CH ²⁰

3.3K 154 7
                                    

±
±
±


Semenjak kejadian hari itu, Wang Yibo tak pernah pulang ke kediaman Xiao Zhan. Bahkan menemui pria cantik itu pun tidak.

Tak terasa genap satu bulan mereka saling menjauh.

"Xiao Zhan? Akhir-akhir ini kau terlihat sangat kurus. Apa kau tidak makan dengan baik?" celetuk Zhu Zan Jin.

"Aku hanya terlalu sibuk dengan pekerjaan." sahut Xiao Zhan, sembari menyesap batang rokoknya.

"Apa anak itu tidak lagi menemui mu?" tanya Zhu Zan Jin.

Xiao Zhan menghentikan pergerakannya. "Bukan urusanku."

Zhu Zan Jin tertawa hambar, "Apa karena Yibo sudah memiliki kekasih baru?"

Xiao Zhan melirik sinis ke arah Zhu Zan Jin. "Apa maksudmu?"

"Ah, kau belum dengar?! Padahal kau yang paling berjasa di sini. Aku dengar karena usahamu membujuk Wang Yibo, anak itu mau menerima perjodohan tuan Wang."

Xiao Zhan menarik napasnya dalam-dalam. Dadanya mendadak sesak.

"Aku ingin membeli minuman, apa kau ingin ikut?" Xiao Zhan mengalihkan pembicaraan.

"Kau yang traktir!"

"Hm!" Angguk Xiao Zhan melenggang pergi.

Zhu Zan Jin merangkul pundak Xiao dalam dalam perjalanan menuju bar.

Tanpa sengaja dari kejauhan mereka melihat Wang Yibo tengah berjalan beriringan dengan seorang gadis cantik.

"Hei, bukankah itu Wang Yibo?" tunjuk Zhu Zan Jin.

Xiao Zhan menatap arah jemari Zhu Zan Jin. Sontak tubuhnya membeku, saat Wang Yibo menatap ke arahnya. Dengan cepat Xiao Zhan menarik rahang Zhu Zan Jin, mencium brutal bibir pria yang saat ini nampak begitu syok oleh ciuman ugal-ugalan yang pria cantik itu lakukan.

"Lepwaskwan." Zhu Zan Jin memberontak. Berusaha melepas ciuman Xiao Zhan. Namun usahanya terhenti saat merasakan cairan hangat membasahi wajahnya.

Xiao Zhan menangis?

Wang Yibo melebarkan bola matanya. Menatap sosok pria cantik di kejauhan sana yang terlihat tengah berciuman mesra dengan seorang pria.

Begitu mudah kau melakukan itu, eoh?

.
.


Tak ada angin tak ada hujan, Wang Yibo mendatangi kediaman Zhu Zan Jin. Bocah itu tersenyum manis, duduk di hadapan Zhu Zan Jin tanpa ada tanda-tanda ancaman apapun.

"Uncle Zhu ... apa kau ingin minum denganku?"

Zhu Zan Jin nampak ketakutan, menatap wajah aneh bocah di hadapannya. "Yibo, kenapa kau datang ke sini?"

"Hmh!" Yibo menghela napas, menuang segelas wine untuk Zhu Zan Jin. "Aku hanya sangat lelah, Uncle."

"Kau tidak menemui ibumu?"

Pergerakan tangan Wang Yibo lantas terhenti, tatapan matanya menajam. "Uncle, apa kau punya hubungan spesial dengan mommy ku?" Yibo memberikan segelas wine di tangan kanannya untuk Zhu Zan Jin. Tak lupa dia memasang senyuman manis.

"Ck! Hubungan spesial apa! Menjijikkan!" gumam Zhu Zan Jin geli.

"Tadi aku melihat kalian berciuman."

"Hah!  Itu terjadi secara tiba-tiba. Aku tidak tau kenapa Xiao Zhan mencium ku! Aku tidak ada hubungan apapun dengan Xiao Zhan." jujur Zhu Zan Jin, menyesap cairan pekat itu dari dalam gelas. Sedikit meringis efek rasa pahit dari cairan wine tersebut.

"Benarkah?" gumam Wang Yibo, melirik evil ke arah Zhu Zan Jin.

Tak lama kemudian, Zhu Zan Jin pingsan. Wang Yibo tertawa kecil, mengikat tubuh pria itu di atas sofa.

Byurr!

