33 - Sebenarnya Siapa Yang Salah

1K 42 0
                                    


Kiara masih mengingat dengan jelas dan mengerti kejadian di masa lalu....

Sungguh trik yang luar biasa!

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Selain membenci pikirannya yang terlalu konyol, apa lagi yang bisa dikatakan Kiara?

Mereka memasang jebakan untuk memancingnya dan berapa bodohnya karena masuk ke dalam jebakan!

"Terima kasih." Olive tersenyum lalu melanjutkan, "Meskipun seorang kerabat, ganti rugi harus di selesaikan. Anakmu memukul putraku dan memecahkan kaca jendela mobilku. Jelaskan bagaimana ganti ruginya?"

"Ternyata kalian berdua adalah saudara." Ibu Tuti buru-buru mengambil kesempatan untuk menyelesaikan masalah, "Karena kalian adalah saudara, lebih baik selesaikan secara kekeluargaan..."

"Kekeluargaan?" Olive menyela Ibu Tuti dan berteriak dengan marah, "Reputasi putraku sangat penting. Terjadi masalah di sekolah ini, apa kalian kira bisa lari dari tanggung jawab?"

"Tidak, tidak, maksudku bukan seperti itu..."

"Aku sudah menelepon suamiku, sebentar lagi dia sampai."

Olive menekan Ibu Kepala Sekolah Desi dengan angkuh, "Bu Desi, jika aku tidak puas dengan penanganan masalah hari ini, sekolah ini akan ditutup!"

"Apa?" Wajah Ibu Guru Tuti berubah ketakutan.

"Banyak omong." Ibu Desi buru-buru memarahi Bu Tuti, lalu memohon kepada Olive, "Nyonya Olive, jangan marah. Aku akan menyelesaikan masalah ini."

Kemudian, dia berkata kepada Kiara dengan serius dan dingin.

"Ibu, anakmu benar-benar keterlaluan. Kamu dan anakmu harus minta maaf kepada Tuan Muda Peter dan Nyonya Olive, kemudian berikan ganti rugi yang sesuai."

"Bu, saya belum tahu jelas masalah ini. Apakah pantas bagi anda membuat kesimpulan seperti ini?" Kiara berkata dengan tegas

"Kamu..." Ibu Desi tidak bisa berkata-kata.

"Aku pikir kita harus mencari kebenarannya lebih dulu." Kiara berjalan mendekat ke arah Calvin dan Charly, "Calvin Charly, sebenarnya apa yang terjadi?"

"Dia." Calvin menunjuk ke arah Peter dan berkata dengan marah, "Dia mengecat rambut Celine dan membuatnya menangis. Aku memperingatkannya jangan melakukan ini, tapi dia malah memarahiku."

"Omong kosong, anakku tidak akan melakukan hal semacam ini." Olive segera membela putranya.

"Tolong biarkan anakku selesai bicara!"

Kiara mengamati Peter dan menemukan masih ada sisa cat di tangan anak itu.

Dan Calvin tidak membantah, hanya ada ekspresi jujur di wajahnya.

"Itu benar."

Charly mengepalkan tangan kecilnya, wajahnya memerah karena marah.

"Aku memintanya untuk meminta maaf kepada Calvin dan Celine, tapi dia malah melempar bola kristal yang ada di meja guru. Untungnya aku menghindar dengan cepat, tapi bola kristal itu terlempar keluar jendela kelas dan memecahkan jendela kaca mobil yang ada di bawah..."

"Jadi kalian tidak memukulnya sama sekali dan dia sendiri yang memecahkan kaca mobil, kan?"

Kiara memeluk kedua anaknya dengan sepenuh hati.

"Benar." Calvin dan Charly mengangguk bersama.

"Beberapa teman sekelas juga melihatnya, mereka bisa bersaksi." Pemikiran Calvin sangat jernih.

"Apakah kalian sudah memberi tahu guru tentang kejadian ini?" Kiara bertanya lagi.

"Sudah." Calvin memandang Bu Tuti dengan kesal, "Aku sudah mengatakannya beberapa kali dan teman-teman sekelas juga sudah bersaksi. Bu Tuti sudah tahu."

Kiara menoleh ke arah Bu Tuti.

Bu Tuti tampak malu dan ingin berbicara, tapi ketika dia menyentuh mata tajam Bu Kepala Sekolah Desi, dia menundukkan kepala karena merasa takut.

"Apakah benar yang mereka katakan?" Olive mencibir, "Jelas mereka berdua yang menindas putraku."

"Aku percaya pada anak-anakku. Mereka tidak pernah berbohong atau sembarangan memukul." Kiara memandang Peter, "Selain itu, tuan muda di keluargamu masih berpakaian rapi dan rambutnya tidak berantakan. Tidak seperti orang yang habis dipukuli."

Tiga Harta Ayah Misterius Seorang Bos BesarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang