62 - Tidak Bisa Pergi

970 34 0
                                    


Pintu kamar terbuka, angin dingin masuk bersama aura yang kuat. Sosok tinggi besar tergambar di atas ranjang, seperti binatang buas yang mengerikan!

Jantung Kiara berdetak kencang, matanya seperti anak kucing yang ketakutan, menatapnya dengan takut-takut.

"Tuan Nathan!" sapa Rima dengan penuh hormat.

Nathan memberi isyarat, meminta Rima untuk pergi.

Pintu kamar tertutup, Nathan perlahan berjalan menghampiri Kiara...

Kiara semakin gugup, memeluk bantal dan tergagap, "Kamu, apa yang ingin kamu lakukan?"

"Apa kamu takut padaku?"

Nathan menghentikan langkah, berbalik duduk di sofa dekat jendela.

Omong kosong, siapa yang tidak takut padamu?

Meskipun dalam hatinya berpikir seperti itu, di permukaan Kiara berpura-pura tenang, "Kenapa kamu membawaku ke sini?"

"Kamu terluka di perusahaan, jadi aku harus bertanggungjawab." Ekspresi Nathan dingin, nada bicaranya juga dingin, tapi matanya tertuju pada Kiara, "Bagaimana? Kamu belum mati, kan?"

"Omong kosong!" Kiara berseru, selesai berkata itu Kiara menjadi malu, "Kalau aku mati, bagaimana aku bisa duduk di sini dan berbicara denganmu disini?"

Dia menekankan kata "kamu", membuktikan kalau dia penyerahan diri pada takdir!

"Elio telah ditahan oleh polisi." Nathan menuang anggur merah untuk dirinya sendiri, dengan pelan menggoyang gelas anggurnya, "Atas keberanianmu, perusahaan akan memberi hadiah. Apa yang kamu inginkan?"

"Uang!" Kiara berkata tanpa ragu, "Beri saja aku uangnya!"

"Kamu hanya memikirkan uang?" perkataan Nathan penuh dengan penghinaan.

"Ada orang tua di atas dan ada binatang peliharaan dibawah. Gaji saja tidak cukup." Kiara berkata dengan menyedihkan, "Lagi pula, kecelakaan ini dianggap kecelakaan saat bekerja kan? Akh tidak perlu membayar biaya pengobatan, kan? Apakah gajiku akan dipotong?"

"....."

Nathan malas berbicara dengannya lagi, ia berdiri dan pergi.

"Hati-hati presdir Nathan, terima kasih Presdir Nathan telah datang menjengukku!"

Kiara dengan semangat sanjungannya dan mengucapkan selamat tinggal kepada Nathan dengan tulus.

Setelah pintu tertutup, Kiara menghela nafas lega. Dilihat dari reaksi Nathan, dia mungkin belum mengetahui chip itu.

Kiara tidak bisa memberikannya sekarang, jika tidak, dia pasti akan tahu kalau dia yang meletakkan chip itu.

Untuk menghindari malam yang panjang dan mimpi buruk, dia harus pergi dari tempat ini secepat mungkin.

Tapi, apakah mereka benar-benar tidak menyentuh kotak hitam kecil ini?

Kiara bersembunyi di dalam selimut, membuka kotak hitam kecil itu. Untungnya, chip itu masih ada di dalam...

Tapi ponselnya kehabisan daya.

Kiara menyembunyikan chip itu di bawah bantalnya, dia berteriak nyaring keluar, "Apakah ada orang?"

Rima membuka pintu dan masuk, "Nona Kiara, ada yang ingin dibantu?"

"Aku ingin pulang, bisa bantu aku panggil taxi?" tanya Kiara.

"Nona Kiara, Tuan Nathan berpesan bahwa anda tidak boleh pergi sebelum luka anda sembuh," Rima berkata dengan penuh hormat, "Jika anda butuh bantuan, anda bisa memanggilku."

"Keluargaku sedang menungguku. Jika selarut ini aku belum pulang, mereka pasti khawatir."

Sekarang sudah pukul 9:30 malam, dan lagi ponsel Kiara mati, Bibi Rohana dan ketiga anaknya pasti khawatir lalu melapor polisi.

"Bagaimana jika anda menelepon dulu?" Rima menyarankan, "Anda terluka parah. Jika anda pulang seperti ini, tidak akan ada orang di rumah yang merawat anda, kan?"

Kiara memikirkannya. Sekarang dia tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Bibi Rohana sudah sangat lelah mengasih ketiga anaknya setiap hari. Bagaimana Bibi Rohana bisa memiliki tenaga untuk merawatnya?

Apalagi kondisinya seperti ini, anak-anak pasti akan ketakutan melihatnya...

Memikirkan hal ini, Kiara tidak punya pilihan selain tinggal sementara disini, dia meminta Rima membawakan charger ponsel, lalu menelpon Bibi Rohana.

"Halo, Bibi Rohana..."

"Nona, anda dari mana? Aku menelpon Nona terus-menerus tapi tidak aktif. Aku sangat khawatir."

"Ponselku kehabisan daya, sekarang baru bisa di nyalakan. Bibi Rohana, ada yang harus kulakukan. Aku akan pulang dalam beberapa hari."

Kiara tidak ingin berbohong, tapi dia takut Bibi Rohana akan khawatir.

"Ada apa, Nona?" Bibi Rohana merasa ada yang tidak beres, "Nona bisa memberitahuku, anak-anak sedang tidak ada di sampingku."

"Aku sedikit terluka, sekarang dalam proses penyembuhan..."

"Kenapa bisa terluka? Apakah parah?"

"Tidak parah," Kiara berkata dengan buru-buru, "Hanya luka kecil, tapi perlu perawatan selama beberapa hari..."

"Nona di rumah sakit mana? Aku datang untuk mengunjungi Nona."

"Bos membawaku ke rumah sakit pribadi. Beberapa hari ini, Bibi harus membantuku..."

"Jangan khawatir, aku akan menjaga anak-anak dengan baik. Jaga diri Nona baik-baik, telepon aku kapan saja jika terjadi sesuatu."

"Terima kasih, Bibi Rohana."

****"

Kirim dukungan https://www.nihbuatjajan.com/dadank

Tiga Harta Ayah Misterius Seorang Bos BesarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang