130 - Wanita Yang Tidak Takut Mati

355 29 6
                                    


"Ambil kotak P3K, cepat!"

Winda menanggapinya dengan cepat, sangat tenang dan berpengalaman, berjalan dengan langkah cepat masuk ke ruang Presdir.

Kiara tersentak, dia sangat ingin ikut masuk, tapi hanya bisa menahan diri.

Selain itu, jika dia masuk sekarang, dia mungkin akan membawa masalah untuk Liam.

"Presdir Liam, saya baru saja membawakan kotak obat untuk anda, kenapa anda keluar seperti ini? Maafkan, suasana hati Presdir kami hari ini sedang tidak bagus, saya akan membawa anda ke rumah sakit ..."

Suara Winda terdengar.

"Tidak perlu." Liam pergi ke toilet karyawan di sudut ruangan.

"Pak Robi, ini kotak obatnya. Di dalamnya ada obat pertolongan pertama.." Winda memberikan kotak obat kepada Robi, "Mohon anda lihat apakah bisa digunakan?"

"Terima kasih." Robi mengambil kotak obatnya, "Kembalilah. Aku akan mengurusnya."

"Baik." Winda bergegas kembali dan memberi tahu sekretaris lainnya, "Semuanya tenang dan fokus pada pekerjaan kalian. Saat Presdir Liam keluar, jangan menatapnya."

"Baik." Semua sekertaris tahu etika. Mereka semua memahami bahwa Presdir Liam memiliki harga diri. Semakin banyak mata menatapnya, dia akan semakin malu.

Kiara mengerutkan kening dan berdiri di tempatnya bekerja, dia merasa sangat tidak nyaman. Dia tidak mengerti, dengan status keluarga Liam Gunawan sekarang, kenapa Liam harus merendah memohon kepada Nathan?

Bukankah bisnis yang dia jalankan sudah bagus?

Apakah Nathan satu-satunya pelanggan di dunia ini?

Saat memikirkan ini, Liam keluar menutupi keningnya dengan sapu tangan, Robi mengikutinya dari belakang.

Kiara tidak dapat menahan diri untuk tidak meliriknya, keningnya masih mengeluarkan darah, jas putih yang dia kenakan ada bekas darah, dia terlihat malu dan lesu.

Kiara merasa sangat tidak nyaman, dia mengepalkan tangannya dengan erat. Dia ingin sekali bertanya, tapi tidak berani.

Dia tidak bergerak apa pun sampai Liam masuk ke dalam lift. Liam menatap Kiara, mata merahnya memperlihatkan rasa sakit yang tidak dapat di gambarkan...

Kiara bergetar, dia merasa malu.

Pintu lift tertutup, akhirnya Liam pergi.

Kiara menundukkan kepalanya, hatinya sangat sedih...

"Kiara, kamu dan Risna pergi bersihkan ruangan Presdir," perintah Winda.

"Ah? Aku..." Risna ketakutan hingga gemetar, "Winda, aku takut..."

"Apa yang kamu takutkan?" Winda berkata, "Lakukan pekerjaanmu dengan baik, jangan bicara sembarangan , jangan lihat sembarangan, Presdir akan marah."

"Aku tahu." Kiara segera mengambil peralatan dan pergi ke ruang Presdir.

Risna tidak punya pilihan selain mengikuti Kiara, lalu menariknya dan berbisik, "Kiara, aku nanti bersihkan pintu masuk, kamu bersihkan bagian dalam, oke?"

"Oke."

Kiara sama sekali tidak takut. Dia bahkan ingin bertanya kepada Nathan, kenapa dia memukul orang? Apa dia menyukai kekerasan?

Mereka mengetuk pintu dan masuk ke ruang Presdir, Nathan memberi perintah pada Gerry, "Beri tahu semuanya, kedepannya Liam tidak diizinkan masuk gedung Blue Sky tanpa ijinku!"

"Baik!" Gerry segera melaksanakan perintah.

Risna menunduk, dengan gemetar mengumpulkan pecahan kaca di depan pintu.

Kiara berjalan ke meja Presdir, berjongkok sambil merapikan dokumen-dokumen yang berserakan di lantai. Dia melihat darah Liam terciprat dari sini sampai ke pintu...

Hatinya merasa sesak, ada kemarahan yang membara.

"Tidak perlu bersih-bersih, keluar dulu," perintah Nathan.

"Baik..."

"Presdir Nathan apa tidak takut bau darah?" Kiara tiba-tiba bertanya dengan dingin, "Atau sudah terbiasa dengan kekerasan seperti ini?"

Gerry tersentak, ingin mengingatkan Kiara untuk tidak melawan Presdir Nathan di saat seperti ini, tapi dia tidak berani berbicara.

Risna tercengang, apakah Kiara ini sudah gila? Berani-beraninya dia melawan Presdir Nathan seperti ini?

Jika dia tidak ingin hidup, jangan libatkan aku!!!

"Kamu bertanya padaku?" Nathan menatap Kiara dengan dingin.

Risna bergidik, ketakutan hingga kedua kakinya menjadi lemas.

"Keluar." Nathan memerintahkan Risna keluar, tapi matanya tetap tertuju pada Kiara.

Risna melarikan diri ketakutan.

Gerry yang memahami situasi juga ikut pergi.

Tiga Harta Ayah Misterius Seorang Bos BesarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang