09. MENDEKAT UNTUK MELINDUNGI

29 3 0
                                    

Halooo semuanya.

Vote dan komen, ya.

Semoga suka sama ceritanya

Selamat membaca

****
Hari senin ini Sma Tandiska di gemparkan oleh berita bahwa salah satu murid mereka berhasil memenangkan lomba fisika antarprovinsi. Tentu saja itu membuat semua murid dan guru-guru senang. Sekolah mereka lagi-lagi naik tinggi dengan keberhasilan Krayna Auderelia.

Begitu juga dengan Krayna. Ia sangat senang mendapati dirinya berjaya memenangkan lomba itu. Tidak sia-sia ia belajar dengan giat tanpa kenal kata lelah selama ini.

Dengan perasaan yang bahagia, Krayna menunggu orang tuanya menjemput di halte. Bibirnya sedari tadi tidak bisa berhenti tersenyum menantikan kedatangan orang tuanya. Ia akan memberitahukan keberhasilannya ini. Pasti orang tuanya akan bangga dengan dirinya.

Beberapa menit berlalu. Akhirnya yang ditungu-tunggu Krayna datang juga. Mobil orang tuanya sudah keliatan di mata. Senyum Krayna langsung tertarik lebih lebar lagi.

Tapi tiba-tiba senyum itu luntur begitu saja di wajah Krayna. Hatinya di hantam dengan kenyataan di depan matanya. Orang tuanya masih sama seperti dulu; tidak memakirkan mobilnya di depan halte, malah jauh dengan halte.

Krayna yang melihat itu langsung berdiri menuju mobil orang tuanya. Tidak ada senyuman manis di bibirnya seperti tadi. Mata Krayna memancarkan tatapan sendu.

Sesampainya di depan mobil, ia langsung membuka pintu dan langsung masuk. Baru setelah itu, mobil melaju meninggalkan sekolah.

Selama perjalanan hanya di isi oleh keheningan. Tidak ada yang memulai pembicaraan.

Krayna menatap Danil dan Melia secara bergantian. Ia mengepal tangannya guna meyakinkan dirinya memberitahukan berita hari ini.

Pasti Ayah sama Bunda bangga sama aku.  batin Krayna. Ia tersenyum, membayangkan orang tuanya yang akan senang mendengar berita itu, dan mereka akan mengapresiasi Krayna. Krayna sungguh menantikan itu.

"Krayna menang lomba fisika tadi, Yah!"  seru Krayna dengan semangat. Bahakan tangannya masih mengepal, menandakan ia begitu semangat dan senang memberitahu berita ini.

"Ayah sudah tau." Danil menjawab dengan raut wajah yang biasa-biasa saja. "Itu baru provinsi, dan itu tidak membuat saya cukup. Kamu harus jadi juara pertama dulu. Baru membuat saya bangga." sambung Danil menekankan pada kalimat juara pertama.

Krayna terdiam. Harapannya hancur begitu saja. Ia pikir Ayahnya akan senang mendengar itu dan mengapresiasi perjuangannya. Tapi yang Krayna dapat bukan apresiasi, malah tuntutan.

"Dan jika kamu masih menginginkan keinginanmu itu, jadilah juara satu. Baru kami bisa mewujudkan itu."

Selama ini Danil selalu menuntut Krayna supaya bisa menjadi juara satu. Dan sebelum itu terjadi, orang tua Krayna tidak akan menjemput Krayna di depan halte.

Itulah alasan kenapa orang tua Krayna selalu memakirkan mobilnya jauh dari halte.

Krayna selalu berharap bahwa mereka berubah pikiran. Mereka mau menjemput Krayna di depan halte tanpa menggunakan alasan tersebut.

Krayna memalingkan wajahnya ke luar jendela. Menatap bangunan pencakar langit yang mengelilingi jalan.

Sehingga tak terasa mereka sudah sampai di kediamannya. Orang tua Krayna langsung turun begitu saja, meninggalkan Krayna yang masih berada di dalam mobil. Akhirnya Krayna juga ikut keluar dari mobil.

Krayna merapikan pakaiannya. Tiba-tiba fokusnya teralihkan pada rumah tetangganya. Di seberang sana terlihat keluarga tetangganya tengah merayakan keberhasilan anaknya.

SERAPHIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang