CH ⁰⁴

2.6K 198 2
                                    

±
±
±

"Ck! Sialan!" Xiao Zhan membuang puntung rokoknya kasar. Lagi-lagi dia kehilangan jejak pembunuh misterius itu. Tak ada sidik jari ataupun barang bukti yang tertinggal di sana.

Hanya menyisakan potongan-potongan mayat menjijikkan dari para korban.

Xiao Zhan mendudukkan tubuhnya, memperhatikan mayat mengenaskan di hadapannya.

Kenapa orang yang menyentuh tubuhku selalu berakhir mati? Siapa yang melakukan semua ini?

Seulas senyum tipis tergambar di bilah bibir manis pria itu.

Namun aku senang karena sakit hatiku terbalaskan, siapapun orang yang sudah membalaskan dendam ku .. aku ingin berterima kasih padamu.

"Bersihkan tempat ini, jangan sampai tercium pihak kepolisian." perintah Xiao Zhan, melepas kasut tangan hitam yang menutupi jemarinya. Lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

Tuan Wang kembali memanggil Xiao Zhan, meminta pria cantik itu untuk menghadap.

Tanpa banyak membuang waktu, Xiao Zhan pun menemui pria tersebut.

"Tuan memanggilku?" tanya Xiao Zhan, berdiri di belakang tuan Wang yang saat ini nampak membelakangi dirinya.

Pria baya itu membalikan badannya, menatap datar ke arah Xiao Zhan. "Kemasi barang-barangmu, mulai detik ini kau tidak akan tinggal di sini."

Xiao Zhan terkejut dengan permintaan tuan Wang yang secara tiba-tiba.

"Jangan berpikir aku akan membebaskan mu, aku hanya ingin memindahkan mu ke tempat lain." lanjut tuan Wang.

Xiao Zhan tak ingin tau apa alasan pria tersebut mengusir dirinya. "Baik, Tuan." Xiao Zhan membungkuk hormat, lalu pergi meninggalkan ruang pribadi tuan Wang.

Tak hanya Xiao Zhan saja yang pergi dari mansion Wang. Zhu Zan Jin dan Wang Zhuocheng pun juga diperintahkan untuk mengawasi Xiao Zhan.

"Kau sudah selesai?" tanya Zhu Zan Jin.

"Hm." angguk Xiao Zhan, seraya menenteng ransel miliknya. Tak ada banyak barang yang ia bawa, hanya beberapa potong baju, selebihnya senjata api dan senjata tajam.

"Tunggu aku!" teriak Wang Zhuocheng dari kejauhan.

Berlanjut mereka pergi meninggalkan kediaman tuan Wang.

Dari kejauhan, tuan Wang berseringai menatap kepergian anak buahnya.

Sore menjelang, Wang Yibo pulang dari sekolahnya. Dia nampak bersemangat berlari menuju ke kamar sang ibu.

"Mommy!! Mommy!!" teriaknya, mencari keberadaan pria cantik itu.

Pandangan mata Wang Yibo semakin gusar, saat tak menemukan keberadaan Xiao Zhan.

"Mom! Kau di mana?!" Wang Yibo membuka seluruh pintu ruangan yang ada di dalam kamar pria tersebut.

Napasnya mulai memberat naik turun, kedua matanya memerah menahan amarah. "Di mana mommy ku!" geramnya, dengan langkah kasar dia berjalan keluar dari ruang kamar Xiao Zhan.

Tuan Wang yang tengah bersantai menarik sudut bibirnya, menatap sang putra yang kini mulai mendekat ke arahnya.

"Kau terlihat tidak baik, Son? Apa yang terjadi?" pura-pura tuan Wang.

"Di mana mommy Zhan, Dad?!"

"Mommy? Sejak kapan dia menjadi ibumu, hm?" kekeh pria itu terdengar sangat menjengkelkan.

Wang Yibo menggertakkan rahangnya kuat, "Katakan! Di mana mommy Zhan!"

