10.DISELAMATKAN LAGI.

30 3 0
                                    

Halo everyone.

Pue haba mandum?

Udah makan belum? Kalo ga, makan dulu. Baru baca cerita. Kasian perutnya kosong, nanti sakit.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Jangan lupa juga untuk follow akun Thornat.

Btw kalian dari mana aja nih? Ada yang sama kyk aku gak?

Dr opening tadi bisa di tebak lah ya, aku dr mana...

Ok gak langsung lama² mari kita menuju pada intinya.

Selamat membaca, kennat!

****
Edvan melempar tas hitamnya ke sembarang arah. Ia berjalan ke arah lemari dan membukanya. Tangannya mengambil baju kaos hitam dan celana, untuk mengganti pakaian seragam sekolah.

Setelah mengganti baju. Kaki Edvan melangkah ke arah balkon apartement miliknya. Sebelum itu ia mengambil satu kanvas dan alat melukis lainnya. Di bawalah semua barang yang di butuhkan itu ke balkon.

Edvan mendaratkan bokongnya di kursi. Matanya menatap lurus ke kanvas yang berdiri di depannya. Angin bertiup dengan tenang sekarang. Suasana yang sangat pas. Ia akan melakukan hobinya kali ini sekedar melepas rasa bosan yang menyergap.

Hobi Edvan adalah melukis. Jika dilihat di dalam kamarnya, banyak sekali terpajang pigura berupa lukisan yang diciptakan oleh dirinya sendiri.

Sekarang otaknya sedang bekerja memikirkan ide untuk melukis. Namun tak ada satu pun ide yang terlintas di otaknya. Edvan berdecak kesal. Ia ingin melukis sekarang. Tapi kenapa ia tidak mempunyai ide untuk bisa melukis.

Karna masih tak mempunyai jawaban dari kepala. Akhirnya Edvan memutuskan untuk melukis secara abstrak.

Tanganya mulai menari di atas kanvas. Benda yang semula berwarna putih itu kian berubah. Tercipta warna-warna baru di atasnya. Walaupun secara abstrak, tetap meberikan warna yang indah untuk di pandang.

Semakin lama Edvan mencoret-coret benda kasar itu, semakin terlihat hasilnya. Cukup beberapa sentuhan lagi agar lukisannya selesai.

Edvan menaruh kuas, karna ia sudah menyelesaikan itu semua. Matanya menatap hasil lukisannya. Sebuah kerutan tecetak di dahinya.

Tunggu dulu! Kenapa kanvas yang semula di lukis secara abstrak malah menciptakan sebuah lukisan yang jauh dari kata abstrak itu. Malah menampilkan seorang perempuan yang tengah berdiri. Wajahnya dihiasi oleh senyuman manis yang bisa menenangkan jiwa.

Itu bukan keinginan Edvan. Ia hanya mencoret-coret seperti biasa tanpa tau akan jadi hasil begini. Ini sungguh aneh. Dan anehnya lagi, seorang perempuan di lukisan itu mirip dengan... Krayna Auderelia.

Sekelebat bayangan seseorang langsung menyergap di kepalanya. Edvan mencoba menghapus bayangan Krayna yang terus-terusan berada di kepalanya. Namun tak bisa. Seakan otaknya hanya memperbolehkan Edvan untuk memikirkan gadis itu.

Kenapa dengan kepalanya ini. Seberusaha apapaun Edvan mencoba melupakan Krayna, tapi tidak bisa. Bayangan cewek itu terus menghantuinya. Kenapa begini? Ia tidak mau seperti ini.

Akhirnya Edvan memutuskan untuk pergi ke markas Geng Delvoz. Guna menyibukkan diri dan bisa melupakan sosok gadis itu. Hanya mereka tempat pulang Edvan, sekaligus keluarga bagi Edvan.

Tangannya mengambil jaket kulit kebanggannya. Jaket kulit yang bertuliskan DELVOZ GANG berwarna emas. Juga di hiasi seekor burung elang, yang menjadikan simbol dari Geng Delvoz. Pada bagian dada kiri jaket itu, terdapat tulisan 'The Vice Leader', sedangkan bagian dada kanan terdapat seekor burung elang . Lalu ia memakai jaket itu.

SERAPHIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang