"Menangislah, kamu juga manusia berperasaan. Dengan menangis bukan berarti kita lemah, tapi itu membuktikan kita masih punya hati."
***
Suasana kantin selalu saja begitu, tidak pernah berubah. Tempat itu tidak pernah absen dari keramaian para murid yang datang untuk mengisi perut lapar. Banyaknya suara membuat keadaan sekitar begitu riuh dan panas. Akan tetapi itu tidak menjadi masalah bagi mereka untuk gentar mengantri.
"Kenyang banget gue hari ini!" eluh Zihel kekenyangan. Tangannya memegang perut yang sedikit mengembung di isi puing-puing makanan, juga punggungnya yang di sandarkan ke belakang.
"Habis ini kita pelajaran apa, ya?" tanya Afkar.
"Bahas indo." balas Elga singkat. Afkar mengangguk sebagai balasan.
"Wihh!" Zihel menyahut kegirangan mendengar berita itu. "Asek, nih! Gue bisa godain Bu Fitri ku yang tersayang," Zihel meletakkan tangan di bawah dagu, seolah sedang berpikir gombalan apa yang cocok untuk guru janda anak satu itu. Walaupun Bu Fitri janda, mukanya tetap awet muda. Mungkin jika di sandingkan dengan siswi lainnya, pasti orang lain akan mengira mereka seumuran. Bu Fitri memang masih keliatan anak gadis.
Dikta yang mendengar itu menggeleng keras, Zihel dengan sikap buayanya memang tidak bisa di kalahkan lagi. "Tobat, deh, kata gue. Lo udah punya cewek anjir, di samping lo malah." Dikta masih menggeleng tak percaya. "Kayaknya masih banyak tuh cewek lo di belakang,"
"Percuma lo bilang, Ta. Mau sampe kiamat pun lo ceramahin dia, dia tetap aja kek gitu. Ga akan berubah! Titik ga pakek koma!" timpal Allea, yang sejatinya adalah pacar publik Zihel.
"Gak capek lo ama kelakuan dia? Gak cemburu gitu?" Afkar mencoba ikut mengompor, sesekali katanya.
Allea mengindikkan bahunya tak tau. Ya sebagaimana cewek pada umumnya ketika menjawab pertanyaan seperti itu. "Dibilang capek, sih, capek. Cuman ya gimana lagi..., udah lama juga ini hubungan." Terlihat dari wajah Allea, ia sudah muak dengan segala drama ini.
Allea mencoba untuk membiarkan saja kelakuan Zihel untuk sekarang, tapi Allea tidak tau untuk kedepannya bagaimana. Yang pastinya apapun yang dilakukan Zihel sekarang, mau Zihel menggoda bahkan sampai mengajak anak orang pacaran, itu terserah Zihel. Allea tidak mau melarangnya lagi kali ini. Walaupun di setiap kata itu pasti terselip rasa cemburu yang membakar hati. Tapi sebisa mungkin Allea mencoba menutupinya, mencoba terlihat biasa-biasa saja, meskipun jauh di lubuk hati terdalam ada yang sakit.
"Lo cemburu, emangnya?" Dengan muka yang polos, Zihel bertanya seperti itu pada Allea.
"Menurut lo?" Lihat! Bahkan Zihel saja tidak tau bagaimana perasaan Allea sekarang ini.
"Ya enggak.... Karna lo tau, kan gue emang gini orangnya."
"Mau balik ke kelas?" tanya Edvan saat melihat Krayna yang peragakannya hendak ingin pergi. Namun ia tahan, entah karna apa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAPHIC
Teen FictionEdvances Leygander dan Krayna Auderelia adalah dua orang yang tidak pernah merasakan yang namanya kebahagiaan, bertemu untuk menciptakan suatu jalan menuju kebahagiaan. Tentu itu tak mudah. Mereka harus menerima sebuah kenyataan dan rintangan sehin...