Arumi uring-uringan. Beberapa hari terakhir ini, ia didiami oleh semua anak di asrama. Ditambah Ashel yang selalu pulang larut malam. Bahkan selama dua hari ini gadis itu tidak kembali ke asrama.
Arumi menempelkan dahinya pada setir mobil, hari ini semuanya harus berakhir. Ia akan membuat Ashel kembali ke asrama dan ia juga akan minta maaf terkait sikapnya.
Arumi menunggu Ashel keluar dari tempat yang dikunjunginya. Tempat yang Arumi tahu adalah tempat untuk orang-orang sakit jiwa.
Beberapa saat menunggu, akhirnya Ashel keluar dari pintu rumah sakit dengan kepala menunduk. Arumi segera keluar dari mobilnya dan menghampiri Ashel.
"Ashel..." panggil Arumi dengan nada lembut.
Gadis itu mendongak menatap Arumi dengan pandangan kaget. Ia menetralisir raut mukanya, kemudian melewati Arumi begitu saja.
Arumi mencekal tangan Ashel membuat gadis itu menepisnya dengan kasar. "Apasih, Kak! Lo ngapain disini, ngikutin gue?" tanya Ashel kesal.
Arumi menghadang Ashel saat gadis itu ingin melangkah, "Ayo pulang, kita selesaiin semuanya."
Ashel berdecak, "Apa yang perlu diselesaiin? Mereka udah keterlaluan sama gue. Lo inget mereka bener-bener mojokin gue sendirian!"
"Makanya itu ayo balik, kita lurusin semuanya. Jelasin baik-baik. Mereka kayak gitu karena bener-bener khawatir sama lo," ucap Arumi, berusaha tetap tenang meski hatinya juga gundah.
"Bilang ke mereka kalau lo ke club bukan untuk jadi anak nakal seperti yang ada di pikiran mereka. Tapi lo disana buat kerja."
Mendengar perkataan Arumi itu, Ashel menegang. Ia menatap lurus pada mata Arumi, matanya dipenuhi air mata yang tertahan.
"Awalnya gue juga kayak mereka yang ngira lo disana untuk seneng-seneng. Karena setiap lo pulang, badan lo bau alkohol. Gue juga mikir mungkin lo butuh hiburan dikit karena keadaan ibu lo. Maaf gue pernah gak sengaja liat lo disini. Karena itu gue gak negur lo, gue malah mau nunggu lo jujur sendiri sama gue, Shel."
"Maaf lagi karena gue beberapa kali pernah ngikutin lo. Kemarin juga gue beraniin diri buat tanya sama temen lo. Gue jadi tau kalau lo disana buat kerja. Cari uang untuk biaya sekolah lo dan perawatan ibu lo disini," kata Arumi sambil menatap gedung rumah sakit itu dengan sendu, mencoba menahan emosinya.
Ashel masih tetap diam, sampai kemudian Arumi memeluknya dengan erat. "Maaf kalau misal gue belum bisa bantu lo. Maaf kalau gue belum bisa ngertiin lo. Maaf karena sikap gue kemarin anak-anak jadi kayak gitu ke lo. Tapi yang harus lo tau, gue yakin mereka kayak gitu karena emang bener-bener khawatir."
Arumi merasakan tubuh Ashel yang kaku di pelukannya, tapi ia terus berbicara. "Pulang ya, ayo bicara sama semuanya. Setelah itu gue harap lo berhenti kerja di sana. Gue bakal bantu cariin lo tempat kerja baru," ucapnya sambil melepas pelukan.
Arumi menangkup pipi Ashel, "Berhenti juga kerja sama cowo lo itu. Gue tau lo sadar kalau cuma dimanfaatin."
Air mata Ashel tidak tahan untuk keluar, Arumi segera menghapusnya dengan ibu jarinya. Ashel menggenggam tangan Arumi dengan erat, suaranya hampir tidak terdengar saat ia berbicara, "Gue... malu..."
"Ngapain malu? Semua yang lo lakuin kan juga ada alasannya. Mereka salah paham, karena emang gak tau sebenarnya," jawab Arumi dengan pengertian, matanya menatap Ashel penuh kasih sayang.
Ashel menggeleng, "Gue... kemarin juga bukannya ngaku malah nyeret Denaya, dia pasti marah banget. Gue juga takut sama yang lain..."
"Denaya gak akan apa-apain lo gue yakin." Arumi menenangkan, "Makanya ayo pulang dan jelasin, mereka pasti ngedengerin dan ngerti kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [BABYMONSTER] ✓
Teen Fiction[ END ] Bagaimana jika 7 siswi yang tidak akur itu tinggal satu asrama bersama? Please don't copy. © aphrooditee_ | 30 Mei 2024 - 30 Juli 2024