Dengan tidak manusiawi, Wang Yibo mengguyur wajah Zhu Zan Jin dengan seember air. Agar pria itu tersadar.

"Argh!" Kesal Zhu Zan Jin. "sial! Kenapa tubuhku terikat?!" Dia berusaha membuka ikatan tubuhnya.

"Uncle sudah bangun?" Datar Wang Yibo, seraya sibuk memakai sarung tangan hitamnya.

"Yibo, apa yang kau lakukan?" gugub Zhu Zan Jin.

Wang Yibo menoleh cepat kearah Zhu Zan Jin, menatap tajam iris ketakutan pria di hadapannya.

"Aku benci milikku disentuh orang lain."

Tubuh Zhu Zan Jin menegang. Dia tak mengerti apa yang dikatakan bocah di hadapannya ini.

Yibo menjambak rambut hitam Zhu Zan Jin, hingga wajah pria itu mendongak kasar.

"Ekhh!!"

Yibo merepalkan genggaman tangannya. "Mulutmu tak pantas menyentuh bibir mommy ku!!"

JDUAGHH!

JDUAGHH!!

Berkali-kali Wang Yibo memukul mulut Zhu Zan Jin, membuat mulut pria itu hancur, mengucur darah segar. Bahkan tiga gigi nya terlepas.

"Hentikan ... aku tidak sengaja, Yibo .. Sungguh, kami hanya berteman." Lemas Zhu Zan Jin. Mulutnya mati rasa, hingga kesadarannya tak lagi bisa bertahan.

Wang Yibo menggertakkan lehernya ke kanan dan ke kiri.

"Aku tidak bisa menahan emosiku akhir-akhir ini." gumamnya.


.
.


Xiao Zhan meraup wajahnya frustasi, bayangan bagaimana Wang Yibo tersenyum pada gadis itu terngiang di dalam benaknya.

"Hah ... Seharusnya aku sudah siap dengan resiko yang akan aku hadapi. Yibo hanya bocah labil, apa yang aku harapkan darinya?"

Hah ...

Berkali-kali Xiao Zhan menghela napas tengahnya.

"Xiao Zhan, apa kau sibuk?" tanya Wang Zhuocheng yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja pria cantik itu.

"Tidak, ada apa?"

"Zhu Zan Jin masuk rumah sakit."

"Apa?! Dia kenapa?!" syok Xiao Zhan.

"Aku belum tau pasti, aku juga ingin memastikan apa yang terjadi padanya. Apa kau ingin pergi bersamaku?" tawar Wang Zhuocheng.

Xiao Zhan mengangguk, bangkit dari tempat duduknya. "Shh ..." Tiba-tiba saja kepala Xiao Zhan berdenyut sakit.

"Kau baik-baik saja?" Wang Zhuocheng memapah tubuh Xiao Zhan yang sedikit terhuyung.

"Kepalaku sangat pusing." keluhnya.

"Tunggu di sini, aku akan memanggil dokter." ujar Wang Zhuocheng.

Beberapa menit kemudian, sosok dokter yang Wang Zhuocheng hubungi datang. Dan langsung memeriksa keadaan Xiao Zhan.

"Apa yang terjadi? Apa Xiao Zhan baik-baik saja?" tanya Wang Zhuocheng pada dokter yang diketahui bernama Liu Haikuan itu.

Liu Haikuan menatap datar ke arah Wang Zhuocheng. "Bisa kita bicara di luar?"

"Hm."

Mereka berdua pun keluar, membiarkan Xiao Zhan istirahat.

Liu Haikuan menatap intens wajah Wang Zhuocheng. Mereka sudah kenal dekat sejak lama. Bahkan Liu Haikuan juga tau jika Wang Zhuocheng menyimpan rasa pada Xiao Zhan.

"Xiao Zhan hamil, apa itu anakmu?!" terkesan kesal, bukan pertanyaan melainkan pernyataan.

Wang Zhuocheng mendelik tajam. "Aku tidak pernah menyentuh Xiao Zhan!" elak Wang Zhuocheng.

Liu Haikuan menautkan kedua alisnya. "Lalu? Dia mengandung anak siapa?!"

Wang Zhuocheng memejamkan kedua matanya. "Wang Yibo ..."

Liu Haikuan menunduk, dalam diam dia menahan senyum.

Syukurlah, jika itu bukan ulahmu ...

MOMMY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang