28

1.4K 228 74
                                    

Pagi ini di dalam asrama sangat ribut. Dua anak yang akan tampil dalam pentas sedang disibukkan oleh persiapan mereka. Amora dan Chesa hari ini akan menampilkan sebuah pentas untuk penilaian klub musik mereka. Pentas tersebut diadakan pada hari Sabtu, karena minggu depannya adalah minggu ujian.

Amora sibuk didandani oleh Ashel dan Pamela di kamar Denaya. Ashel dengan sabar menata rambut Amora sementara Pamela bagian merias wajah gadis itu. Denaya sendiri tampak sibuk dengan ponsel di tangannya, duduk di sudut ruangan sambil sesekali memperhatikan Amora. Gadis itu saat ini memakai kamarnya, karena kamar Amora dipakai oleh Chesa untuk persiapan.

"Aduh Kak Ashel, ganti deh. Gue jelek kalau rambutnya dicepol kayak gini," protes Amora sambil melihat bayangannya di cermin.

"Terus lo mau gimana lagi? Udah tiga kali kita ganti tatanan rambut lo, Mor," hela napas Ashel, mencoba menahan kesabarannya.

Amora mengerucutkan bibirnya, "Gue gak tau, pokoknya yang bagus."

Ashel berdecak, merasa frustasi. Ia kemudian melepas cepolan rambut Amora dan mencoba gaya lain. Kali ini ia memutuskan untuk menggerai rambut Amora dan memberi hiasan bunga yang cocok dengan gaun biru muda yang akan dipakai Amora. "Gini aja gimana?" tanya Ashel setelah menyelesaikan tatanan rambut baru.

"Ya, mendingan sih," jawab Amora dengan nada yang masih belum puas.

"Lipstiknya yang merah dong, Kak," lanjut Amora yang memperhatikan warna-warna lipstik yang dibawa Pamela.

Pamela menggeleng pelan sambil tersenyum. "Gak cocok. Bagusnya yang soft, biar gak terlalu mencolok dan tetap manis."

Amora mengerutkan keningnya, merasa tidak setuju. "Tapi gue maunya yang merah. Gue suka merah, Kak. Di gue pasti bagus."

Pamela menarik napas panjang, tetap sabar menghadapi Amora. "Yang ngeliat itu bukan cuma lo, Amora. Orang lain juga ngeliat. Kita harus bikin penampilan lo seimbang dan enak dilihat."

Amora berdecak kesal, namun sebelum ia sempat membalas, Denaya yang dari tadi sibuk dengan ponselnya tiba-tiba menyela. "Lo kalau banyak protes sama mereka, siap-siap sendiri!" celetuk Denaya dengan nada kesal.

Amora terdiam seketika, matanya melirik ke arah Denaya yang menatapnya tajam. Pamela dan Ashel hanya saling pandang, lalu melanjutkan mendandani Amora tanpa banyak bicara lagi. Suasana di kamar Denaya mulai sedikit lebih tenang.

"Coba yang soft dulu, ya. Kalau gak suka, nanti ganti pakai warna lain," bujuk Pamela lembut, sedangkan Amora hanya mengangguk pelan.

Sementara itu, di kamar lain, suasana tidak kalah heboh. Chesa, yang harus berperan sebagai pohon dalam pentas, sedang didandani oleh Ambar dan Arumi. Chesa tadi mengatakan bahwa mereka yang akan menjadi pohon nanti wajahnya harus dicat cokelat agar menyatu dengan batang pohon. Arumi dengan penuh semangat mencat wajah Chesa dengan warna cokelat. Setiap kali kuas menyentuh wajah Chesa, Arumi tak bisa menahan tawanya.

"Lucu banget udah jadi pohon, mukanya cokelat lagi," kata Arumi sambil tertawa terbahak-bahak.

Ambar, yang bertugas menyisir rambut Chesa, juga ikut tertawa. Bahkan dari tadi menyisir, gadis itu belum selesai juga karena terus tertawa. Chesa yang awalnya senang-senang saja, sekarang memasang wajah cemberut karena benar-benar merasa malu.

"Kalian tega banget sih," kata Chesa sambil merengut. "Gue beneran gak mau jadi pohon nih. Kalian berdua aja ngetawain gue, apalagi nanti yang lain. Jadi males."

Arumi mencoba menahan tawanya, tapi gagal. "Gak boleh gitu, Ches. Lo harus ikut, ini penting banget buat syarat naik kelas," ujarnya mencoba serius.

"Tapi kalian berdua ketawa terus," rengek Chesa, matanya mulai berkaca-kaca. Ambar makin tertawa, mencoba menutupi mulutnya dengan tangan namun tidak berhasil.

CHANGED [BABYMONSTER] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang