08

1.7K 170 27
                                    

Selesai latihan marching, Pamela menuju ke pinggir lapangan. Ia membuka botol minum yang ia bawa, meneguk isinya dengan pelan. Tiba-tiba, ponselnya berdering menandakan panggilan masuk.

Mama is calling...

Pamela segera menjauh mencari tempat sepi untuk mengangkat panggilan dari ibunya. Ia duduk di bangku dekat toilet, mencoba menenangkan diri. Dengan hati-hati, ia menjawab panggilan itu dan mendengarkan kalimat demi kalimat yang ibunya katakan.

"..."

"Maaf sayang, ini adalah keputusan terbaik untuk kita semua. Mama sayang banget sama kamu, weekend kita keluar yuk?"

"Lihat nanti ya Ma, aku juga sayang Mama. Aku tutup dulu telponnya, mau latihan lagi."

Tut

Pamela menutup panggilannya sepihak, air mata yang sudah ia tahan akhirnya mengalir di pipinya. Ia menutup wajahnya saat tangisannya semakin keras.

Mama dan Papanya sudah resmi bercerai, Mamanya menelepon untuk memberi tahu kabar itu. Beberapa bulan yang lalu, kedua orang tuanya sudah berencana untuk bercerai, tetapi Pamela terus berusaha menahan mereka demi dirinya. Namun, akhirnya mereka tetap memutuskan untuk berpisah. Pamela terus terisak di bangku itu, merasa dunia seakan runtuh di sekitarnya. 

Denaya yang ingin keluar dari toilet, berhenti di pintu. Ia melihat Pamela yang sedang menangis. Kemudian saat melihat Pamela pergi, seharusnya Denaya juga pergi dan kembali ke ruang klub musik. Tapi langkah kakinya malah mengikuti Pamela dari belakang.

Pamela berjalan menuju taman belakang, tetapi sepertinya tujuannya salah saat melihat ada tiga laki-laki yang sedang merokok disana. Saat ia ingin kembali, tangannya di cekal oleh salah satu laki-laki disana.

"Widih, ada anak Gitapati nih. Mau kemana? Di sini aja sama kita," kata salah satu laki-laki dengan senyum menyebalkan.

"Lepasin tangan gue," Pamela memberontak, tetapi tenaga laki-laki itu lebih kuat dari dirinya.

"Gak segampang itu dong, cantik. Main-main sama kita dulu ya?" Laki-laki itu bahkan memegang dagu Pamela yang langsung ditepis oleh Pamela.

Pamela semakin ketakutan dan mencoba melepaskan diri, tetapi laki-laki itu malah mendorongnya ke tembok dengan kasar. Ia merasa perih di lengannya karena gesekan dengan tembok kasar.

"Lepasin gue! Tolong!" Pamela berteriak, tetapi teriakan itu hanya membuat laki-laki itu tertawa.

"Makin cantik deh kalau marah kayak gini" Laki-laki itu mencoba mencium pipi Pamela, tetapi Pamela menggerakkan kepalanya, membuatnya hanya mengenai udara.

Marah karena ditolak, laki-laki itu menarik rambut Pamela dengan keras, membuatnya mendongak kesakitan. "Liat, kita bisa bersenang-senang kalau lo nggak melawan."

Pamela menangis dan berusaha keras untuk melepaskan diri. "Tolong... lepasin gue!"

Laki-laki itu semakin kasar, tangannya mencengkram lebih erat, meninggalkan bekas merah di kulit Pamela. Saat Pamela mencoba melawan, laki-laki itu menamparnya dengan keras, membuat pipinya terasa panas dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Diam, anjing!" Bentak laki-laki itu, suaranya penuh amarah.

Pamela merasa semakin takut dan putus asa, air mata mengalir deras di pipinya. Di saat yang sama, ia mendengar langkah kaki mendekat dengan cepat. Sebelum laki-laki itu bisa melakukan lebih banyak lagi, sesuatu yang keras mengenai kepalanya.

"ANJING LO!" teriak laki-laki itu kesakitan, darah mengalir dari pelipisnya.

Pamela menoleh dan melihat Denaya berjalan cepat ke arah mereka dengan wajah marah, memegang kaleng minuman yang baru saja dilemparkannya.

CHANGED [BABYMONSTER] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang