15. KABAR MENYAKITKAN.

36 3 0
                                    

Halo

Tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Follow akun ini ya.

Tolong hargai penulis.

Share dan promosiin ke teman kamu.

Selamat membaca.

***

Ternyata kelas Edvan sedang jamkos, alias guru yang mengajarkan kelas itu tidak hadir hari ini. Dari berita yang di sampaikan ketua, katanya guru yang mengajar hari ini sedang berhalangan masuk.

Tentu waktu itu yang paling di nanti-nantikan semua murid, dan sekarang kelas XII IPA 1 sudah mendapatkannya. Dan lebih beruntungnya lagi, mereka jamkos sampai sekolah selesai.

Keadaan kelas sudah seperti di tempat tawuran. Ada yang bernyayi tidak jelas di pojokan, ada yang nonton drakor sampai menjerit-jerit melihat drama yang mereka nonton, juga ada yang tidur, namun anehnya mereka sama sekali tidak terganggu dengan kebisingan di kelas ini.

Padahal kelas ini di kenal sebagai kelas yang paling tentram, dan pintar oleh kelas lainnya. Tidak tau saja mereka, kalau lagi tidak ada guru atau jamkos, bisingnya sama seperti di pasar.

Zihel dan Afkar menarik kursi mereka menuju ke tempat duduk Dikta dan Edvan. Di belakang mereka ada Elga yang duduk dengan seseorang lelaki kutu buku. Bahkan lelaki kutu buku itu sudah pergi dari kelas ini, katanya sih mau ke perpustakaan agar tidak terganggu dengan bisingnya kelas ini.

"Weh! Geng sebelah, gimana? " papar Zihel mulai membuka topik.

"Gimana apanya? " tanya Dikta.

"Geng Frados udah lama gak ada kabarnya," cetus Zihel. "Setelah tawuran kemaren, mereka gak keliatan lagi di luar, "

"Kapok kali! " imbuh Afkar. "Secara mereka, kan, pecundang!"

Dikta menggeleng, lalu berkata, " Nggak, mereka gak pernah kapok. Lo kayak gak tau mereka gimana aja. Mereka, kan dari dulu berniat buat ngejatuhin kita, "

"Bener, sih, ucapan lo,"

"Emang benar. Sebelum mereka dapat apa yang mereka inginkan, mereka gak bakal berhenti, " sambung Edvan yang di angguki anggota inti yang duduk di sana.

"Mungkin mereka lagi sembunyi, trus muncul tiba-tiba. Kita gak tau apa yang mereka rencanakan, " tambah Dikta, ketua dari perkumpulan itu.

"Geng pecundang mereka semua tuh!" seru Afkar.

"Ini kita gak ada yang ngajak balapan lagi, nih, gue pengen balapan," Zihel berkata.

"Ga ada," jawab Edvan.

Zihel merosot dengan lesu. Raut wajahnya berusaha memelas. "Yahh! Padahal gue pengen banget balapan,"

"Katanya arena balapan udah di tutup sama polisi," Dikta menimpali.

"Lah, bukannya itu tempat liar, ya?" tanya Afkar merasa bingung dan heran.

"Iya, sih. Tapi polisi udah tau tempat itu, makanya di tutup jalannya," tambah Dikta menjelaskan. Mereka semua mengangguk paham.

"Lo pengen balapan, kan, Zihel?" tanya Afkar membuat cowok itu menoleh padanya.

"Iya,"

"Entar balapan sama gue yuk! Gue lagi pengen balapan soalnya," ajak Afkar dengan senyuman tipis.

Zihel sempat merasa aneh dengan temannya. Ia menyipit matanya, menatap curiga Afkar. Tapi cowok itu memasang wajah yang serius sekarang. Berarti tidak ada apa-apa di balik ajakan itu.

SERAPHIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang