"Mas, aku juga bisa bantu kerja part time kok. Biar gak mas semua yang nanggung biaya hidup disini." Celetuk Sukma yang baru saja masuk kedalam ruang santai.
Entah dia datang dari mana, tapi sepertinya semua pembicaraan antara Ibu dan kakaknya terdengar jelas sehingga dia bisa menyimpulkan sesuatu.
Adrian dan Ibunya menoleh kearah Sukma yang sesaat sudah duduk disamping Ibu mereka. Kali ini Sukma yang menatapnya sambil tersenyum.
"Makasih, Dek. Mas tau kamu bisa bantu. Tapi kalau nanti kamu ikut sibuk, siapa yang akan jagain Ibu?" Sukma menoleh ke arah Ibunya yang seketika mengusap pahanya sambil tersenyum.
"Ibu gapapa kok ditinggal sendiri. Kan kadang sama mba Nia ditemenin pas bersih-bersih rumah." Sukma mengangguk sambil tersenyum.
Nia, atau yang biasa dipanggil mba Nia, adalah orang yang membantu pekerjaan rumah di rumah orang tua Adrian. Dia datang setiap tiga kali seminggu untuk menyapu, mengepel, cuci setrika pakaian, dan cuci piring.
Sukma melihat ke arah Adrian meminta persetujuan. Adrian menatap adik dan Ibunya secara bergantian. Terlihat berpikir sejenak kemudian menjawab.
"Emang kamu mau kerja part time apa? Ada yang fleksibel kerjaannya?" Sukma mengangguk.
"Di kampus sekarang lagi ada program kerja part time khusus mahasiswa. Jadi perusahaan- perusahaan atau usaha UMKM bekerja sama dengan pihak kampus untuk membantu meringankan biaya uang kuliah setiap mahasiswanya. Dari hasil part time itu, setengahnya disetor ke kampus sebagai cicilan semester, setengahnya lagi dikasih ke part timer sebagai gaji. Jadwal kerjanya pun disesuaikan dengan jadwal kuliah." Adrian mengangguk sambil tersenyum.
"Boleh tuh, kalau bisa cari yang seminggu 3-4 hari ajah part timenya." Usul Adrian.
"Nanti aku cari yang gajinya gede sama waktunya nggak full deh, mas. Pokoknya aku juga mau coba bantuin mas Adrian." Adrian terkekeh.
"Iya boleh, asal Ibu jangan sampe ditinggalin lama ya. Soalnya kan mas nanti nggak tinggal disini lagi." Sukma mengangguk setuju.
"Nak, nanti untuk hidup disana gimana? Minimal rumah tinggal, berarti harus cari dari sekarang dong."
"Disana kebetulan dikasih mess bu. Gratis. Cuma ya ngumpul sama karyawan lainnya. Kalau mau tinggal sendiri juga bisa sih. Tapi Adri lebih pilih tinggal di mess ajah biar hemat. Lagian Adri kan belum berkeluarga, jadi lebih enak di mess."
"Yah, kita nggak bisa berkunjung kesana dong, mas? Kan lumayan tuh sambil liburan." Kekeh Sukma.
"Bisa, nanti mas cariin guest house untuk tinggal. Sekali-kali biar Ibu bisa liburan juga." Jawab Adrian disambut senyum keluarganya.
"Mba Ayra ajak juga ya, mas." Adrian mengangguk.
Dia kembali terdiam mengingat Ayra yang masih marah padanya hari ini. Bahkan selama perjalanan pulang, Adrian mencoba menghubungi Ayra pun tidak ada balasan.
"Kamu mau nginep disini malam ini?" Tanya Ibunya yang langsung dijawab anggukan dan senyum oleh Adrian.
"Iya, Bu. Soalnya nanti kan nggak bisa ketemu Ibu sama Sukma lagi pas udah pindah. Nanti juga Adri akan urus kamar kost untuk nggak diperpanjang sambil beres-beres barang bawaan."
"Ya udah, sekarang kamu istirahat dulu gih. Biar besok bisa langsung urus barang-barang yang di kamar kost."
"Iya, Bu. Terima kasih. Ibu sama Sukma juga istirahat ya. Jadi pada tidur malam-malam banget deh sekarang." Kekeh Adrian.
'Udah tidur, Ay?'
Malam ini sebelum tidur, Adrian mencoba menghubungi kembali Ayra lewat pesan teks. Tapi setelah setengah jam menunggu, masih belum ada balasan dari kekasihnya.
Dia kembali mengirimkan pesan teks padanya dengan harapan akan dibaca oleh Ayra besok pagi karena mungkin saat ini Ayra sudah tidur.
'Aku besok beres-beres barang di kost sekalian pamit sama penjaga kost. Setelah itu Aku akan tinggal di rumah Ibu sampai minggu depan sebelum pindah.'
