"Aku cuma mau buktiin omongan aku ke kamu, Ay. Kalau aku mau jadiin kamu istri aku. Biar nggak dibilang gombal sama kamu." Kekeh Adrian.
"Jangan marah ya, Ay. Aku lakuin semua ini untuk kamu kok, bukan untuk orang lain." Ucap Adrian sambil mengusap kepala Ayra.
'Terus gadis itu siapa kamu?' Batin Ayra yang kembali ingat dengan gadis yang berada di foto dan yang datang ke kamar hotelnya beberapa hari lalu.
Ayra tidak berani bertanya. Meski dia menerima lamaran Adrian, tapi kecurigaan mengenai gadis itu masih ada hingga sekarang dan Ayra berharap Adrian mau menjelaskan kepadanya secara langsung.
"Iya." Jawab Ayra singkat.
***
Ayra masih tidak menyangka, beberapa bulan setelah Adrian melamarnya. Mereka langsung menikah, meski sederhana dan dihadiri oleh kerabat saja karena mereka berdua memang tidak ingin mengadakan sebuah pesta besar yang menghabiskan banyak uang.
Ayra dan Adrian lebih suka menabung untuk masa depan rumah tangga mereka ketimbang pesta satu hari yang langsung menghabiskan puluhan bahkan ratusan juta tanpa ada manfaat yang terlalu signifikan bagi hidup mereka.
"Yakin kamu nggak mau kemana-mana, Ay?" Ayra menggeleng.
"Bulan madu di sekitar sini aja. Soalnya aku juga jarang ketemu keluarga aku. Gapapa, kan?"
"Iya, gapapa. Takutnya kamu mau jalan-jalan kemana mumpung dikasih libur satu minggu dan bonus dari kantor."
"Simpen ajah uangnya, untuk masa depan." Adrian tersenyum.
"Untuk anak kita maksudnya?" Ayra menepuk bahu Adrian.
"Ih, apaan sih kamu. Baru nikah udah ngomongin anak." Ucap Ayra malu.
"Ya habis kapan lagi, Ay? Sekarang kan kita lagi semangat-semangatnya ini. Tiga tahun aku nungguin biar bisa nyentuh kamu."
"Adrian! Jadi selama ini kamu mikirin kayak gitu pas kita masih pacaran?" Adrian mengangguk santai.
"Iya." Jawabnya singkat.
"Kamu tuh cantik, Ay. Tubuh kamu yang dibalut baju kerja yang tertutup gitu ajah selalu buat pikiranku bercabang." Kekehnya yang kali ini lebih berani mengungkapkan isi hatinya karena Ayra sudah menjadi istrinya.
Ayra terdiam, dia sungguh malu karena ucapan vulgar suaminya yang baru dia dengar. Apalagi ternyata sejak awal mereka pacaran, Adrian berpikiran hingga sejauh itu terhadapnya.
"Tapi untungnya kamu nggak ngebolehin aku nyentuh kamu selama kita pacaran. Kalau dibolehin, anak kita mungkin udah lima kali." Kekeh Adrian.
"Adrian!"
***
"Kamu naik pesawat jam berapa?" Tanya Ayra suatu hari saat Adrian berkesempatan berkunjung ke Jakarta setelah beberapa bulan pernikahan mereka.
Adrian naik ke atas kasurnya di sebelah Ayra yang masih menunggu jawaban darinya. Mereka duduk bersandar di headboard tempat tidur karena memang belum ingin memejamkan mata.
"Jam dua belas siang. Jam sembilan berangkat dari sini. Kamu ikut nganterin kan?" Ayra mengangguk.
"Terus kesininya lagi kapan?" Adrian mengangkat kedua bahunya.
"Nanti aku coba cari waktu lagi ya. Atau kamu juga bisa kok gantian kesana sambil lihat rumah yang baru aku sewa."
"Jadi beneran kamu udah nggak tinggal di mess lagi?" Adrian mengangguk.
"Iya, aku langsung sewa rumah deket kantor. Biar kalau kamu atau Ibu atau Sukma berkunjung kesana ada tempat untuk tinggal, nggak usah sewa hotel."
"emang murah sewanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Expired
RomansaLDR.. yakin baik-baik aja? Bisa sama-sama setia? Ayra meragukan hal itu, tapi Adrian terpaksa melakukannya. Hingga suatu hari Ayra melihat seorang gadis yang begitu akrab dengan Adrian bermalam di rumahnya. Satu kata yang langsung terlintas pada s...