"Pak.."
"Pak Adrian." Adrian terbangun dari lamunannya.
Dia melihat dihadapannya telah berdiri salah satu karyawan paling mudanya.
"Pak Adrian sakit?" Tanyanya terlihat khawatir.
Adrian tersenyum lalu menggeleng.
"Nggak kok. Saya sehat. Ada apa?" Karyawan tersebut memberikan beberapa dokumen kepadanya.
"Saya disuruh minta tanda tangan ke Pak Adrian atas semua dokumen ini."
"Taro ajah disitu. Nanti saya cek dulu." Karyawan tersebut mengangguk tapi tidak langsung pergi.
"Ada lagi?" Dia terlihat terdiam.
"Ada apa lagi kali ini, Dina?" Tebak Adrian yang bisa langsung tahu dari gerak gerik karyawannya ini.
Dina menekuk wajahnya, dia duduk di kursi yang berada di hadapan meja Adrian tanpa permisi.
"Saya dikatain pendek sama Ari." Adrian tertawa.
"Terus kamu marah?" Dina mengangguk.
Adrian kembali tertawa yang justru membuat Dina semakin kesal.
"Kamu kenapa marah? Kan emang kamu lebih pendek dari Ari." Dina mendengus.
"Tapi kan jangan sampe diomong jelas seperti itu, Pak. Saya kan jadi kesel." Adrian mengusap wajahnya kasar, bingung dengan kemarahan tidak jelas Dina.
"Makanya saya bilang, kalian itu tuh klop. Kenapa gak pacaran ajah sih sekalian?"
"Ari nggak ngomong apa-apa ke saya. Sekali ngomong malah kayak gitu.. ngatain saya pendek." Adrian tersenyum.
"Oh.. kamu nggak mau bilang duluan? Maunya Ari yang nembak kamu?" Dina mengangguk.
"Saya nggak mau keliatan kayak suka banget gitu ke dia. Kalo nembak duluan kan keliatan banget nanti." Adrian terkekeh.
Dia tidak habis pikir dengan pola pikir anak muda.. ada aja yang jadi bahan pertimbangan mereka meski itu termasuk hal receh.
"Ya udah, kamu mau saya gimana? Saya suruh Ari nembak kamu?" Dina menggeleng.
"Jangan! Nanti ketauan kalau yang nyuruh saya." Adrian terkekeh sambil menggeleng.
"Bapak diem ajah dengerin curhatan saya kayak biasa. Pokoknya saya mau Ari yang secara sadar diri nembak saya."
"Ya udah, oke. Sekarang udah lega abis curhat?" Dina mengangguk.
"Udah, makasih ya, Pak. Jangan lupa dokumennya di tandatangan, nanti saya ambil lagi sebelum jam makan siang."
"Siap." Dina langsung keluar dari ruangan Adrian dengan perasaan lega.
Adrian masih melihatnya hingga bayangannya menghilang. Terkekeh sendiri mengingat curhatan karyawan termudanya barusan.
Awal pertama Adrian dekat dengan Dina karena nada bicaranya yang manja sangat mirip dengan Sukma saat masih SMA. Sehingga kehadiran Dina bisa mengobati rasa rindu akan keluarganya, terutama adiknya.
Dina pun menganggap Adrian sebagai seorang atasan yang supel dan juga seorang kakak. Sehingga membuatnya bisa bebas berbicara apapun yang ada di dalam pikirannya saat itu tanpa merasa takut atau gugup.
Topik hangat mereka akhir-akhir ini adalah salah seorang karyawan yang bernama Ari yang sepertinya menaruh hati pada Dina tapi memperlakukan Dina bukan selayaknya seorang wanita melainkan kerap kali dijadikan bahan candaannya.
Dina pun sebenarnya sama, suka juga dengan Ari dengan kriteria laki-laki ideal menurutnya kecuali keisengan Ari yang justru membuatnya selalu kesal hampir setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Expired
RomanceLDR.. yakin baik-baik aja? Bisa sama-sama setia? Ayra meragukan hal itu, tapi Adrian terpaksa melakukannya. Hingga suatu hari Ayra melihat seorang gadis yang begitu akrab dengan Adrian bermalam di rumahnya. Satu kata yang langsung terlintas pada s...