18. JERRAN DKK

24 4 0
                                    

Haloo

Vote dan komennya jangan lupa.

Selamat membaca.

***.

Seperti biasa. Sepulang sekolah, Edvan langsung pergi menuju ke markas. Markas Delvoz tidak pernah sepi. Markas itu selalu ramai di hadirkan banyak anggota yang bersantai.

Edvan bergabung bersama anggota inti lainnya yang duduk di sofa ruang tengah. Tempat favorit mereka di markas. Tidak ada anggota yang berani menduduki tempat tersebut. Mereka semua tau, bahwa tempat tersebut hanya bisa diduduki oleh ketua beserta anggota inti.

Lain halnya jika mereka di panggil untuk bergabung. Baru mereka boleh duduk di sana.

"Gimana bro, kabarnya?" tanya Dikta setelah bertos-an ala pria dengan Edvan.

"I'm ok. I'm fine." Edvan duduk di samping Elga.

"Teng... Teng...Teng, " sambung Zihel saaat mendengar balasan Edvan. Ia jadi ingat salah satu sound di tiktok yang sempat fyp.

"Napa dah lo, Hel? " Afkar heran dengan temannya.

"Enggak!" Zihel mengindikkan bahunya. "Eh bentar, cewek-cewek gue udah ngespam nih, gue bales dulu, " Zihel mengambil benda pipih itu. Lalu membalas semua pesan pasukan pacarnya, termasuk Allea yang menanyakan dirinya di mana. Tentu itu sangat membuat Zihel semangat untuk membalas pesan.

"Hadehh, Hel Hel. Kapan lo taubat dari penyakit playboy, hah?! " tanya Afkar heran dengan sikap Zihel yang tak pernah berubah. Selalu mempermainkan perasaan wanita.

"Ga bisa, udah dari dulu soalnya. Penyakitnya udah ketempelan sama gue, " jawab Zihel tanpa melihat ke arah lawan bicara. Fokusnya hanya pada handphone yang di genggamnya, ia sibuk untuk membalas semua pesan 25 pacarnya yang sudah mengespam.

"Ta, keluarin kata-kata lo!"

"Kata-kata hari ini, Ta?" tanya Afkar mengangkat tangannya ke atas memukul udara.

Dikta mengangguk, lalu berdeham pelan sebelum menjawab, " Jangan gitu,Hel. Kena karma lo baru tau!"

"Karma apa emangnya? " tanya Zihel santai.

"Ya bisa jadi suatu hari, cewek lo khianatin lo nanti, gimana perasaan lo?" todong Dikta masih mencoba menasehati cowok itu agar terlepas dari penyakit bahaya yang di kenal sebagai playboy.

"Ya gue biasa aja sih, soalnya gue gak ada perasaan sama mereka. Mau mereka khianatin gue, atau enggak, yaaa gue terserah!"

"Tapi kalo yang khianatin lo itu, cewek yang lo suka?" Kali ini Afkar yang bertanya. Tangannya dilipat di depan dada. Sudah seperti cewek yang sedang mengintrogasi cowoknya saja. Namun ini versi cowok.

"Ya... sakit, " Zihel menjawab seadanya. Benarkan, ketika kita dikhianati oleh seseorang yang kita cintai, pastinya sakit hingga menusuk ke lambung.

"Atau bisa jadi karma itu bukan di khianatin sama cewek yang lo suka. Bisa jadi karmanya malah turun ke orang yang gak bersalah sama sekali," ujar Dikta lagi, membuat Zihel tidak paham dengan perkataan cowok itu.
"Maksudnya gimana?"

"Contohnya anak lo cewek di masa depan nih, padahal anak lo setia, tapi malah di sakitin sama cowok playboy kayak lo, lo mau?" sambungnya.

Zihel berpikir. Benar juga yang dikatakan Dikta. Bisa jadi karma dirinya malah turun untuk anaknya di masa depan nanti. Akibat dirinya yang dulu playboy, anaknya yang kena imbas.

Zihel segera menggeleng. Membayangkan anaknya yang menangis sesenggukan karna sakit hati sebab dipermainkan, membuatnya merasakan sakit juga. Padahal ia hanya membayangkannya saja, tapi itu sudah membuatnya merasakan pedih yang merambat ke jantung.

SERAPHIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang