dia mengetuk sambil memanggil tapi masih belum ada jawaban.

"Ay, aku masuk ya.." Ijin Adrian yang belum juga ada jawaban dari luar.

Terlihat cemas, Adrian membuka pintu kamar yang memang tidak dikunci pemiliknya. Dia buka secara perlahan dan mendapati Ayra masih tertidur di atas kasurnya dengan lampu kamar yang memang sengaja dimatikan.

"Ay.." Panggilnya lagi lembut, berusaha mendekati kekasihnya.

Adrian duduk di tepi kasur dengan posisi Ayra membelakanginya. Dia menggoyangkan bahu Ayra perlahan agar kekasihnya tidak kaget.

"Ay.. bangun, yuk. Aku udah bawain sarapan buat kamu." Ayra menarik nafas panjang dan menghembuskannya.

Dia menjawab dengan suara deheman halus tanpa membalikkan badannya.

"Kamu bangun ya. Aku tunggu diluar. Aku angetin dulu bubur ayamnya biar enak dimakan." Jelas Adrian.

"Ya.." Jawab Ayra dengan suara bantalnya.

Adrian keluar kamar dan menghangatkan bubur yang dibawanya tadi menggunakan microwave. Tak lama Ayra yang terlihat masih lemas, keluar kamar. Dia belum mandi, sepertinya hanya cuci muka dan sikat gigi saja.

Tidak masalah bagi Adrian, Ayra tetap terlihat cantik di matanya dalam keadaan apapun. Ayra langsung duduk didepan Adrian dan menyendokkan bubur yang sudah hangat kedalam mulutnya.

Aliran rasa hangat bubur bercampur lada ke dalam tenggorokannya membuat Ayra lebih bersemangat. Senyum tipisnya terlihat sesaat sebelum akhirnya dia menghilang kembali.

-----

Wingzzzz.....

Cerita ini sudah tamat loh di KaryaKarsa dengan judul sama.

Cari nama akun @wingz35 atau judul karya Love Expired

Enjoy!

Boleh banget nih diklik gambar bintang di kiri bawah sebagai bentuk apresiasi.. makasih 😊🙏

Love ExpiredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang