Arumi menatap Chesa dengan pandangan murka. Setelah mendengar penjelasan Denaya tentang bagaimana gadis dihadapannya ini beraninya meminum alkohol. Bahkan tadi, Arumi menampar pipi Chesa yang membuat Amora dan Denaya syok.
BRAK
Arumi menggebrak meja dihadapannya, membuat semua orang disana kaget, termasuk Chesa.
Gadis itu saat ini disidang oleh Arumi dengan Chesa yang duduk sendiri di sofa panjang. Sementara Arumi, duduk di kursi single dan yang lainnya berdiri.
"MASIH GAK MAU JELASIN?!"
Chesa memejamkan matanya mendengar teriakan Arumi itu. Kedua tangannya saling meremas. Badannya bergetar ketakutan, Chesa bahkan tidak sanggup mengeluarkan satu kata pun.
"Giliran kayak gini aja lo diem? Mana Chesa yang tadi pagi ngeluarin suara keras ke gue? Mana Chesa yang kurang ajar itu hah?!" Kesabaran Arumi benar-benar diuji kali ini.
Ia benar-benar tidak habis pikir jika gadis kecil ini sangat berani melakukan hal yang tidak baik.
Terdengar suara isakan tangis dari Chesa, bahu gadis itu bergetar. Ia mengigit bibirnya agar suara tangisnya tidak terdengar keras.
Pamela segera duduk di samping Chesa dan mengelus lembut bahunya. "Hey, Kak Arumi lagi tanya loh. Gak mau jawab?" Tanya Pamela lembut.
Chesa menggeleng pelan, ia mengusap air matanya yang terus menetes. Pamela menghela napas, lalu ia menatap Arumi yang masih emosi.
"Besok aja kita tanyain lagi, jangan dipaksa ya Kak. Biar nenangin diri dulu dia." Saran Pamela.
Arumi berdecih sinis. "Gak! Yang harusnya nenangin diri itu kita. Siapa yang gak syok kalau anak ini bisa minum-minum begitu! Gue aja gak pernah, gila!"
"Ini bocah baru gede bisa-bisanya kayak gitu. Sekarang cuma icip-icip, besok bisa-bisa ini anak mabok!"
Dan hal yang membuat Arumi lebih emosi adalah Chesa bersama dengan laki-laki yang menjadi objek pertengkaran dirinya dan Chesa sebelumnya.
Arumi tetap menunggu penjelasan Chesa, ia berharap bukan inisiatif gadis itu sendiri untuk minum. Ia malah berharap jika gadis itu disuruh atau dipaksa temannya.
Arumi mencoba menenangkan diri agar dirinya tidak kelewatan dalam memarahi Chesa. Ia sedikit menyesal karena tadi sudah menampar gadis kecil itu.
"Chesa, mau tetep diam atau jelasin ke Kak Arumi." Arumi berucap dengan tegas.
Chesa memberanikan diri untuk mendongak menatap wajah Arumi. Masih dengan isakan kecilnya, Chesa mencoba untuk berbicara.
"Maaf kak... maafin gue... maaf." lirih Chesa kemudian menunduk kembali.
"Gue butuh penjelasan, bukan maaf maaf maaf!" Arumi mencoba menahan emosinya. "Jelasin lo kenapa bisa ada di sana dan minum, siapa yang nyuruh lo?"
Chesa melirik ke arah Amora yang sedang memeluk Denaya dari samping. "Amora sama Kak Denaya juga disana kenapa gak dimarahi juga? Kenapa gue aja? Lagian siapa tau mereka berdua juga minum kan?"
Wah, Chesa benar-benar membangunkan singa tidur di diri Denaya. Padahal gadis itu sudah tidak se-emosi tadi. Tetapi mendengar perkataan Chesa yang menyeret dirinya juga Amora gadis itu dengan emosi menunjuk muka Chesa.
"Mulut lo bener-bener minta gue gampar ya. Disini lo yang salah, jangan cari pembelaan dengan nyeret orang lain!" Kesal Denaya. Bahkan saat Denaya hampir mendekat ke arah Chesa, Pamela segera bangun dan menahan tubuh gadis itu.
"Udah, tenang jangan ikutan emosi juga." Pamela menenangkan Denaya yang akan mendekat ke arah Chesa.
Denaya masih menatap tajam Chesa, "Cari temen tuh yang bikin lo berkembang, bukan yang ngejerumusin ke hal buruk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [BABYMONSTER] ✓
Novela Juvenil[ END ] Bagaimana jika 7 siswi yang tidak akur itu tinggal satu asrama bersama? Please don't copy. © aphrooditee_ | 30 Mei 2024 - 30 Juli 2024