19 . RANIA DI GANGGU

22 2 0
                                    

Haloo

Vote dan komen jangan lupa ya

Selamat membaca

WARNING!

UNTUK BAB KE BELAKANG AKU GAK REVISI LAGI, JADI KALO ADA TYPO ATAU KATA YANG BELUM PAS, ATAU SALAH. AKU MINTA MAAF YANG SEBESAR-BESARNYA.

MUNGKIN AKU REVISINYA JIKA NASKAH INI SELESAI.

DAN KALO TERBIT (semoga saja. tolong doakan ya)
***

"Kak Edvan lagi dimana? " tanya seorang perempuan di seberang telepon.

"Lagi di markas. Kenapa?" tanya Edvan tanpa basa-basi. Tumben sekali cewek itu menelpon dirinya.

"Boleh jemput Rania, gak? Rania masih di halte sekolah,"

"Emangnya paman sama bibi nggak jemput lo?" tanya Edvan penasaran. Tumben sekali paman dan bibinya —Zamir dan Fina— tak menjemput. Setau Edvan, mereka berdua tidak akan membiarkan anaknya untuk pulang sendirian, atau pun dengan orang lain. Terkecuali dengan orang yang dekat dan pastinya di kenal oleh Zamir maupun Fina.

Orang di seberang sana menggeleng, walaupun ia tau Edvan yang berada di sini pasti tidak bisa melihatnya. "Mama sama Papa lagi sibuk. Katanya nyuruh jemput sama Kak Edvan,"

"Oh ok! Gue ke sana sekarang," Edvan mengambil jaket—yang di sampirkan di badan sofa— juga kunci motor. "Lo jangan kemana-mana, tetap stay di sana." Setelah mengatakan itu Edvan langsung memutuskan telpon sebelah pihak.

"Gue jemput Rania dulu." beritahu Edvan saat melihat temannya yang menatap dirinya heran.

"Oh ok. Hati-hati, ya, Van!"

Edvan berjalan keluar markas. Saat hendak naik ke motor, satu pesan muncul di layar ponselnya.

Ting

Paman
Edvan, boleh jemput Rania? Kami lagi ada urusan penting, jadi gak sempat jemput dia.
Kamu punya waktu, gak?"

Dengan cepat Edvan membalas, tangannya menari di atas layar ponsel.

Edvan
Iya, paman
Edvan mau jemput Rania sekarang

Paman
Makasih Edvan

Setelah membaca pesan terakhir Zamir, Edvan langsung menyimpan handphonenya ke dalam saku celana kainnya. Edvan menghidupkan mesin motor, kemudian berlalu dari sana untuk menjemput sepupunya yang masih berada di halte sekolahnya.

Di sisi lain. Tepatnya halte sekolah SMA Galaksi. Seorang perempuan manis duduk anteng di halte sendirian. Orang tuanya tidak menjemput dirinya hari ini karna ada urusan  penting yang mendadak. Membuat dirinya terpaksa harus meminta di jemput pada sepupu laki-laki yang berbeda sekolah dengan dirinya. Untung saja laki-laki itu mau menjemputnya.

Setelah menelpon Edvan, Rania Azalea, —gadis dengan rambut di kuncir satu, juga satu pita sebagai penghias yang berada di bagian belakang kepala— memasukkan handphonenya ke dalam tas coklat tua miliknya. Kepalanya berputar ke arah kiri dan kanan, melirik ke arah sekitar yang sepi tak ada orang. Kakinya terayun, juga tangan yang menggenggam tali tas cukup kuat.

"Sepi banget, Rania jadi takut," monolog Rania merasakan bulu kuduknya yang tiba-tiba meremang. Keadaan yang sepi membuat hawa menyeramkan di sana.

"Semoga gak ada yang aneh, atau yang macem-macem," ucap Rania dengan yakin. "Kalo ada pun, Rania tonjok aja mukanya sampek bonyok, biar gak ada yang suka!"

SERAPHIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang