Setelah seminggu penuh dihadapkan oleh ujian, hari ini mereka bertujuh memutuskan untuk healing. Arumi mengusulkan ide untuk berlibur ke Puncak. Mereka juga menyewa villa di sana karena akan menginap.
Di kamar Chesa, Ashel sedang membantu menyiapkan perlengkapan gadis itu. Arumi pasti sedang membantu Amora di kamar mereka. Ashel memasukkan beberapa pakaian hangat ke dalam tas Chesa dan tidak lupa membawa obat-obatan juga. Sementara itu, Chesa sibuk menonton sesuatu di ponselnya.
"Ini sudah kakak masukin semua ya, Ches. Jangan lupa bawa tas kecil juga," ujar Ashel sambil menutup tas Chesa.
Chesa mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Melihat itu, Ashel hanya bisa menghela napas sabar. Tinggal bersama anak kecil memang merepotkan.
"Pokoknya dari tadi gue udah ngingetin apa yang perlu lo bawa sendiri. Kalau nanti ada yang ketinggalan, jangan nyalahin orang, ngerti?" Ashel memperingatkan dengan tegas.
Biasanya jika Chesa meninggalkan barang, gadis itu mengadu ke Arumi bahwa Ashel tidak membantunya menyiapkan. Padahal Ashel selalu menyiapkan dan tinggal Chesa yang memasukkan ke dalam tasnya. Tapi memang gadis itu saja selalu lupa.
"Iya Kak, iya. Jangan ketularan cerewetnya Kak Arumi deh," sahut Chesa.
Ashel memutar bola matanya malas. Dia kemudian membereskan tempat tidur dan kembali meneliti barang-barangnya, siapa tahu ada yang kurang.
Di kamar Arumi dan Amora, kedua gadis itu berbaring setelah merapikan barang-barang yang akan mereka bawa. Mereka akan berangkat pukul 10 pagi, sedangkan sekarang masih pukul 9. Masih ada satu jam untuk bersantai.
"Biaya hidup di sana lo bayarin kan, Kak?" tanya Amora sambil menoleh ke arah Arumi.
Arumi hanya menggumam menanggapi Amora, masih fokus bertukar pesan dengan temannya.
Amora berbaring telentang menatap atap kamar. Tangannya menggambar abstrak di udara. "Kak, lo sayang gue nggak?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.
Arumi menyimpan ponselnya dan menatap Amora dengan bingung. Tumben sekali gadis itu menanyakan hal yang sudah pasti jawabannya.
"Ya sayang lah. Ada-ada aja pertanyaan lo."
Amora menyampingkan badannya, sehingga saat ini Arumi dan Amora saling berhadapan. "Lo ikhlas kan, Kak, selama ini ngurusin gue?"
Arumi mengangguk. "Iya, ikhlas lah. Emang lo kenapa sih, tiba-tiba nanya gitu?"
"Lo nggak ada penyakit kan, Kak?" tanyanya lagi serius tanpa menjawab pertanyaan Arumi.
Arumi mendelik mendengarnya. "Gue sehat jiwa raga." Ia kemudian mendudukkan dirinya di kasur, "Lo kenapa? Mikirin apa?"
"Gak ada, tanya doang. Kalau lo ada penyakit langsung berobat ya."
"Gue juga tau kali kalau sakit langsung berobat."
"Lo takut mati nggak, Kak?"
Arumi mengangguk tanpa ragu. "Takut."
"Kenapa?" tanya Amora penasaran.
"Dosa gue masih banyak," jawabnya apa adanya. "Udah deh, ayo nunggu di bawah. Makin gue ladenin makin kemana-mana nanti pertanyaan lo."
Arumi menarik tangan Amora agar gadis itu bangkit. Ia merapikan rambut Amora, kemudian membawa tas berisi perlengkapannya dan keluar kamar.
Sementara itu, di kamar Pamela dan Ambar, Denaya menunggu mereka berdua selesai bersiap. Gadis itu berbaring di kasur Ambar yang terasa dingin. Matanya sesekali memperhatikan kedua gadis yang masih memasukkan barang-barang mereka. Denaya sendiri sudah selesai menyiapkan barang-barangnya sejak kemarin malam, setelah Arumi mengumumkan bahwa mereka akan ke Puncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [BABYMONSTER] ✓
Novela Juvenil[ END ] Bagaimana jika 7 siswi yang tidak akur itu tinggal satu asrama bersama? Please don't copy. © aphrooditee_ | 30 Mei 2024 - 30 Juli 2024