"Dia sudah pergi dari tempat ini. Daddy sudah tidak membutuhkan dia lagi." Santainya, sembari mematikan ujung puntung rokoknya ke dalam asbak. "lagipula, dia seorang pelacur .. tak ada untungnya bagi keluarga kita."

Dada Wang Yibo mendadak sakit mendengar kata-kata sang ayah. "Bukankah Daddy ingin menikahi mommy Zhan?"

"Menikah?! Hahaha .. " pria tua itu tertawa terbahak-bahak. "Untuk apa Daddy menikahi seorang pelacur, hm?"

Wang Yibo berseringai, menatap bengis ke arah sang ayah. "Apa Daddy lupa? Jika mommy kandungku juga seorang pelacur?"

Seketika senyuman lebar tuan Wang meredup. Tergantikan dengan tatapan mata tajam mematikan. "Dan satu hal yang harus kau tau .. kelahiranmu sama sekali tak ku harapkan. Darahmu bercampur dengan darah kotor jalang sialan itu!"

Wang Yibo tertegun, melawan pun tak akan mungkin. Dia akan berkahir babak belur nantinya.

.
.



Berbulan-bulan lamanya, Wang Yibo mencari keberadaan Xiao Zhan. Namun tak kunjung ada titik terang. Sial! Wang Yibo minim pengetahuan, dia hanya bocah brandal yang memilih untuk keluar dari sekolah dan kabur dari rumahnya. Mencari keberadaan sang ibu, yang entah ada di mana sekarang.

Yibo tinggal di sebuah perumahan kumuh sendirian, berbekalkan senjata tajam andalannya. Dia sama sekali tak memegang uang sepeserpun.

"Ck, aku lapar." gumam Wang Yibo, memilih untuk keluar dari kediamannya, tengah malam.

Langkahnya terhenti saat melewati jalanan sepi. Insting tajamnya merasakan jika ada seseorang mengawasi dirinya saat ini.

"Keluarlah pecundang!" datar Wang Yibo, sembari menyalakan ujung puntung rokoknya.

Fyuh ...

Dia menyesap santai batang rokok miliknya. Sebelum sekumpulan pria kekar datang mendekat ke arahnya.

Wang Yibo masih berusaha tenang, meski mata tajamnya menelisik seluruh pria kekar di hadapannya. Mengamati wajah garang para pria tersebut.

Mereka bukan mata-mata yang dikirimkan Daddy.

"Siapa kau?! Beraninya berkeliaran di daerah kekuasan ku." Salah satu pria mendekat ke arah Wang Yibo.

"Ck, sampah." gumam Wang Yibo, yang mana semakin menyulut emosi para pria tersebut.

"Brengsek!"

Para pria kekar itu mulai menyerang Wang Yibo. Dengan mudah pemuda tampan itu menghalau dan membalas serangan para pria yang menyerang dirinya.

Wang Yibo tertawa mengerikan, setelah berhasil mengoyak tubuh sekelompok pria asing itu dengan belati miliknya.

"To-tolong ampuni aku." Salah satu pria yang tersisa berusaha menghindari Wang Yibo. Meski perutnya sudah koyak, dia masih bisa mempertahankan hidupnya.

Wang Yibo menjilat lelehan darah yang membasahi belati miliknya. Dia mendudukkan tubuhnya di samping pria itu. Merogoh dompetnya dan mengambil uang milik pria tersebut.

"Hm." Wang Yibo tersenyum lebar, akhirnya malam ini dia bisa makan.

Tak peduli dengan para mayat di sana, Wang Yibo pergi begitu saja. Mengibaskan uang hasil jarahannya dari para pria berandalan tersebut.

Di sisa kesadarannya, pria kekar itu merogoh ponselnya dan menghubungi sang atasan.
Memberitahukan jika anggotanya mati di tangan sosok pemuda jelmaan iblis.



MOMMY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang