16.HARI YANG BURUK.

34 4 0
                                    

Haloo

Vote dan komen

Selamat membaca

***

"Siapa yang mau nikah?"

Sepulang sekolah, Edvan langsung menuju ke markas. Tentunya sesudah mengganti seragam sekolah ke pakaian santai.

Sesampainya di sana, sudah banyak orang yang bersantai di markas. Para anggota inti pun tengah berbincang santai di sofa ruang tengah. Edvan duduk bergabung bersama mereka, kedatangannya di sambut hangat oleh mereka.

Di sana bukan hanya anggota inti saja yang hadir, melainkan Adelyna, Mayziya, dan Allea turut hadir atas kemauan sang pacar.

Edvan melemparkan beberapa kertas yang di desain cantik. Kertas yang berwarna biru muda, di tambah dengan pita berwarna senada sebagai hiasan.

"Ambil," pinta Edvan. Setelah mengatakan itu, ia sibuk memainkan handphone di tangannya. Tidak peduli akan temannya yang saling pandang tak mengerti.

Mereka pun mengambil kertas itu satu persatu. Kertas berwarna biru muda, di tambah dengan pita berwana senada sebagai penghias.

"Undangan pernikahan? Lo mau nikah, Van?" tanya Zihel saat matanya melihat lipatan pertama yang bertuliskan 'undangan pernikahan'.

Edvan tak menjawab pertanyaan Zihel. Dari raut wajahnya, terpancar kan bahwa ia sedang tak ingin di tanya berlebihan.

"Farel itu nama papa lo, kan, Van?" tanya Adelyna yang langsung di angguki Edvan. Tentu saja semuanya di buat heran dengan keadaan sekarang.

"Papa lo mau nikah lagi? Kenapa?" Kali ini Dikta yang bertanya. Ia heran dengan papa Edvan, kenapa menikah lagi, padahal setaunya papa Edvan sangat mencintai mendiang istrinya, mama Edvan.

Tapi itu bukan masalahnya. Lagi pula mungkin papa Edvan ingin menjalani hubungan yang lebih baik lagi dan kembali menciptakan keluarga yang hangat.

Edvan menghela nafas kasar. "Pokonya dateng aja, dua hari lagi." ucapnya ketus. Ia tidak mau membicarakan hal ini, ia masih tidak mau papanya mau menikah lagi. Namun apa boleh buat, acara tinggal dua hari lagi. Tidak memungkinkan untuk dia bisa membujuk papanya agar membatalkan hari pernikahan itu.

Semuanya terdiam. Mereka tidak mau menanyakan hal ini lebih dalam lagi. Mereka paham, mungkin Edvan sensitif akan hal ini.

"Bjjiirrr! Pestanya di hotel Gran Mahakam?! " Afkar menutup mulutnya syok, saat membaca tempat di adakan pesta.

"Hotel bintang lima itu?" tanya Mayziya.

"Fix, sih. Bakalan mewah ini!" seru Allea.

"Banget malah! Kita harus tampil elegan ini, biar semua mata memandang ke arah kita!" timpal Afkar.

Gimana tidak mewah coba, tempat di adakan pestanya saja di salah satu hotel bintang lima di Jakarta. Pasti tamu undangannya berisikan orang-orang penting. Dan yang pastinya mereka kaya.

"Jangan lupa dateng."

****

Edvan berjalan dengan santai di koridor sekolah. Matanya menatap lurus ke depan dengan tenang nan datar. Satu tangannya ia masukkan ke dalam skau celana. Sedangkan satu tangannya lagi memegang sebuah undangan berwarna biru muda.

Tiba-tiba matanya menangkap seorang perempuan yang berjalan di koridor berlawanan arah dengan Edvan. Cowok itu tersenyum tipis, ia segera berlari kecil menuju perempuan itu.

"Krayna," panggil Edvan setelah sampai di hadapan cewek itu.

"Iya, kenapa?"

Edvan menyodorkan sebuah undangan yang di pegangnya. Memang niatnya ingin pergi ke kelas Krayna untuk memberikan undangan ini. Tapi tau-taunya mereka malah berjumpa di sini.

SERAPHIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang