11.MARKAS DELVOZ.

29 2 0
                                    

Halo semua....

Ayo tinggalkan jejak kalin, dengan cara vote dan komen.

Btw aku mau nanyak nih, kalian lebih suka minum atau makan?

Kalo aku sih lebih suka denger musik.

Dan jangan lupa untuk makan dan minum air putih yng banyak. Jaga kesehatan kalian ok.

Sehat-sehat orang sehat.

Ok selamat membaca semua. Semoga suka sama cerita ku ini. Jangan lupa share ke teman ya.

Selamat membaca sekali lagi.

***

Edvan memasuki markas dengan tangan yang menenteng dua kantong kresek berisikan makanan untuk stok ke depan. Isi dari kantong itu ialah makanan yang di beli kala malam itu. 

"Kok baru sekarang lo bawa, malam itu lo kemana? " tanya ketua mereka, Dkitaran Leyden.

Edvan meletakkan katong itu di atas meja, lalu mendaratkan bokongnya di sofa yang begitu empuk. "Gue ada urusan, lagian juga ujan. Gak mungkin gue balik lagi ke sini."

Dikta hanya mengangguk. Ia tidak mempermasalahkan itu.

Hari ini markas terlihat begitu ramai. Banyak anggota yang berkumpul hari ini. Di mulai dari kelas bawah hingga atas, juga dari sekolah sma tandiska maupun sekolah lain, ikut bergabung hari ini. Bahkan Adelyna, Mayziya dn Allea juga berada di sini, menemani pacar mereka.

"Lo mau makan ini, gak, Lea," ucap Zihel pada pacarnya.

Allea Agatha. Cewek itu adalah salah satu dari sekian pacar Hazihel Putra. Namun spesialnya, hanya Allea yang di publish oleh Zihel di kalangan masyarakat sekolah maupun luar. Allea juga merupakan wakil ketua OSIS di SMA Tandiska.

Mengenai hubungan mereka. Tentu saja sangat aneh. Zihel sudah mengejar Allea dari kelas dua Sma. Dan baru sekarang ia mendapatkan cewek itu. Itu pun hubungan mereka tidak berjalan dengan baik. Terkadang mereka putus, terus balikan lagi, terus putus lagi, terus balikan lagi. Begitu saja sampai akhir.

Allea mengangguk lalu tanganya mengambil cemilan yang ada di tangan Zihel. Memakannya berdua.

"Eyyo, guys. Gimana kabar semuanya?! " teriak Afkar, sambil menenteng sebuah gitar. Tanganya yang satu lagi memegang satu botol yang sudah tak berisi, sebagai mic.

Adelyna mengangkat tangan, menyahut Afkar. "Baik, broo!"

"Asek bawa gitar aja, mau ngapain lo?" tanya Dikta lalu terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya.

"Ngamen kayaknya," seloroh Zihel membuat ruangan itu menggema di sebabkan suara tawa dari mereka, setelah mendengar ucapan Zihel yang lucu.

"Ngamen sama lo, gue sih mau," timpal Afkar. "Nanti lo jadi badutnya, gue yang ambil saweran uangnya,"

"Ah, gak asik itu mah. Masa orang seganteng gua, di suruh jadi badut. Mana harga diri gue dong kalo gitu," Zihel mengambil camilan di tangan Edvan. Membuat cowok itu meliriknya, lalu ke arah cemilan yang ada di tangannya.

"Minta dikit, " Zihel cengengesan dibuatnya. Edvan menatap dirinya dengan datar, tapi entah kenapa itu membuat Zihel takut.

Edvan hanya menggeleng. Sudah biasa ia dengan sikap Zihel.

"Tapi, ya, Hel," Ucapan Allea membuat Zihel, pacarnya menoleh.

"Kenapa lo manggil gue? Kangen ya? Gue ada di samping lo kok, cuma berpaling bentar tadi buat ambil camilan." Zihel menaik turunkan alisnya mencoba merayu Allea. "Gue kan cuma suka sama lo kok."

SERAPHIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang