"Shel itu apoteknya.."
"..."
"Ashel! Apoteknya kelewatan itu loh!" Ambar sedikit mengejar langkah Ashel yang ada di depannya.
"Apotek disana aja," ucap Ashel yang terus berjalan.
Mereka berdua disuruh Arumi untuk membeli stok obak-obatan di apotek. Awalnya, Ambar mengajak Ashel untuk naik kendaraan saja. Tapi gadis itu menolak, mengajak Ambar untuk berjalan kaki, sekalian olahraga sore katanya.
Ambar setuju saja, karena ia kira akan pergi ke Apotek yang hanya berjarak 5 rumah dari asrama. Tetapi, Ashel tidak memberhentikan langkahnya. Ambar terus mengikuti Ashel, matanya melihat ada apotek lagi. Tetapi tetap, Ashel tidak memberhentikan langkahnya.
"Disana mana sih, ini udah jauh anjir, Shel." Jujur saja, kaki Ambar benar-benar capek sekarang. Jika tau akan sejauh ini, tadi ia akan memaksa menaiki kendaraan saja.
Beberapa saat kemudian, Ashel memberhentikan langkahnya, begitupun dengan Ambar dibelakangnya. Saat Ambar menengok, didepannya bukan apotek tetapi sebuah tempat yang menjual bakso.
"Ngapain kesini sih?"
"Mau makan bakso."
Mulut Ambar terbuka, "terus ke apoteknya?"
"Habis makan bakso."
Ashel kemudian masuk dan duduk di meja yang masih kosong, Ambar mengikutinya dari belakang. Mereka menunggu bakso yang mereka pesan, akhirnya Ambar juga ikut memesan walau agak dongkol berjalan sejauh ini.
Yang ditunggu, bakso pesanan mereka tiba.
Slrup..
"Wah, gurih banget kuahnya."
Ashel kemudian meracik bakso miliknya dengan sambal, saos, kecap, dan jeruk nipis. Sampai warna kuah bakso Ashel berubah menjadi merah dan kental. Ambar yang melihat bakso racikan Ashel itu agak ngeri, walaupun tampilannya benar-benar menggugah selera.
Slurp..
"Wah, makin mantep ini. Gak pernah gagal racikan gue," ucap Ashel yang mulai memakan bakso miliknya. "Sumpah, lo makan bakso gak dikasi bumbu?"
Ashel yang melihat Ambar memakan baksonya yang tanpa diberi bumbu apa-apa itu. Padahal kan kenikmatan makan bakso itu semakin terasa jika diracik dengan sambal.
"Gak kuat pedes gue," Ambar mengusap pipinya dengan tisu saat kuah bakso itu sedikit muncrat. "Buruan habisin, ntar kak Arumi nunggu lama."
"Hm.."
Beberapa menit kemudian, Ashel mulai merasakan efek dari bumbu yang ia tambahkan.
"HAHHH--Pedes banget gila!" Wajahnya memerah sampai ke leher, hidungnya mulai mbeler, dan bibirnya sedikit bengkak. Tapi walaupun kepedasan, ia tetap menikmati bakso tersebut.
"Lagian sampek merah gitu, anjir." Rutuk Ambar sambil memberikan selembar tisu ke Ashel.
"Justru itu yang gue cari dari makan bakso, rasa pedesnya," katanya dengan mata berair sambil terus menyuap bakso. "Ambar, tolong pesenin es teh lagi dong."
Ambar bergidik, membayangkan sepedas apa bakso milik Ashel. Tapi ia tetap mengiyakan dan memesan es teh lagi. Setelah memesankan, Ambar kembali duduk. Matanya memicing saat melihat seseorang yang dikenalnya. Ternyata itu Pamela sedang naik ke motor dengan seorang lelaki.
"Eh Shel, itu Pamela bukan si? Sama pacarnya?" tanya Ambar.
Ashel menoleh mengikuti arah pandang Ambar, ia mengedikkan bahu, "Gak tahu. Iya mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [BABYMONSTER] ✓
Teen Fiction[ END ] Bagaimana jika 7 siswi yang tidak akur itu tinggal satu asrama bersama? Please don't copy. © aphrooditee_ | 30 Mei 2024 - 30 Juli 2024