'Aku mau ketemu kamu.'
Dua Pesan teks sudah Adrian kirim yang sesuai dugaannya, masih belum dilihat dan dibalas oleh sang penerima.
Adrian meletakkan ponselnya di pinggir kasur agar saat Ayra membalas, bisa langsung terdengar dan dia balas kembali. Terdengar hela nafas panjang dari Adrian sebelum memejamkan matanya.
"Aku pasti akan kangen banget sama kamu, Ay."
***
Ayra membantu Adrian mengemas barang-barang milik kekasihnya yang berada di kamar kost tersebut kedalam koper dan kardus yang dibawa Adrian.
Tidak banyak barang yang berada di kamar, hanya pakaian dan beberapa barang pribadi kecil lainnya. Sehingga hanya butuh 1 koper khusus untuk pakaian dan 2 kardus ukuran sedang untuk benda lainnya.
"Ay.." Panggil Adrian.
Dia baru saja mengurus penghentian perpanjangan sewa kamar kost kepada penjaga kost yang berada di lantai dasar.
Sekaligus mengambil pesanan makanan yang sudah dipesan melalui ojek online untuk makan siang berdua dengan Ayra.
Ayra menoleh tanpa menjawab. Dia masih sibuk membersihkan kamar tersebut agar kembali bagus seperti awal mula sebelum Adrian pindah.
"Makan dulu, yuk." Ayra mengangguk.
Dia menaruh sapu yang sedang digunakan di pinggir kamar lalu mencuci tangannya.
Adrian sudah menata makanannya di atas meja lipat milik kost tersebut dan duduk didepan Ayra yang baru saja kembali dari kamar mandi.
Ayra langsung menikmati makanan yang dibeli Adrian, tanpa suara. Bahkan sejak kedatangannya di gedung kost Adrian pagi tadi, Ayra sama sekali tidak berkata apapun. Dia hanya mengangguk dan menggeleng ketika ditanya apapun.
Adrian hanya bisa tersenyum. Dia tahu Ayra masih marah padanya, tapi kedatangan Ayra hari ini untuk membantunya sangat membuatnya senang.
"Enak, Ay?" Tanya Adrian yang langsung diangguki Ayra yang masih sibuk mengunyah.
Mereka kembali makan dalam diam hingga selesai. Adrian dan Ayra kembali membersihkan kamar kost tersebut hingga akhirnya benar-benar selesai.
"Ay.." Panggil Adrian.
Ayra yang baru saja mengaitkan tas kecilnya di bahu langsung menoleh sambil mengangkat kedua alisnya seperti bertanya, apa?
"Kamu masih marah?" Tanya Adrian.
Ayra hanya diam menatap Adrian. Tapi kemudian dia menggeleng. Adrian tahu kalau Ayra berbohong.
Dua tahun bersamanya, tidak mungkin Adrian tidak mengenal kebiasaan Ayra. Ayra kembali diam.
Adrian pun menutup pintu kamar kost yang semula terbuka lebar. Mengurung dirinya dan Ayra yang melihat hal tersebut dengan bingung.
Dia menarik Ayra menuju tempat tidur dan duduk di tepinya. Ayra masih bingung meski dia tetap mengikuti Adrian dan duduk bersamanya.
"Ay.. minggu depan aku udah nggak disini." Ayra mengangguk.
Tentu dia tahu hal itu. Justru itu yang membuatnya kesal pada Adrian sejak kemarin dan semalam tidak bisa tidur tenang.
Bahkan Ayra tahu kalau Adrian menghubunginya sejak dia keluar dari Restoran dan mengirimkan tiga pesan teks hampir tengah malam.
Dia sama sekali menghiraukannya. Ponselnya dia biarkan berbunyi dan menerima pesan dari Adrian, yang baru dia lihat dan baca semua pagi harinya.
Alasan utama dia menghiraukan Adrian karena dia terlalu sibuk dengan dirinya. Terlalu sibuk menangis karena akan berpisah dengan kekasihnya yang entah untuk berapa lama.
"Aku tau.." Jawab Ayra yang akhirnya bersuara setelah dia berpuasa suara sejak tadi pagi.
-----
Wingzzzz.....
Cerita ini sudah tamat loh di KaryaKarsa dengan judul sama.
Cari nama akun @wingz35 atau judul karya Love Expired
Enjoy!
Boleh banget nih diklik gambar bintang di kiri bawah sebagai bentuk apresiasi.. makasih 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Expired
Lãng mạnLDR.. yakin baik-baik aja? Bisa sama-sama setia? Ayra meragukan hal itu, tapi Adrian terpaksa melakukannya. Hingga suatu hari Ayra melihat seorang gadis yang begitu akrab dengan Adrian bermalam di rumahnya. Satu kata yang langsung terlintas pada s...