51 - Merebut Chip part 1

1K 36 0
                                    


"Apa?" Kepala Sekolah Wiwin terkejut.

Di ujung lain telepon, Kiara ketakutan saat mendengar ini dan buru-buru bertanya, "Apa yang terjadi? Apa yang terjadi dengan anakku?"

"Seorang pria tinggi berpakaian hitam, memakai masker dan topi, mengancam mereka dan lari dari pintu belakang. Satpam sudah mengejar mereka..."

"Cepat kejar dia!" Nathan berteriak.

"Baik." Gerry buru-buru memimpin orang-orang untuk keluar mengejar.

Pikiran Kiara kacau, tangannya yang memegang ponsel gemetar, dia berteriak dengan cemas ke ponselnya, "Halo, halo, bu guru, apa yang terjadi?"

"Bu, jangan khawatir, dengarkan aku bicara..."

Kepala Sekolah Wiwin dengan panik menjelaskan situasinya kepada Kiara.

Kaki Kiara menjadi lemah setelah mendengar ini, dan dia terjatuh ke tanah.

Entah kapan teleponnya terputus, Kiara mendekap dadanya dan terus mengingatkan dirinya untuk tenang, tenang, harus tenang...

Kiara bergegas pulang sambil menelpon Bibi Rohana.

Namun, telepon Bibi Rihana tidak dijawab. Dia ingin melapor polisi, tetapi dia tidak tahu siapa orangnya. Jika melapor polisi, apakah penculiknya akan marah dan membunuh sandera?

Saat pikirannya sedang kacau, Bibi Rohana kembali menelpon, "Halo, Nona!"

"Bibi Rohana, kamu dimana?"

"Aku di rumah. Nona aku punya kabar baik. Cheeky..."

Di telepon, sebelum Bibi Rohana selesai berbicara, terdengar suara ledakan keras "bang".

Saat itu juga telepon terputus.

"Bibi Rohana, Bibi Rohana, Bibi Rohana..." Kiara sangat panik. Dia berteriak kepada sopir taksi, "Pak, aku mohon lebih cepat, lebih cepat—"

......

"Kamu, apa yang akan kamu lakukan?" Bibi Rihana mengarahkan sapu ke pria berbaju hitam di depannya dengan tangan gemetar, "Apa yang kamu lakukan kepada Charly dan Celine?"

Macan Hitam melemparkan Charly dan Celine yang diikat ke atas sofa. Charly menggelengkan kepalanya dan mengeluarkan suara bermaksud mengingatkan Bibi Rohana agar berlari.

Celine sangat ketakutan hingga terus menangis. Tapi mulutnya tertutup dan dia tidak bisa menangis terlalu keras.

"Di mana burung beonya?" Macan Hitam memasang wajah dingin dan mendekat Bibi Rohana dengan niat membunuh.

"A... apa?" ​​Bibi Rohana berkata dengan gemetar sambil mundur, "Apa yang akan kamu lakukan? Jangan macam-macam. Di rumahku tidak ada uang, kamu merampok di tempat yang salah."

Dia mengira pria ini datang untuk merampok.

"Aku tanya, di mana burung beonya?" Macan Hitam bertanya dengan kejam.

"Di...di..."

"Orang jahat, orang jahat, orang jahat!"

Sebelum Bibi Rohana berbicara, Cheeky yang ada di balkon mengeluarkan suara.

Macan Hitam segera bergegas menuju balkon.

"Charly, Celine!" Bibi Rohana buru-buru melemparkan sapunya dan melepaskan ikatan Charly dan Celine.

"Nenek, cepat lapor polisi..." Begitu lakban di mulut Charly dilepas, dia langsung mengingatkan Bibi Rohana.

"Oh." Bibi Rihana segera pergi mengambil ponselnya dengan panik. Saat akan menelepon, terdengar teriakan Cheeky dari balkon, "Ah, tolong—"

"Cheeky!" Celine bergegas menghampirinya tanpa berpikir panjang. Tangannya yang kecil dan gemuk melambaikan sapu dan memarahi pria berbaju hitam itu dengan suara yang galak, "Lepaskan Cheekyku."

"Celine!" Charly berlari menghampiri. Dengan tinju kecil, alis terangkat, tampak yang galak, melindungi Celine di belakangnya.

Macan Hitam menatap dengan remeh, dia sema sekali tidak menganggap kedua bocah nakal ini.

Saat dia mengangkat sangkar burung beo dan ingin pergi, Celine memukul kakinya dengan sapu, "Lepaskan Cheekyku, lepaskan dia."

Macan Hitam langsung mengambil sapu itu dan mematahkannya dengan mudah, juga membuat ekspresi galak untuk menakuti Celine.

"Whooo" Celine begitu ketakutan hingga menangis keras. Wajah kecilnya yang gemuk memerah, matanya yang jernih seperti anggur ungu dipenuhi air mata, jatuh setetes demi setetes.

"Brengsek, menindas adikku."

Saat Charly melihat adiknya ketakutan dan menangis, dia memukul Macan Hitam dengan tingkat jemuran.

"Bocah nakal, tenagamu cukup kuat juga." Macan Hitam dipukuli hingga Mendur beberapa kali, dia menggertakkan gigi dan berteriak dengan marah, "Minggir, atau aku akan menghajar kalian."

Tiga Harta Ayah Misterius Seorang Bos BesarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang