"Tolong ambilin minum dong Ches," suruh Denaya kepada Chesa. Gadis itu langsung berdiri untuk mengambilkan Denaya minum.
"Eh Mor, bantal yang itu bawa sini dong." Amora yang duduk di bawah Denaya segera mengambil bantal dengan ogah-ogahan.
Chesa kembali dengan tangan yang membawa gelas. "Thanks, Ches." Sebelum Chesa benar-benar mendudukkan dirinya kembali, Denaya kembali menginterupsi, "di kulkas kayaknya ada es krim, tolong ambilin dong."
Chesa menggeram tertahan, tetapi tetap mengikuti perintah Denaya untuk mengambilkan es krim di kulkas.
"Mora, nyalain AC nya dong, panas nih."
Amora dengan sigap mengambil remote AC dan menyalakannya. Saat itu, Denaya sudah bersiap memberi perintah lagi, namun Amora memotong, "Kak, tangan kanan lo emang sakit, tapi tangan kiri sama dua kaki lo masih berfungsi baik, kan? Ambil sendiri kenapa sih? Dari tadi nyuruh mulu."
Denaya bersidekap dada, menatap Amora dengan tatapan tajam. "Oh, jadi nggak ikhlas ceritanya? Nih, nih," kata Denaya sambil mengembalikan bantal dan gelas yang tadi ia minta ambilkan. "Kalau nggak ikhlas, nggak usah nawarin mau bantuin gue."
Amora menatap Denaya dengan tatapan tak percaya. "Ih, tadi kan nawarin itu yang bener-bener lo butuhin, bukan apa-apa minta ambilin."
Chesa yang baru datang membawa es krim itu menendang pelan kaki Amora dengan kakinya, memberi isyarat untuk diam. Chesa lalu memberikan es krim itu kepada Denaya.
"Gausah, gausah, pada nggak ikhlas gue mintain bantuan." Denaya menolak dengan wajah masam.
"Padahal selama ini gue kalau bantuin kalian berdua terus-terusan, nggak pernah tuh protes. Ini cuma beberapa kali aja udah banyak protes.
"Inget siapa yang suapin kalian berdua kalau nggak ada Arumi? Siapa yang sering nungguin kalian selesai pertemuan? Siapa yang suka nebengin kalian? Siapa yang belanjain kalian selama ini? Giliran cuma disuruh gini doang aja banyak protes," lanjut Denaya.
Amora dan Chesa hanya saling menatap, lalu Chesa berbicara tanpa suara kepada Amora, "hmm, mulai dramanya." Amora mengangguk sambil memasang ekspresi setuju.
Denaya yang melihat mereka berdua sibuk sendiri langsung bertanya, "ngomong apaan tuh?"
Amora dan Chesa segera diam dan membelakangi Denaya. Saat itu, pintu asrama terbuka menampilkan Arumi, Pamela, Ashel, dan Ambar yang baru pulang belanja. Amora dan Chesa menghela napas lega karena fokus Denaya sekarang mengarah kepada Pamela yang berjalan mendekat
Pamela langsung duduk di samping Denaya, "katanya tadi habis jatuh ya? Yang luka apa aja?"
Denaya langsung manja, menunjukkan telapak kanannya yang diberi hansaplast. "Ini nih, tangan kanan."
Arumi bertanya, "kok bisa jatuh sih?"
"Disenggol anak stress," jawab Denaya singkat. Walaupun bingung, Arumi mengambil kantong belanjaan dari tangan Pamela, kemudian mengeluarkan salep.
"Obatin lagi, Pam. Biar gue, Ashel, sama Ambar yang beresin," kata Arumi.
Sebelum Arumi pergi ke dapur, Chesa nyeletuk, "bawa jajan nggak, Kak?"
Arumi mengangguk. "Ada, ambil aja di dapur, dibawa Ambar tadi kantong yang isinya camilan-camilan" ujarnya, sambil menunjuk es krim di tangan Chesa. "Tapi itu, lo udah ambil es krim, nanti aja makannya. Habisin itu dulu."
Denaya dengan sewot langsung merebut es krim itu. "Enak aja, ini punya gue!" katanya.
Chesa memajukan bibir bawahnya, "Tadi katanya gak mau."
![](https://img.wattpad.com/cover/369797569-288-k446109.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [BABYMONSTER] ✓
Teen Fiction[ END ] Bagaimana jika 7 siswi yang tidak akur itu tinggal satu asrama bersama? Please don't copy. © aphrooditee_ | 30 Mei 2024 - 30 Juli 2024