Hallo everyone.
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen ok.
Selamat membaca, semoga suka.
****
"Baik, anak-anak. Jam istirahat sudah berbunyi, jadi kalian boleh istirahat." ucap Pak Dito, guru fisika yang mengajar kelas XII IPA 1.
Murid-murid kelas itu nampak kegirangan saat mendengar bel yang mereka tunggu-tunggu sudah berbunyi.
"Untuk hari ini, sampai di sini saja. Terima kasih semuanya. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Pak Dito mengambil barang-barangnya lalu keluar dari kelas itu.
Dengan semangat, murid-murid menjawab," Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!"
Kelas langsung berisik seusai Pak Dito keluar kelas. Sebuah kesenangan yang di dapatkan saat jam istirahat tiba. Ngantuk yang tadi sempat hinggap langsung hilang begitu saja entah kemana.
"Akhirnya istirahat juga. Perut gue mules dengar penjelasan pak Dito," eluh Zihel. Dia memegang perutnya dengan wajah yang memelas.
"Fisika emang seseru itu, loh. Kalian aja yang males belajarnya," ungkap Dikta.
"Hanya untuk orang yang pintar kayak lo doang."
Dikta merupakan juara satu di kelasnya. Tak jarang Zihel dan Afkar meminta contekan pada teman pintarnya itu.
"Kantin udah nelpon gue nih, katanya kita suruh ke sana, buat ngisi perut," Afkar berdiri supaya temannya ikut berdiri juga. Perutnya sudah berkeroncongan sedari tadi, begitu juga dengan cacing di dalam perut yang meminta di beri makanan.
"Kuy lah, cabut."
Mereka semua berdiri hendak keluar. Namun tidak dengan Edvan. Ia masih tenang duduk di kursinya.
Melihat itu, langsung membuat Dikta bertanya," Gak mau ke kantin lo, Van?"
"Gue gak mau ke kantin." jawab Edvan dengan datar.
Dikta mengangguk, lalu menjawab, " Oke kalo gitu. Kita duluan, ya,"
Edvan hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Ada yang mau di titip, gak nih?" tanya Afkar pada Edvan. Siapa tau dia mau makan tapi males pergi ke kantin, begitu pemikiran Afkar.
Cowok itu menggeleng. "Gue lagi gak mau apa-apa,"
"Tumben amat dah lo gak ke kantin. Biasanya ikut nyempil. Mau kemana emangnya?" tanya Zihel penasaran. Dia membuka bungkus permen tangkai lalu membuang bungkusan tersebut ke dalam tong sampah. Di emutnya permen tangkai itu.
"Kepo lo."
"Yeee, gue cuma nanya doang elah!" Zihel memutar bola matanya malas. Temannya ini terlalu dingin buat dirinya yang petakilan. Sungguh perpaduan yang tidak sempurna.
"Sensi amat lo, sama temen sendiri," Setelah mengatakan itu, Zihel pergi bergabung bersama temannya untuk pergi ke kantin. Mengisi perut yang sudah kosong.
Setelah semua pergi, Edvan hanya berdiam diri saja di kelas. Edvan sedang tidak mau pergi ke kantin, tapi ia juga bingung mau berbuat apa.
Semenit sudah berlalu. Edvan masih di tempatnya. Hanya diam sambil memandangi papan tulis di sana.
Kelas itu tidak berpenghuni sekarang, kecuali Edvan seorang. Ruangan itu sunyi, bahkan yang terdengar hanya suara detak jarum jam yang terus berputar.
Tiba-tiba sebuah ide muncul di dalam kepalanya. Edvan berpikir. Apakah ia harus pergi ke sana atau tidak?
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAPHIC
Teen FictionEdvances Leygander dan Krayna Auderelia adalah dua orang yang tidak pernah merasakan yang namanya kebahagiaan, bertemu untuk menciptakan suatu jalan menuju kebahagiaan. Tentu itu tak mudah. Mereka harus menerima sebuah kenyataan dan rintangan sehin...