Epilog

3.1K 328 57
                                    

Seorang perempuan dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya sedang menggeret koper hitamnya. Baru saja mendarat, ia berjalan menuju ruang tunggu untuk menemui seseorang yang telah berjanji untuk menjemputnya. Perjalanan ini sangat berarti baginya, karena setelah beberapa bulan, akhirnya ia bisa kembali menginjakkan kaki di negara yang menyimpan banyak kenangan.

Langkah kakinya terasa lebih ringan saat memikirkan orang-orang yang dirindukannya. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan mereka, memeluk mereka satu per satu, merasakan kehangatan yang selama ini hanya bisa ia bayangkan. Saat tiba di ruang tunggu, matanya segera mengedar, mencari-cari sosok yang menjemputnya. Sesekali ia melihat ponselnya, memastikan lokasi tepat dimana mereka akan bertemu.

Tak lama kemudian, senyumannya terbit saat melihat dua gadis melambai ke arahnya dengan penuh semangat. Ia menggeret kembali kopernya dengan langkah cepat, mendekat ke arah mereka. Sesampainya di dekat mereka, kedua gadis itu langsung berlari dan memeluknya dengan erat.

"Kak Arumi, kangen banget!" seru Pamela dengan penuh semangat. Arumi, yang beberapa bulan terakhir menetap di Jepang untuk melanjutkan pendidikannya, merasa hangat dengan pelukan itu.

"Gue juga kangen banget, Kak! Makin cantik aja nih jadi orang Jepang," ujar Ashel sambil tersenyum lebar, merasakan rindu yang begitu dalam terhadap kakaknya.

Arumi tertawa kecil, sembari menepuk pelan punggung Pamela dan Ashel, "Kakak juga kangen banget sama kalian berdua. Sama yang lainnya juga."

Mereka bertiga berpelukan lumayan lama, mencoba menebus semua kerinduan yang mereka rasakan selama ini. Meski sering bertukar kabar dan melakukan panggilan video, tidak ada yang bisa menggantikan kehangatan pertemuan secara langsung.

Kehadiran Arumi kembali ke Indonesia ini sangat mereka nantikan, terutama karena Arumi sedang libur semester dan ingin menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

Setelah merasa cukup, Ashel memegang bahu Arumi dan menunjuk koper miliknya, "Biar gue bawain, Kak."

Arumi dengan senang hati memberikan kopernya kepada Ashel, "Thanks, Shel."

Pamela mengajak mereka untuk segera menuju tempat parkir, "Yaudah yuk, takutnya yang lain udah sampai terus nunggu terlalu lama."

Arumi menggandeng tangan Pamela dan Ashel yang kosong. Mereka bertiga berjalan beriringan menuju tempat parkir mobil, bercakap-cakap sepanjang jalan. "Yang lain aman, kan?" tanya Arumi di sela-sela langkah mereka.

"Aman gimana?" Ashel mengerutkan dahi, bingung.

Arumi menoleh dan menatap Ashel, "Maksudnya, beberapa hari kebelakang kemarin kan gue jarang hubungin kalian karena sibuk sama ujian. Nah, ada hal-hal aneh yang dilakuin sama mereka gak? Terutama Amora sama Chesa."

Ashel ber-oh ria, lalu menggeleng, "Gak ada sih, Kak. Ya palingan ribut kayak biasanya aja gitu."

Arumi mengangguk mengerti, kebiasaan ribut dengan hal sepele dari Amora dan Chesa sepertinya memang tidak bisa dihilangkan. Ia kemudian menoleh ke Pamela yang sedang mengetik sesuatu di ponselnya, "Lo kalau udah beneran gak kuat sama kelakuan mereka, lo bisa marah kok, Pam."

Pamela mendongak dan terkekeh kecil mendengar penuturan Arumi itu. Sekarang, Pamela yang kalem dan baik itu menjadi penanggung jawab di unit mereka. Berbeda sembilan puluh derajat dengan Arumi yang tegas saat menjadi penanggung jawab di unit mereak sebelumnya.

Pamela selalu memberi tahu mereka dengan lembut dan penuh kasih sayang jika ada yang telat atau berbuat salah. Hal ini terkadang membuat Amora dan Chesa menjadi seenaknya, tetapi untung masih ada Denaya yang dapat memarahi mereka dengan tegas. Arumi sebenarnya ingin Denaya yang menjadi penanggung jawab, tetapi semakin kenal dengan gadis itu, sifat Denaya ternyata sebelas dua belas dengan Ambar, Amora, dan Chesa. Sementara Ashel, gadis itu terlalu diam, bisa-bisa ia akan membiarkan semua kelakuan dari yang lain. Jadi, pilihan terbaik memang Pamela, meskipun dengan kelemah lembutannya.

CHANGED [BABYMONSTER] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang